Salah satu fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami; yang artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali ke dunia luar, dan proses ini kita sebut saja sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh tanggungjawab perbuatannya. Pengalaman bersifat kuantitatif physical (badani, nafsiyah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif psychical spiritual (ruhiyah).
Pada tubuh kita terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniyah), misalnya pahit, manis, dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah): segar, bugar. Ketiga, rasa qalbiyah: cinta, benci, bahagia, dan derita (sa’adah dan saqawwah); termasuk di dalam rasa qolbiyah ini adalah rasa yang paling luhur, yaitu rasa ruhiyah yang mencakup kearifan dan kebenaran Ilahiah atau yang sering kita kenal dengan istilah ma’rifah.
Howard Gardner, profesor dari Harvard University memperkenalkan delapan kecerdasan, yaitu sebagai berikut.
Gardner tidak sedikit pun menyinggung tentang spiritual intelligence, padahal dalam budaya atau studi antropologi diperoleh fakta bahwa setiap individu memiliki perasaan adanya “kekuatan spiritual”.
Dalam pembahasan kita di sini, justru kekuatan ruhaniah merupakan inti dari kecerdasan tersebut.
Rasa ruhiyah merupakan rasa yang paling fitrah; sebuah potensi yang secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan. Nilai kehidupan yang hakiki, tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur tersebut; apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan kebenaran yang melangit (meng-Ilahi, divinity) ataukah dia tersungkur menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan,
"Kemudian Dia menyempurnakan nyadan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sediki sekali bersyukur. ”(as-Sajdah: 9)
Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utarna kecerdasan, yaitu sebagai berikut.
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press