Ketika Anak Hilang Percaya Diri

Kamis, 15 April 2010 14:58 WIB | 5.747 kali
Ketika Anak Hilang Percaya Diri Wajahnya pucat, matanya nanar, mulutnya terdiam, pandangannya tertuju pada telunjuk-telunjuk yang terarah pada mukanya. Badannya dihentakkan, kepalanya di’degung’kan, kakinya ditendang, teriak yang memekakkan nyaring terdengar di telinganya. Mereka semua memaki, kata-kata kotor keluar dari mulut mereka. Entah kenapa, teman-teman sekolahnya berlaku seperti itu. Apa salah anak itu sehingga teman-temannya merasa punya hak untuk menghakimi, mencaci dan memaki.

Dia hanya sendirian, berhadapan dengan belasan temannya yang garang bagai singa yang kelaparan. Kulerai mereka. Terus terang aku emosi. Aku teriaki mereka, ini sudah keterlaluan.

Kemudian anak itu berjalan, menyusuri jalan kampung yang kering oleh matahari. Kepalanya menunduk ke bawah. Mencari… masih adakah cinta di bumi. Hatinya hancur, harga dirinya ambruk, tak ada lagi percaya diri.

Ya.. mungkin, mungkin saja hal itu bisa terobati. Jika ketika anak itu kembali, mereka disambut dengan senyum orang tuanya, didengar kisah pedihnya, dan dibelai dengan penuh kasih sayang, direngkuh dalam pelukan hangat ibunda, dipangku oleh genggaman kuat ayahanda, dan dibisikki kata bijaksana seorang orangtua .

Rumah adalah markas, rumah adalah barak. Di sanalah tempat menyusun kekuatan sebelum kembali berlaga di medan pertempuran. Tempat mengisi kembali batere yang habis dipakai seharian. Sehingga hati kembali berenergi, wajah kembali bercahaya, dan hidup akan terlihat begitu indahnya.

Ah… anak-anakku.
Aku sayang padamu.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB