Mereka Memiliki Kualitas Sabar

abatasa | Kamis, 19 Desember 2013 00:06 WIB | 86.055 kali
Mereka Memiliki Kualitas Sabar
Janganlah diartikan bahwa sabar adalah sebuah kondisi fatalisme, seakan- akan tidak mau berbuat apa-apa kecuali berdiam diri menyerah dan berputus asa. Sabar berarti terpatrinya sebuah harapan yang kuat untuk menggapai cita- cita (dalam bahasa Arab, asa dapat diartikan sebagai cita-cita atau harapan, sehingga orang yang putus asa berarti orang yang kehilangan harapan atau terputusnya cita-cita. Dalam kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqamah (4 C: commitment, consistence, consequences, continous). Sabar berarti tidak bergeser dari jalan yang mereka tempuh. Sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firmari-Nya,




"Bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar’’ (al- Mu’min: 55)

Janji Allah memberikan nuansa "waktu dan masa depan". Sehingga, sabar merupakan fungsi jiwa yang berkaitan sebanding dengan harapan waktu dan proses berikhtiar untuk menjadi nyata.

Sabar yang berarti menetapkan harapan (tujuan, perjumpaan, dan berjalan menggapai ridha Allah), hanya dapat terwujud apabila mampu "menenggang atau bertoleransi dengan waktu". Bila Anda menanam benih padi, tentu saja tidak otomatis padi tersebut tumbuh. Melainkan harus dipelihara, dipupuk, dan dibersihkan dari segala hama yang mengancam. Kesabaran menanam benih, memelihara, lalu memetik dan menjualnya merupakan rangkaian usaha yang dalam manajemen dikenal sebagai profesional.

Kesabaran seorang petani tampak dari sikapnya. Sambil menunggu (faktor waktu) mereka terus bergiat, memelihara, dan bersiaga menghadapi segala macam tantangan, hama, cuaca, dan penderitaan serta rasa cemas. Ketika banjir melanda dan merusak tanamannya, itu tidak membuat mereka surut. Tetapi, selalu saja ada jalan keluar (creative) untuk memperbaikinya bahkan mencari alternatif-alternatif yang terbaik (ikhtiar).

Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk menerima beban, ujian, atau tantangan tanpa sedikit pun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya.

Rasulullah saw. bersabda,
"Bila Allah ingin memberikan kebaikan pada seseorang, maka Dia akan mengujinya." (HR Bukhari)

"Sesungguhnya besarnya suatu pahala itu sesuai dengan besamya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa ridha, maka ia mendapatkan keridhaan-Nya; dan barangsiapa yang murka (tidak tahan uji), maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya."(HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah memuji orang mukmin yang sabar,
"Sungguh menakjubkan orang mukmin itu, jika ditimpa ujian dia bersabar." (HR Bukhari)

Mereka yang sabar akan menerima ujian sebagai tantangan. Baginya hal tersebut adalah sesuatu yang biasa atau memang demikianlah seharusnya. Dengan hati yang lapang dan antusias, ia merasakan penderitaan dengan senyuman. Kepedihan hanyalah sebuah selingan dari sebuah perjalanan. Bukankah tidak selamanya jalan yang ditempuh itu tnulus dan indah. Terkadang harus mendaki dan penuh tantangan atau ujian Itulah sebabnya, Allah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang tabah dalam perjalanan,

"Orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan." (al-Baqarah: 177)
"(Yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka. Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka." (al-Hajj: 35)

"Sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar." (an-Nahl: 110)

"Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu."(Muhammad: 31)

Dalam wacana pengembangan diri, sabar dapat disetarakan dengan kecerdasan emosional (emotional intelligence), yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai tekanan (stressor).

KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga