Kala Cinta Bersemi di bangku SD (bag. 2)

Selasa, 28 Agustus 2007 14:05 WIB | 8.112 kali
Kala Cinta Bersemi di bangku SD (bag. 2) Kok Bisa ya


Ribut-ribut soal cinta dan sejenisnya yang melanda ank-anak, Nuzulia melihat akibat pergaulan dengan teman dan pengaruh sinema elektronik. Firli juga sepakat dengan hal tersebut. Dua muridnya suka menjodoh-jodohkan temannya, apalagi di rumahnya teman bermain rata-rata usia di atas mereka.

“Di rumah, mereka main dengan anak kelas enam atau anak SMP. Kata-kata yang berhubungan dengan cinta dan pacaran, mereka sering dengar dan mereka jadi ngerti tentang suka-sukaan. Tapi ada juga murid yang sangat polos, seperti Chacha. Dia tidak ambil pusing dengan naksir-naksiran,” jabar mantan pegiat Rohis di kampusnya tentang murid-murid Al-Farabi.

Masih menurut Firli, tayangan sinetron siang hingga sore hari hanya label-nya saja yang remaja atau semua umur. Tapi visualisasi tentang perasaan terhadap lawan jenis, surat-suratan, sentuhan fisik, pelukan, persaingan cinta menjadi teme yang diobral murah.

“20 tahun lalu, saat SD dulu mungkin sudah ada dari kita yang mengerti, mengalami. Biasanya hanya ejek-ejekan. Itu juga tidak segencar dan sedini anak sekarang. Memang zamannya beda. TV yang mengubahnya,” terangnya.

Tak hanya sinetron, film-film kartun anak juga banyak yang temanya cinta-cintaan. Sebut saja, Sailormoon di masa tahun 90-an. Kisah Usagi dengan Mamoru-Tuxedo bertopengnya. Apalagi di masa-masa sekarang. Praktis konsepsi anak-anak akan hal percintaan, semakin cepat karena terpaan media. “Untungnya, nggak ada yang sampai jadian atau sentuhan fisik. Alhamdulillah...,” tutur Firli.

Kalaupun ada muridnya yang mulai 'taksir-taksiran', Nuzulia selalu berupaya mengambil langkah bijak. Sebagai solusi, Lia biasanya mengajak bicara anak-anak secara terpisah, agar tidak malu. Laki-laki sendiri, perempuan pun sendiri. Maklum, murid-murid SD tingkat akhir, sudah mulai bisa diajak bicara dengan serius.

Anak-anak diberi pengertian bahwa tugas mereka adalah belajar. belum waktunya suka-sukaan. Dengan cara baik, biasanya anak-anak segera mengerti. Kontrol dan perhatian dari para guru sekolah dasar di ambang usia baligh anak, menjadi hal penting yang tidak bisa dikesampingkan.


Orang tua tahu nggak ya?


Di SD sains Al-Farabi, hampir setiap perkembangan siswa selalu dikomunikasikan dengan para wali murid. Firli mengaku awalnya para guru sangat protektif. Setiap ada masalah dengan anak, selalu diimbangi dengan rapat para pengajar. Pulang sekolah, orang tua diajak bicara. Firli bersyukur, selain perhatian guru orang tua murid juga pro aktif menanyakan perkembangan siswanya. Setiap masalah guru membantu di sekolah sedang orang tua menjaga dan memberi pengertian di rumah.

“Kami biasa menanganinya dahulu, baru ngobrol dengan orang tua. Anak-anak diajak untuk semakin paham akan cinta kepada Allah. Perasaan terhadap manusia hanya sedikit bagian dari rasa kasih sayang. Sedangkan cinta Allah dan agar Allah cinta kita, adalah hal utama yang diinginkan semua anak-anak,” pungkas Firli.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB