Bahagia Melayani Bag. II

Senin, 05 Maret 2012 00:00 WIB | 5.138 kali
Bahagia Melayani Bag. II Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanan dan pertolong¬an merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya di akhirat melainkan di dunia pun mereka sudah merasakannya.

Teman saya, seorang eksekutif yang bergerak dalam usaha perminyakan, mampu meningkatkan perusahaannya dikarenakan ia mampu memberikan pelayanan dan kemampuannya untuk berkomunikasi yang sangat piawai. Ia tidak pemah kehilangan topik pembicaraan. Bahkan, ia sangat rajin membuat catatan tentang ’’cerita humor” yang memperkaya bahan pembicaraannya. Sisi lain dari keberhasilan dirinya lebih diakibatkan oleh kemampuannya untuk berempati, berkomunikasi, dan sangat peduli terhadap orang lain. Ia telah banyak menuai hasil panennya dari apa yang ia tanam sebelumnya berupa kesan dan kepeduliannya terhadap orang lain. Ia berbicara dengan hatinya dan melayani orang lain dengan cinta. Sebagaimana dikatakan Wayne Dyer dalam tulisannya Becoming Spiritual, ”The spiritual being knows that living purposefully involves serving in a loving fashion."

Selanjutnya kepada para peserta pelatihan ditanamkan beberapa prinsip pelayanan yang harus mereka hayati dengan penuh rasa cinta (biasanya tidak hanya materi ceramah tetapi diajak pula memainkan peran, role playing).

Di antara prinsip-prinsip pelayanan tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Melayani itu ibadah dan kai enanya harus ada rasa cinta dan semangat yang membara di dalam hati pada setiap tindakan pelayanan Anda.
  2. Memberi dahulu dan Anda akan menerima ROSE (Return on Service Excellent).
  3. Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin dimengerti.
  4. Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu, dan kelak Anda akan menerima kebahagiaan melebihi dari apa yang Anda harapkan.
  5. Menghargai orang lain sebagaimana diri Anda ingin dihargai. Rasulullah saw. bersabda, "Tidaklah etigkau disebut beriman, kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu.”
  6. Lakukanlah empati yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.
Dalam pelatihan yang sama, kepada para peserta Service Excellent atau pelayanan prima, diminta untuk menghayati makna dari kepanjangan servis yaitu sebagai berikut.
S (Self Awamess and Self Esteem). Menanamkan kesadaran diri bahwa melayani merupakan bagian dari misi seorang muslim dan karenanya harus selalu menjaga self esteem ’martabat’ diri dan orang lain. Dalam pelayanan, harus ada semacam kesadaran diri yang sangat kuat bahwa ia ada karena ia melayani. Ia mempunyai harga karena mampu memberikan makna melalui pelayanannya tersebut. Sebab itu, tidak mungkinlah seseorang melayani tanpa memperhatikan martabat orang lain, karena justru dengan pelayanan itu manusia ingin saling meningkatkan kualitas dan derajat mereka satu sama lain.
E (Empathy and Enthusiasm). Lakukanlah empati dan layanilah dengan penuh gairah. Sikap yang penuh antusias akan memberikan efek batin bagi diri dan orang lain yang kita layani.
R (Reform and Recover). Berusaha untuk lebih baik dan lebih baik lagi, dan selalu memperbaiki dengan cepat setiap ada keluhan atau sesuatu yang bisa merusak pelayanan Anda.
V (Victory and Vision). Melayani berarti ingin merebut hati dan membawa misi untuk membangun kebahagiaan dan kemenangan bersama. Dalam sikap melayani, kita harus memiliki pandangan ke depan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu.
I (Inistiatif Impressive, ana Improvement). Berikanlah pelayanan yang mengesankan dan berusahalah selalu untuk meningkatkan perbaikan pelayanan.
C (Care, Cooperativeness, and Communication). Tunjukkan perhatian yang sangat mendalam dan kembangkanlah nilai-nilai yang mampu membuka kerja sama. Jalinlah komunikasi sebagai jembatan emas untuk menumbuhkan sinergi dan keterbukaan.
E (Evaluation and Empowerment). Lakukanlah penilaian , perenungan, dan upayakanlah selalu untuk memberdayakan seluruh asset yang ada pada diri Anda.
Dengan demikian, seorang muslim akan menjadikan setiap geraknya adalah pelayanan yang berkualitas. Sehingga, orang yang di sekitarnya merasakan kedamaian. Itulah sebabnya setiap mengakhiri shalat kita mengucapkan ’’salam”, semacam ada gemuruh yang menggaungkan sebuah ungkapan, ’’Dengan mengakhiri shalatku ini, sesungguhnya aku memulai hidupku untuk menebarkan salam. Sebab itu, wahai saudaraku siapa pun engkau adanya, janganlah gentar dan takut karena sesungguhnya aku hadir untuk memberikan kedamaian bagi alam semesta.”

* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga