Zikir memberikan makna kesadaran
diri cognizance (self awareness), "Aku di hadapan Tuhanku",
yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk
melanjutkan misi hidupnya yang dinamis , yaitu memberi makna melalui amal-amal
saleh. Zikir bukan hanya sekadar ritual tetapi sebuah awai dari perjalanan
hidup yang aktual. Ia bagaikan seorang nakhoda yang berlayar mencari
mutiara di dalam samudra. Mereka diingatkan bahwa waktu sangat terbatas dan
mereka harus segera kembali merapat ke pelabuhan asai berangkat dan akhir dari
tujuannya.
Zikir bagaikan kompas
dan seluruh peralatan mesin lcapal bagi nakhoda tersebut. Mereka diingatkan
bahwa mereka diberi petunjuk yang jelas agar misi pelayarannya dapat selamat.
Nakhoda yang asyik dengan pelayarannya tanpa mempedulikan kompas dan peralatan,
akan tersesat dan tidak mungkin dapat kembali dengan selamat, karena bisa saja
dia diterpa badai yang menghancurkan. Itulah sebabnya Allah berfirman,
"Janganlah kamu
seperti orang-orangyang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa
kepada dirinya mereka sendiri. Mereka itulah orang- orang yang fasik." (al-Hasyr: 19
)
Nakhoda yang profesional tentu saja akan selalu wasp>ada dan mengikuti seluruh standard of procedure (SOP) dari kapal yang menjadi tanggungjawab- nya. Dirinya terasa
tenteram karena segala sesuatu sesuai dengan SOP tersebut. Hal ini merupakan metafora dari firman Allah,
"Ingatlah, hanya dengan mengingat Aliahlah
hati menjadi tenteram." (ar- Ra’d: 28)
Dalam pelatihan
pengembangan diri, di Pesantren Al-Maghfirah, dilaku- kan penelitian rutin
setiap satu bulan penuh terhadap 20 pasien yang terkena ketergantungan narkoba.
Di samping konseling dan
program motivasi khusus, kepada mereka
diminta untuk melakukan zikir dan doa secara penuh setelah melakukan shalat
wajib. Setelah tiga bulan, mereka diperbolehkan cuti selama satu minggu di
rumahnya masing-masing dengan pengawasan ketat dari orang tuanya. Dari
penelitian tersebut, diperoleh fakta bahwa lima orang yang me- rintihkan doa
dan zikir secara sungguh-sungguh mampu mengatasi sugesti (hasrat ingin memakai
obat yang sangat kuat), dua belas orang segera kembali ke pesantren sebelum
masa cutinya selesai (pada umumnya memberikan alasan takut tergoda, masih belum
percaya diri, dan lain-lain), seria tiga orang relapse ’kembali
memakai obat’ dan kembali ke pesantren melampaui masa cutinya.
Lima orang yang
berhasil mengatasi sugesti adalah rnereka yang sangat sungguh-sungguh
melaksanakn zikir dan doa, bahkan di Timah pun mereka melaksanakannya secara
konsisten. Dua belas orang melakukan zikir dan doa serta shalat secara
konsisten hanya dua hari. Sedangkan, tiga orang yang relapse sama sekali tidak
mempraktekkannya.
Dengan demikian,
berzikir dan berdoa merupakan saiana sekaligus motivasi diri untuk menampakkan
wajah seorang yang bertanggung jawab. Zikir mengingatkan perjalanan untuk
pulang dan berjumpa dengan yang dikasihinya. Juga menumbuhkan kepercayaan diri
karena mereka mempunyai maksud atau keinginan untuk memberikan yang terbaik
pada saat mereka kembali kelak. Pendiriannya teguh tanpa keraguan dalam
melaksanakan amanahnya. Itulah sebabnya dapat pula kita katakan bahwa takwa
memberikan makna profesional, penuh kesungguhan, kuat pendirian, dan
bertanggung jawab, sebagaimana firman-Nya,
"Sesungguhnya orang-orangyang mengatakan,
’Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat
akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ’Janganlah kamu merasa takut dan
merasa sedih, bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surgayang telah dijanjikan
Allah kepadamu.’" (Fushshilat: 30)
Dengan berdoa, mereka
memiliki sikap optimis. Karena, doa pada hakikat- nya adalah rintihan seorang
hamba y ang memiliki harapan untuk memperoleh kemuliaan dan pertolongan dari
Dia yang menjadi Maula dan Wakilnya.
Berdoa berarti
memanggil diri sendiri. Jiwa dan kesadaran diseru dan dihentakkan agar sadar
bahwa aku sedang beraudiensi dengan Tuhanku. Tidak ada sikap yang paling transparan, terbuka, dan telanjang, kecuali pada saat
manusia sedang melaungkan doa, harapan, dan munajat kepada Tuhannya. ’’Begitu
dahsyatnya doa yang pribatin sehingga dapat mengubah takdir".
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani
Press