Contohin dulu, dong !

Jum'at, 01 Mei 2009 09:57 WIB | 6.800 kali
Contohin dulu, dong !
Sebentar,ya, Coleh, gumam A Fatih kepada mainan truknya yang sedang ia cuci. Aku tersenyum geli. Truk mainan dibilang soleh. Di lain waktu, adiknya yang baru berusia 7 bulan menangis, spontan ia menghampiri adiknya dan berkata,  “Kenapa cayang? Kenapa colehah?’. Dan yang paling menggelikan, suatu saat ia sedang menarik mainan truknya melewati tangga. Dan truk itu terjatuh, “Aduh,maaf,ya, katanya dengan spontan kepada truk.

Kadang saya terharu campur heran mendengarnya celotehan-celotehannya. Rasanya saya tidak pernah menyuruh dia mengatakan semua itu. Saya hanya membiasakan diri meminta maaf kepada anak-anak saya (walaupun dia masih bayi dan belum bisa bicara) untuk semua kesalahan yang saya lakukan. Misalnya ketika saya menyenggolnya, atau tak sengaja menginjak mainannya, saya biasanya berkata, “Maafin, Ummi, ya, sayang..Dan sesudah bisa berbicara,A Fatih biasanya menjawab, “Heeh..,sambil tersenyum.

Untuk panggilan, saya selalu berusaha menyebut anak-anak dengan sholeh dan sholehah, sebagai doa untuk mereka. Ternyata sebutan itu ditiru oleh anak-anakku dan pengasuhnya. Dan seiring repetisi dan konsistensi, hal itu terinternalisasi ke dalam diri mereka. Sehingga, ketika tantenya mengatakan A Fatih anak jocong (karena rambutnya jocong) ia protes, “ Bukan,… bukan anak jocong, A Fatih anak coleh!.

Dari pengalaman ini saya belajar, betapa dashyatnya energi keteladanan. Tanpa kita cape-cape menyuruh, anak akan melakukan yang kita inginkan.

dr. Ariani


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB