Mereka Berzikir dan Berdoa

Jum'at, 09 Desember 2011 00:00 WIB | 87.031 kali
Mereka Berzikir dan Berdoa Zikir memberikan makna kesadaran diri cognizance (self awareness), "Aku di hadapan Tuhanku", yang kemudian mendorong dirinya secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk melanjutkan misi hidupnya yang dinamis , yaitu memberi makna melalui amal-amal saleh. Zikir bukan hanya sekadar ritual tetapi sebuah awai dari perjalanan hidup yang aktual. Ia bagaikan seorang nakhoda yang berlayar mencari mutiara di dalam samudra. Mereka diingat­kan bahwa waktu sangat terbatas dan mereka harus segera kembali merapat ke pelabuhan asai berangkat dan akhir dari tujuannya.

Zikir bagaikan kompas dan seluruh peralatan mesin lcapal bagi nakhoda tersebut. Mereka diingatkan bahwa mereka diberi petunjuk yang jelas agar misi pelayarannya dapat selamat. Nakhoda yang asyik dengan pelayarannya tanpa mempedulikan kompas dan peralatan, akan tersesat dan tidak mungkin dapat kembali dengan selamat, karena bisa saja dia diterpa badai yang menghancur­kan. Itulah sebabnya Allah berfirman,

"Janganlah kamu seperti orang-orangyang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada dirinya mereka sendiri. Mereka itulah orang- orang yang fasik." (al-Hasyr: 19 )

Nakhoda yang profesional tentu saja akan selalu wasp>ada dan mengikuti seluruh standard of procedure (SOP) dari kapal yang menjadi tanggungjawab- nya. Dirinya terasa tenteram karena segala sesuatu sesuai dengan SOP tersebut. Hal ini merupakan metafora dari firman Allah,

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Aliahlah hati menjadi tenteram." (ar- Ra’d: 28)

Dalam pelatihan pengembangan diri, di Pesantren Al-Maghfirah, dilaku- kan penelitian rutin setiap satu bulan penuh terhadap 20 pasien yang terkena ketergantungan narkoba. Di samping konseling dan program motivasi khusus, kepada mereka diminta untuk melakukan zikir dan doa secara penuh setelah melakukan shalat wajib. Setelah tiga bulan, mereka diperbolehkan cuti selama satu minggu di rumahnya masing-masing dengan pengawasan ketat dari orang tuanya. Dari penelitian tersebut, diperoleh fakta bahwa lima orang yang me- rintihkan doa dan zikir secara sungguh-sungguh mampu mengatasi sugesti (hasrat ingin memakai obat yang sangat kuat), dua belas orang segera kembali ke pesantren sebelum masa cutinya selesai (pada umumnya memberikan alasan takut tergoda, masih belum percaya diri, dan lain-lain), seria tiga orang relapse ’kembali memakai obat’ dan kembali ke pesantren melampaui masa cutinya.

Lima orang yang berhasil mengatasi sugesti adalah rnereka yang sangat sungguh-sungguh melaksanakn zikir dan doa, bahkan di Timah pun mereka melaksanakannya secara konsisten. Dua belas orang melakukan zikir dan doa serta shalat secara konsisten hanya dua hari. Sedangkan, tiga orang yang re­lapse sama sekali tidak mempraktekkannya.

Dengan demikian, berzikir dan berdoa merupakan saiana sekaligus moti­vasi diri untuk menampakkan wajah seorang yang bertanggung jawab. Zikir mengingatkan perjalanan untuk pulang dan berjumpa dengan yang dikasihi­nya. Juga menumbuhkan kepercayaan diri karena mereka mempunyai maksud atau keinginan untuk memberikan yang terbaik pada saat mereka kembali kelak. Pendiriannya teguh tanpa keraguan dalam melaksanakan amanahnya. Itulah sebabnya dapat pula kita katakan bahwa takwa memberikan makna profesional, penuh kesungguhan, kuat pendirian, dan bertanggung jawab, sebagaimana firman-Nya,




"Sesungguhnya orang-orangyang mengatakan, ’Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), ’Janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih, bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surgayang telah dijanjikan Allah kepadamu.’" (Fushshilat: 30)

Dengan berdoa, mereka memiliki sikap optimis. Karena, doa pada hakikat- nya adalah rintihan seorang hamba y ang memiliki harapan untuk memperoleh kemuliaan dan pertolongan dari Dia yang menjadi Maula dan Wakilnya.

Berdoa berarti memanggil diri sendiri. Jiwa dan kesadaran diseru dan dihentakkan agar sadar bahwa aku sedang beraudiensi dengan Tuhanku. Tidak ada sikap yang paling transparan, terbuka, dan telanjang, kecuali pada saat manusia sedang melaungkan doa, harapan, dan munajat kepada Tuhannya. ’’Begitu dahsyatnya doa yang pribatin sehingga dapat mengubah takdir".

 

* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga