Kekuatan Ruhaniah

Senin, 02 April 2012 00:00 WIB | 7.878 kali
Kekuatan Ruhaniah

Salah satu fungsi qolbu adalah merasakan dan mengalami; yang artinya dia mampu menangkap fungsi indrawi yang dirangkum dan dipantulkan kembali ke dunia luar, dan proses ini kita sebut saja sebagai menghayati. Dalam proses mengalami dan menghayati itu, dia sadar akan dirinya dalam konteksnya dengan dunia luar. Sedangkan, di dalam proses menghayati, dia sadar akan seluruh tanggungjawab perbuatannya. Pengalaman bersifat kuantitatif physi­cal (badani, nafsiyah), sedangkan penghayatan bersifat kualitatif psychical spiritual (ruhiyah).

Pada tubuh kita terdapat tiga rasa yang melekat. Pertama, rasa indrawi (badaniyah), misalnya pahit, manis, dan asin. Kedua, rasa vital (nafsiyah): segar, bugar. Ketiga, rasa qalbiyah: cinta, benci, bahagia, dan derita (sa’adah dan saqawwah); termasuk di dalam rasa qolbiyah ini adalah rasa yang paling luhur, yaitu rasa ruhiyah yang mencakup kearifan dan kebenaran Ilahiah atau yang sering kita kenal dengan istilah ma’rifah.

Howard Gardner, profesor dari Harvard University memperkenalkan delapan kecerdasan, yaitu sebagai berikut.

  1. Linguistic intelligence: kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kali mat.
  2. Logical-mathematical intelligence: kemampuan menghitung, aritmatic, dan berpikir logis, analitis sampai pada sistem berpikir yang rumit.
  3. Musical intelligence: kemampuan memahami nada musik, komposisi.
  4. Spatial intelligence: kemampuan untuk melihat sesuatu dalam perspektif (think inpicture), mampu mempersepsi lingkungan, mengekpresikan gagasan dalam gambar, coretan, atau lukisan.
  5. Bodily kinesthetic intelligence: kemampuan mengkoordinasikan fisik/ tubuh, utamanya kita lihat dalam gerak para atlit.
  6. Interpersonal intelligence: kemampuan memhami irang lain.
  7. Intrapersonal intelligence: kemampuan memahami emosinya sendiri.
  8. Naturalist intelligence: kemampuan mengenal benda-benda di sekitar.

Gardner tidak sedikit pun menyinggung tentang spiritual intelligence, padahal dalam budaya atau studi antropologi diperoleh fakta bahwa setiap individu memiliki perasaan adanya “kekuatan spiritual”.

Dalam pembahasan kita di sini, justru kekuatan ruhaniah merupakan inti dari kecerdasan tersebut.

Rasa ruhiyah merupakan rasa yang paling fitrah; sebuah potensi yang secara hakiki ditiupkan ke dalam tubuh manusia ruh kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran. Pada ruh tersebut terdapat potensi bertuhan. Nilai kehidupan yang hakiki, tidak lain berada pada nilai yang sangat luhur tersebut; apakah seseorang tetap setia pada hati nuraninya untuk mendengarkan ke­benaran yang melangit (meng-Ilahi, divinity) ataukah dia tersungkur menjadi orang yang hina karena seluruh potensinya telah terkubur dalam kegelapan,

"Kemudian Dia menyempurnakan nyadan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, peng­lihatan, dan hati; (tetapi) kamu sediki sekali bersyukur. ”(as-Sajdah: 9)

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utarna kecerdasan, yaitu sebagai berikut.

  1. Kecerdasan ruhaniah (spiritual intelligence): kemampuan sesorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam carainya menempatkan diri dalam pergaulan.
  2. Kecerdasan intelektual: kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan matematik (logical- mathematical intelligence).
  3. Kecerdasan emosional (emotional intelligence): kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk me­mahami irama, nada, musik, serta nilai-nilai estetika.
  4. Kecerdasan sosial: kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. Dalam kecerdasan ini termasuk pula interpersonal, intrapersonal skill, dan kemampuan berkomunikasi (linguistic intelligence).
  5. Kecerdasan fisik (bodily-kinesthetic intelligence): kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat tubuhnya.

* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga