Mereka Cenderung pada Kebaikan
Orang-orang yang
bertakwa (bertanggung jawab) adalah tipe manusia yang selalu cenderung kepada
kebaikan dan kebenaran (hanif). Sabda Rasulullah saw., ’’Jadikan hidup hari ini lebih baik dari
hari kemarin dan hari esok lebih baik lagi dari hari ini’’, seakan-akan menembus cakrawala qalbunya dan menjadi hiasan nuraninya setiap dedk. Mereka merasakan
kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satu pun
kebaikan yang dilakukannya.
Islah secara etimologis memberikan makna suatu kondisi
atau pekerjaan yang memberi manfaat serta berkesuaian (conform). Artinya, sesuai dengan hukum atau peraturan dan bagi
seorang muslim tentu saja berkesesuaian dengan Al-Qur’an dan hadits sebagai
"nilai kebenaran tertinggi". Seirama dengan kata islah, kita mengenal kata saleh yang berasal dari kita shaluha yang merupakan lawan kata dari faasid ’rusak’. Dengan demikian, islah dan saleh
merupakan satu kondisi atau hasil perbuatan yang menyebabkan hilangnya
kerusakan dan munculnya manfaat yang berkesesuaian. Dalam hal ini, Allah
mengaitkan antara takwa dan perbuatan baik,
"Barangsiapayang bertakwa dan melakukan
perbaikan."(al-A’raaf: 35)
Bertakwa atau bertanggung jawab berarti berupaya
sekuat tenaga untuk melaksanakan kewajiban (amanah) sedemikian rupa sehingga
menghasilkan performance ’hasil kinerja’ yang terbaik.
Hasil mereka bukanlah hasil yang hanya pas-pasan atau asai jadi (mediocre) melainkan above average ’di atas rata-rata’ bahkan menunjukkan hasil yang luar
biasa (outstanding). Sehingga, para karyawan yang memiliki nilai takwa, sudah tentu terpacu dirinya untuk selalu menggali potensi diri agar dapat menduduki tempat (maqam) terbaik atau saleh. Kiranya kita harus
membiasakan diri, ketika mendengarkan amal saleh lantas terpikir dalam benak
dan sanubari kita sebuah dorongan untuk menjadi yang terbaik (khairu ummah). Islah berarti pula suatu wawasan
yang melekat pada fitrah keislaman untuk berorientasi pada amal-amal prestasi (achievements orientation).
Amanah adalah segala bentuk kebaikan yang mengikat diri dan kemudian menjadi beban dan keharusan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sehingga, takwa yang kita pahami sebagai bentuk tanggung jawab, adalah bentuk rasa cinta karena menerima amanah kebaikan dari Allah. Kebaikan merupakan kodrat yang melekat pada fitrah manusia itu sendiri. Amanah kebaikan dari Allah tersebut merupakan principium identity manusia. Artinya, manusia hanya dapat memanusiakan dirinya selama ia mau bertanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah kepadanya. Dengan demikian, hidup dan kehidupan yang kita jalani bersama-sama orang lain itu adalah amanah yang harus ia laksanakan dalam bentuk tanggung jawab (bertakwa).
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press