Berkunjung ke kota Rasul Saw., Madinah,
tidak termasuk dalam rangkaian kewajiban ibadah haji. Tetapi kunjungan tersebut
amat dianjur- kan. Bahkan secara tegas Nabi Muhammad Saw. menganjurkan umatnya untuk mengunjungi tempat-tempat
(masjid), yaitu Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabi di Madinah dan Masjidil Aqsha di Palestina.
Yang terpenting dalam
kunjungan ke Madinah adalah shalat di Raudhah dan menziarahi makam Nabi
Muhammad Saw., di samping menziarahi makam para sahabat dan
keluarga beliau.
Dalam rangka
kunjungan tersebut, para ulama menganjurkan agar para penziarah terlebih dahulu
membersihkan diri. Setelah itu, baru menuju ke masjid dengan penuh hormat dan
rendah hati.
Masuklah ke masjid-upayakan
melalui Bab As-Salam-dengan kaki kanan sambil membaca Bismillah dan mengucapkan shala- wat kepada Rasul Saw. serta beristighfar memohon ampunan Allah Swt. dan
anugerah- Nya. Amat dianjurkan untuk menuju ke Rau- dhah, yaitu satu tempat di
masjid Nabi antara mimbar dan bekas rumah beliau (sekarang makam beliau).
Raudhah secara harfiah berarti "taman". Rasul Saw. bersabda:
Antara rumahku dan mimbarku adalah taman di antara
sekian taman surga.
Di Raudhah, penziarah
dianjurkan untuk melaksanakan shalat sunnah tahiyyat
al-masjid (penghormatan kepada masjid). Jika tidak memungkinkan,, maka
di bagian mana pun dari masjid itu jadilah. Setelah shalat dan berdoa
sekadarnya, peziarah menuju ke makam Rasul Saw. Di
sana, sambil berdiri, ia mengucapkan salam kepada beliau. Ketika berdiri itu,
perlu kiranya diingat sabda Nabi Saw. yang menyatakan: "Tidak seorang pun yang mengucapkan salam kepadaku,
kecuali Allah ’mengembalikan ruh ke jasadku’ agar aku dapat menjawab
salamnya."
Kita tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh beliau
dengan sabdanya ini. Namun, yang pasti adalah bahwa para nabi dan syuhada yang
gugur berjuang di jalan Allah, hidup dalam satu alam yang belum kita kenal. Al-
Quran menegaskan:
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur
di jalan Allah itu mati. Mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat
rezeki (QS Ali ’Imran [3]: 169).
Berusahalah membayangkan-ketika berdiri itu-betapa
perjuangan Nabi Saw. dalam rangka menyampaikan ajaran-ajaran Allah.
Kemudian ucapkanlah salam kepada beliau:
Assalamu ‘alaika ya Rasulallah, Assalamu ’alaika ya
Habiballah.
Sesudah itu, bersaksilah dengan menyadari bahwa Anda
sedang di hadapan beliau:
Asyhadu anld ildha illd Allah wa asyhadu annaka Rasulullah.
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi (juga) bahwa engkau adalah hamba dan Rasul-Nya."
Setelah mengucapkan
kesaksian ini, lanjutkanlah dengan bersaksi pula bahwa beliau telah
menyampaikan ajaran Islam
dengan penuh kesungguhan, kemudian
berterima- kasihlah kepada beliau, sambil berucap: "Semoga Allah
menganugerahkan kepadamu wahai Nabi, sebaik-baik ganjaran." Kemudian,
bacalah shalawat-kalau dapat, seperti sha- lawat yang diucapkan dalam shalat.
Setelah itu berdoalah kepada Allah dengan berucap: Ya Allah, Engkau telah
berfirman, Seandainya mereka yang menganiaya diri
mereka (bergelimang dalam dosa) datang kepadamu (hai Muhammad), memohon
ampunan Allah, dan Rasul pun memohonkan untuk mereka pengampunan, niscaya
mereka akan menemukan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Al-
Nisa’ [4]: 64). "Wahai Rasul, aku datang memohon agar engkau memohonkan
untukku ampunan Allah Swt., Tuhanku."
Setelah itu, jika ada
yang berpesari kepada Anda untuk disampaikan salamnya kepada Rasul Saw. maka sebutlah nama mereka-jika Anda masih ingat. Atau kalau
tidak, sampaikanlah salam tanpa inenyebut nama mereka.
Kemudian, beranjaklah
sekitar sehasta, jika memungkinkan, ke arah kanan untuk menyampaikan salam
kepada sahabat beliau Abubakar Al-Shiddiq yang makamnya berada di samping makam
Nabi Saw. Ucapkanlah salam kepada beliau, misalnya dengan berkata:
"Assalamu ’alaika, salam sejahtera
semoga tercurah untukmu wahai orang yang menyertai Rasul dalam gua dalam
perjalanan hijrah. Semoga Allah melimpahkan sebaik-baik ganjaran
untukmu."
Kemudian beranjaklah
sekitar sehasta pula ke arah kiri untuk menyampaikan salam kepada sahabat
Nabi, Umar r.a.: "Assalamu ’alaika, salam sejahtera semoga tercurah untukmu,
wahai orang yang berjasa menyebarluaskan Islam. Semoga
Allah melimpahkan sebaik-baik ganjaran untukmu."
Setelah itu carilah tempat yang lebih tenang untuk
berdoa kepada Allah dengan menghadapkan wajah ke kiblat, baik untuk kebahagiaan
duniawi, maupun ukhrawi. Kalau dapat di tempat yang dinamai ’Amud Jibril. Dan
jangan lupa, berdoalah untuk keluarga, handai tolan serta seluruh kaum
Muslim.[]
Disadur dari buku Haji Bersama M. Quraish Shihab, Penerbit
Mizan.