Allah dan Setan?

Jum'at, 06 November 2009 14:04 WIB | 6.492 kali
Allah dan Setan?
Selama ini kami mencoba mendidik anak-anak kami dengan menganggap mereka sebagai kawan kami. Juga kami mencoba untuk tidak menghalangi kreativitas dan imajinasi mereka. Terutama jika mereka bertanya, maka kami akan berusaha untuk menjawabnya; walaupun kadang pertanyaan mereka itu susah banget untuk dijawab.

Salah satunya adalah pertanyaan Umar kepada istri saya beberapa hari yang lalu. Selama ini kami memberitahu dia bahwa Allah swt adalah suatu entitas yang sangat baik, dan Setan adalah entitas yang sangat jahat.

Kemudian suatu hari dia bertanya; “Ma, kenapa sih Allah kok ngebuat Setan? Kan setan jahat, ma?”

Ketika Helen menceritakan itu, saya bengong. Anak umur 4 tahun bertanya seperti itu?

Ini biasanya adalah argumentasi anti Tuhan yang disampaikan oleh para atheis; jika Tuhan=baik, mengapa dia menciptakan setan (yang jahat/jelek). Berarti tidak mungkin Tuhan=baik.

Hah… Umar sudah bisa bernalar sampai demikian :D tapi supaya yakin, saya pastikan lagi ke istri saya. Jangan-jangan dia bercanda. Tapi ternyata tidak, dia tetap tersenyum (dan bukan tertawa lepas seperti kalau dia berhasil mencandai saya).

Holy wow.

Anyway, setahu saya pada awalnya setan itu tidak jahat. Sama seperti manusia yang pada awalnya baik & bebas dari dosa. Namun, sama seperti manusia, Allah memberikan kebebasan memilih kepada setan. Berbeda dengan malaikat yang tidak mungkin bisa membantah perintahNya sama sekali. Dan dari beberapa literatur, setan pernah mencapai derajat yang cukup tinggi.

Namun, “hanya” karena rasa sombong, maka dalam sekejap semuanya itu hilang. Setan langsung tercampakkan menjadi makhluk yang paling hina.

Sayangnya, alih-alih bertobat, justru setan tetap bertahan dengan gengsinya. Malah minta umurnya diperpanjang sampai hari Kiamat, supaya bisa balas dendam. Halah…

Jadi kalau menurut saya, Allah tidak menciptakan setan sebagai makhluk yang jahat. Setan menjadi jahat karena pilihannya sendiri. Sama seperti manusia, yang bisa memilih, apakah dia akan menjadi manusia yang baik kah, atau yang jahat? The choice is ours.

Selama kita bisa memanfaatkan nikmat akal dengan baik, dan menghindari dari nafsu seperti sombong, gengsi, dll; maka insyaAllah kita akan selamat dunia dan akhirat.

Argumentasinya sih masih bisa dilanjutkan terus, seperti definisi jahat, hikmah dari kejahatan setan, dst. Tapi saya stop dulu karena saya ingin memeluk Umar, dan berdoa mudah-mudahan dia terus demikian; selalu bertanya dengan kritis, tidak taqlid buta begitu saja, Amin.

Sumber: harry.sufehmi.com



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB