Tempat-tempat Mustajab

Selasa, 10 April 2012 06:15 WIB | 12.337 kali
Tempat-tempat Mustajab Secara umum kita dapat mengatakan bahwa semua tempat di mana seseorang me­lakukan ibadah haji atau umrah adalah tem­pat yang mustajab, (doanya diterima). Namun para ulama, berdasar teks-teks keagamaan, menyebutkan sekian tempat dan waktu di mana seseorang hendaknya bersungguh-sung- guh berdoa, yaitu:

  • Saat Thawaf
  • Di Multazam
  • Di bawah Pancuran
  • Di dalam Ka’bah
  • Di sumur Zamzam
  • Di bukit Shafa
  • Di bukit Marwah
  • Saat melakukan sa’i
  • Di belakang Maqam Ibrahim
  • Di ’Arafah (saat wukuf)
  • Di Muzdalifah
  • Di Mina
  • Di tempat atau setelah selesai me­lontar pada ketiga tempat melontar, yakni Ula, Wastha, dan ’Aqabah.

Dalam konteks ibadah haji dan umrah, secara khusus kita dapat menyebut tiga tempat, di antara kelima belas tempat tersebut, yaitu:

  1. Di ’Arafah pada saat wukuf, yang ber­langsung dari zuhur sampai dengan ter­benamnya matahari.
  2. Arah Maqam Ibrahim.
  3. Multazam, yaitu tempat atau jarak antara sudut Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.

Multazam adalah tempat yang dapat dinilai paling utama. Multazam terambil kata lazim yang dalam bahasa Arab berarti "harus". Multazam adalah tempat di mana Allah Swt. mengharuskan atas diri-Nya untuk menerima permohonan setiap orang yang tulus kepada- Nya.

Merengeklah di sana kepada Allah, pe­gang pintu Ka’bah-jika memungkinkan- cucurkanlah air mata sambil memohon apa saja yang Anda inginkan, baik kebahagiaan duniawi maupun ukhrawi.

Doa-doa yang Diajarkan Nabi Saw.

Rasul Saw. memberi contoh bacaan dan doa-doa yang sebaiknya dibaca ketika me­laksanakan ibadah haji, antara lain:

1) Talbiyah



Bagi yang tidak mampu membaca talbiyah dalam bahasa Arab, maka ia dapat meng­ucapkannya dengan bahasa ibunya. Yang penting, makna dari ucapan tersebut hendak­nya dapat dihayati.

Abdul Halim Mahmud, Pemimpin Terting­gi Lembaga Al-Azhar, menulis dalam bukunya Al-Hajj lid Bait Al-Hardm, antara lain:

"Talbiyah adalah syiar bagi seorang haji, yang dikumandangkan hingga selesainya melontar (Jumrah Al-Aqabah pada tanggai 10 Dzulhijjah). Para ulama telah menjelaskan makna labbaika dengan redaksi yang berbeda, namun hakikatnya sama, yaitu:

  • Aku terima dan kuperkenankan, demi ke- taatanku kepada-Mu.
  • Arah dan tujuanku hanya kepada-Mu, ya Allah.
  • Cintaku tercurah untuk-Mu, ya Allah.
  • Keikhlasan bagi-Mu.
  • Aku akan setia dalam ketaatan dan meme­nuhi panggilan-Mu.

Dengan bertalbiyah seseorang menyam­paikan kesediaannya menerima tuntunan Ilahi dengan penuh keikhlasan dan kecintaan. Karena, hanya kepada-Nya ia mengarah. De­ngan talbiyah seseorang menyatakan keyakin­annya bahwa la syarika laka (tiada sekutu bagi-Mu) dan nikmat bersumber dari-Mu serta Icekuasaan berada dalam genggaman-Mu.

Sekali lagi, jika Anda tak mampu mem­baca redaksi berbahasa Arab di atas, maka camkan dan ucapkanlah makna-makna ter­sebut dalam bahasa apa pun.

 
Disadur dari buku Haji Bersama M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan.



Yuk Bagikan :

Baca Juga