Lila baru berumur 5 tahun dan ibunya, Ny. Riri, berusia 35 tahun. Tapi setiap pukul
setengah delapan pagi, ibunyalah yang "uring-uringan". Bila Anda pernah
"memburu-buru’’ anak kecil, pasti bisa memahami betapa pusingnya Riri.
• •
Frustrasi bukan kata-kata yang cukup untuk
menggambarkan perasaan Anda bila si bungsu yang baru masuk TK perlu setengah
jam hanya untuk mencari sepatunya. Atau, saat anak Anda yang berusia 7 tahun
tidak selesai-selesai membuat pekerjaan rumah (PR) lantaran bolak-balik meraut
pensilnya. Belum lagi kalau tiap pagi ia membuat mobil antar-jemput sekolahnya
menunggu. Padahal Anda sudah berkali-kali bilang, "Pokoknya hari ini kamu harus
tepat waktu!"
Sayangnya, kemarahan Anda acapkali tak berguna. Para ahli
sepakat, ada pesan tersembunyi di balik gerak-gerik anak yang lambat seperti
siput itu. Temukanlah pesan itu, dan Anda sudah separo berhasil mengatasi
masalah tersebut. Berikut yang dapat Anda lakukan untuk menuntaskannya.
1.
Anggap Normal
Gerak-gerik yang serba lambat adalah bagian normal dari perkembangan anak. Karena itu, santai saja! Terimalah
perilakunya. Nanti bila anak sudah agak besar, toh ia akan membaik dengan
sendirinya. Memang sih kadang anak yang sudah agak besar masih perlu juga
diberi semacam insentif (bisa pujian, bisa hadiah) agar lebih "gesit".
2.
Ajarkan
Melihat Jam
Konsep waktu, hampir-hampir tidak dimiliki anak kecil. Percuma Anda mengatakan ia harus bergegas, karena Anda harus berada di
suatu tempat tepat waktu. Lebih baik Anda mulai mengajarkannya membaca jam dan
mencocokkannya bersama-sama dengan jadwal masing-masing. Sekali anak mampu
menyebutkan waktu (jam berapa), ia lebih sadar kapan Anda atau dirinya harus
menyelesaikan suatu pekerjaan. Anda pun jadi lebih mudah menyuruhnya
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
3. Interupsi Hanya Bila Perlu
Tak ada
seorang pun di dunia ini yang senang diinterupsi. Begitu juga anak-anak. Mereka
bisa kebal bila Anda terus-menerus menginterupsinya untuk melakukan hal-hal lain, saat asyik bermain. Lalu, Anda pun menuduh mereka lelet, ndhableg (acuh), dan sebangsanya. Daripada menginterupsi,
lebih baik beri semacam peringatan, "Lila, 5 menit lagi TV akan ibu matikan
untuk makan malam, ya!" Dengan begitu, anak hanya akan merasakannya sebagai
pergantian kegiatan.
4. Beri Pujian
Jangan
segan-segan memuji bila si kecil mengerjakan sesuatu dengan cepat. Pendeknya,
beri pujian setiap kali
anak melakukan sesuatu dengan efisien
dan tidak berlambat-lambat. Anak berusia 9-10 tahun sudah mulai paham konsep
keteraturan. Pujilah mereka bila melakukan sesuatu dengan cepat, tepat, dan
terencana, "Perencanaan hebat!"
5. Buat Sistem Bintang
Belilah
stiker warna berbentuk bintang dan kalender yang ada kotak-kotak tanggalnya.
Gunakan bintang-bintang itu jadi semacam "penghargaan" untuk segala tindakan yang
serba cepat. Bila anak lambat dalam mengerjakan PR, bilang saja, sejak hari ini
ia akan mendapat sebuah bintang di kalender jika bisa
menyelesaikan PR lebih awal selama beberapa hari. Jangan lupa, janjikan
imbalan khusus bila ia berhasil mendapat sekian bintang.
6.
Gambar "Wajah
Tersenyum"
Untuk anak prasekolah yang belum bisa membaca, buatlah
gambar-gambar menarik tentang tugas yang harus ia kerjakan. Kemudian, tempelkan
stiker wajah yang sedang tersenyum persis di sebelah gambar tugas-tugas yang
telah selesai dikerjakan. Pendekatan positif model ini
biasanya efektif.
7. Beri Perhatian Positif
Anak yang
serba lambat biasanya lebih banyak dapat "perhatian" ketimbang anak yang gesit
dan efisien. Orang tua umumnya "betah" ngomel panjang lebar untuk tingkah anak yang menyebalkan itu.
Padahal bagi anak-anak, positif-negatifnya sebuah perhatian tidaklah penting.
Yang penting intensitasnya. Pujian, "Aduh, pintarnya anak Ibu!" bila anak
mengerjakan tugas dengan cepat, lebih sedikit intensitasnya dibanding, "Ya ampuun..., capek deh Ibu lihat kamu nggak selesai-selesai
bikin PR, bla... bla... bla!" Jadi, biasakanlah memberi perhatian positif
sebanyak mungkin.
Disadur
dari buku Mari Bersekolah - editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals