Wawancara: Bambang Pranggono & Rita Suriani (Bag. II)

Kamis, 15 Januari 2009 19:47 WIB | 6.703 kali
Wawancara: Bambang Pranggono & Rita Suriani (Bag. II)

Beberapa orangtua kadang menggunakan pola yang berbeda antara anak pertama dengan anak selanjutnya. Namun kami tidak melihat hal semacam ini dikeluarga ini. Kok bisa?

Memang harus disamaratakan. Semua rata, semua 100%. Walaupun punya ciri, `kebandelan` tiap anak tentu berbeda. Walau datang dari rahim yang sama, anak memiliki sifat yang berbeda-beda. Mereka punya sifat dan kebiasaan yang masing-masing punya ciri khas.

Lantas, konsep yang Anda pegang sebenarnya terinspirasi dari mana?

Rasanya otomatis aja, mengalir begitu saja. Hanya teringat dengan ayat `Kuu anfusikum wa ahlikum naaro`, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Kita semua tahu bahwa pintu surga itu banyak, makanya kami ingin sekeluarga tetap bersama-sama masuk pada pintu surga yang sama. jadi di dunia bersama-sama, di akhirat pun bersama-sama.

Sejak awal kami mendidik anak bahwa agama Islam dengan agama yang lain itu tidaksama. ]elas hanya islam yang benar, kita pun memahami bahwa Tuhan itu hanya Allah SWT   tidak ada tuhan-tuhan lain. Begitu  masuk sekolah, anak diajari PPKn. Saat menjawab ulangan, anak tidak menjawab kalau semua agama sama. Akhirnya, kami dipanggil sekolah, “Kenapa anak seperti ini? Tidak nurut ke gurunya”. 

Lalu, ketika ada program berenang dari sekolah, kami pun tidak mengizinkan anak untuk ikut. Karena waktu berenang antara  pria dan wanita menyatu. Dari semua anak, hanya si bungsu yang diizinkan. Karena, SMU 3 Bandung tempat ia sekolah, mernisahkan pria dan wanita saat berenang. Wanita berenang di tempat renang khusus. 

Pernah mendapat `godaan` tidak saat mendidik anak? Pastinya pernah ada masukan dari orang luar untuk merubah pola asuh yang sudah diterapkan.

Tentu, bahkan nenek mereka pun pernah `protes`. Ya itu tadi, ia pastinya tidak tega melihat cucu-cucu yang masih kecil menahan lapar saat puasa.

Lantas, apa yang membuat bertahan?

Ya kami kembalikan pada Allah saja. Pokoknya kami hanya ingin yang terbaik. Kami tidak ingin anak-anak terjilat api neraka. Membayangkan mereka dijilat api neraka, aduuh... tidak mau. (dengan mimik penuh kekhawatiran). Lebih baik prepare  dari sini (dunia -red). Kami ingin benar- benar menjaga anak. Bahkan, ketika suami sedang rapat, kalau anak sakit panas, ya rapatnya udahan dulu.

Tak menunda-nunda dalam ibadah, Konsep itu terlihat nyata dipraktikkan dalam keluarga pria kelahiran Yogyakarta, 19 Desember 1948 ini. Bambang yang aktif menulis serta merupakan Dosen Fakultas Teknik Unisba ini, langsung menghajikan anak-anaknya begitu anak masuk masa baligh. Tak berlebihan kiranya bila pria yang menjadi Penasihat Yayasan Istiqomah memiliki motto hidup, `Setiap saat diisi ibadah`.

H. Muhammad Istiqomah, putra keempat pasangan Bambang dan Rita pun berkomentar pada Auladi tentang pola asuh yang diterapkan kedua orangtuanya:

Saya sering melihat bagaimana teman-teman saya dididik orangtuanya. Saya merasa barsyukur dibanding teman-teman yang lain. Karena teman-teman ada yang pergaulannya sedikit negatif karena kurang mendapat perhatian dari orangtua. Sedangkan saya merasa telah diberikan `benteng` yang dapat menghalangi pergaulan yang negatif.

Alhamdulillah tidak terbawa arus negatif. Jadi ya ada positif dan negatifnya. Dulu, kalau dijemput kadang suka merasa malu. Tapi ya mau diapain lagi. Tapi alhamdulillah, sekarang boleh pergi sendiri. (tersenyum)

Obrolan malam itu serasa berjalan cepat hingga Auladi menyadari bahwa kami sudah dua jam bercakap-cakap.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB