Wawancara: Bambang Pranggono & Rita Suriani (Bag. I)

Kamis, 15 Januari 2009 19:44 WIB | 7.432 kali
Wawancara: Bambang Pranggono & Rita Suriani (Bag. I)

Kepala sekolahnya. Hari itu, saya sudah bawa alquran dari rumah. Maksud kami datang ke kepala sckolah bukan untuk minta izin, karena bukan kapasitas kita unnuk meminta ijin.

Saat itu saya hanya melaporkan langsung menghadap kepala sekolah dan bilang, “Saya melaporkan bahwa anak saya sudah masuk syariat islam. Sudah haid, sudah harus mengikuti ketentuan berpakaian wanita muslim. Dan pakaiannya seperti ini”. Ia pun menjawab, "Oh ya, tidak apa-apa. Kami dukung”.

Bambang: Setelah itu ada beberapa oranngtua murid yang mencoba agar anaknya memakai jilbab. Tapi tidak diijinkan karena saat mereka menghadap kepala sekolah, mereka malah minta ijin pada kepala sekolah.

Sarah: Teman-teman paling hanya tanya-tanya aja. Kok pake? Kok pake? Ya, nggak ada tanggapan miring. Pas awaI aja ditanya-tanya. Malah ada yang komentar, "Oh, udah haid ya?". Setelah itu, mereka juga biasa saja. Cuma ya, saya jadi terkenal kan na paling beda sendiri satu sekolah. (sontak kami semua tertawa)

Ibu lima orang anak ini (anak kedua meninggal saat berumur tiga bulan) menambahkan, keempat anaknya bersekolah di SD tersebut. Sehingga, guru-guru pun sudah kenal dekat dengan keluarga mereka. Apalagi setiap hari ia dan suami datang ke sekalah untuk menjemput anak. Ternyata, sistem antar jemput ini berlanjut hingga anak-anak mereka di perguruan tinggi, bahkan hingga paska sarjana. Tidak pria tidak pula yang wanita, tidak sekolah tidak pula “main”. Semua mereka antar jemput dan dampingi.

Kenapa harus antar jemput anak? Apakah khawatir dengan pergaulan anak muda zaman sekarang?

Rita: Ya, selain itu saya sendiri merasa senang saat melakukannya. Saya kan sayang anak. Masak kalau sayang anak dibiarkan saja? Masak membiarkan anak melakukan apapun yang ia inginkan?

Mereka pun nggak pemah main sendiri. Kalau main, ya bareng sama Mamanya. Jadinya saya harus gaul (tersenyum). Kalau anak mau pergi, ya saya antar. Tak sekadar antar, bahkan kami tunggu sampai anak selesai. Kadang-kadang nyampur sama anak kadang-kadang nggak, tunggu di mobil.

Anak-anak pernah bertanya kenapa beda sama orang lain? Teman-temannya tidak selalu diantar jemput. Lalu saya jawab, kalau kalian mau protes. Protesnya sama Allah, kenapa punya Mama seperti ini? Mama ingin kalian itu aman lahir batin. Selamat dunia akhirat.

Fatimah: Tentang diantar jemput orangtua, kalau dulu, ya kadang senang kadang nggak. Tapi, kalau sekarang malah pengennya diantar-antar terus. (tersenyum)

Anak-anak kok nurut-nurut ya. Kata Mama Papanya `A`langsung lakukan `A`.

Wong yang dipakai itu kan al quran. Alquran bukan kata Mama, melainkan kata Allah. Kalau mau protes atau complain ya boleh, complain pada Allah. (tersenyum). Selain itu, mungkin ada satu rahasia agar anak menurut yaitu selalu menjaga apapun yang dimakan keluarga. Kami tidak memasukkan makanan haram bahkan yang syubhat. Makanya, sampai sekarang anak anak tidak makan bakso, sosis dan daging asap. Termasuk tidak masuk restoran china kecuali ya yang china muslim. Apa yang dimakan harus benar-benar dijaga, karena itu akan menjadi daging, menjadi darah.

Jadi, semua itu kompleks. Dijaga makanannya, ibadahnya, pendidikannya, pergaulannya, sifatnya dan sebagainya. Bahkan, anak sudah mulai dijaga sejak Allah menjadikan dia ada. Kami bersyukur dan bendoa pada AIlah atas kehadirannya. Berdoa, ”Ya Allah mudah-mudahan anak begini-begini.” (bersambung…)



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Potensi "Anak Nakal"
Senin, 31 Oktober 2016 09:49 WIB
Telepon Aku dong, please
Senin, 19 Januari 2015 12:19 WIB
Bermain, Apa dan Mengapa?
Senin, 19 Januari 2015 05:23 WIB