Mereka Merasakan Kehadiran Allah

Selasa, 01 November 2011 00:00 WIB | 14.890 kali
Mereka Merasakan Kehadiran Allah Mereka yang bertanggungjawab dan cerdas secara ruhaniah, merasakan kehadiran Allah di mana saja mereka berada (OMNIPRESENCE-God is all there). Mereka meyakini bahwa salah satu produk dari keyakinannya beragama antara lain melahirkan kecerdasan moral spiritual yang menumbuhkan perasa­an yang sangat mendalam (zauq) bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah. Rasululah bersabda,

"Beribadahlah engkau seakan-akan engkau melihat Allah. (Karena engkau tidak mampu melihatnya), maka ketahuilah bahwa Allah senantiasa melihatmu."

Ada kamera ilahiah yang terus menyoroti qalbunya, dan mereka me­rasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicatat Allah tanpa ada satu pun yang tercecer. Orang yang cerdas secara ruhaniah merasakan pengawasan Allah (OMNISCIENCE - The All - Knowing Mind of God). Allah berfirman,

"Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang bisikkan hatinya. Kami lebih dekat kepadanya daripada urat nadinya." (Qaaf: 16)

Takwa yang kita tafsirkan sebagai perasaan bertanggung jawab, tidak mungkin tumbuh kecuali ada kesadaran yang sangat mendalam bahwa wajah Allah senantiasa tampak di manapun kita berada dan tampak dalam pandangan batin yaitu qalbu sebagaimana tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 115.

Kesadaran bahwa Allah senantiasa bersamanya (innallaha ma’ana) dan perasaan bahwa Allah menyaksikan dirinya (musyahadah), merupakan bentuk itrah manusia. Karena sejak awai psnciptaan manusia, telah ada perjanjian moral dan pengakuan/potensi bertuhan,


 


"Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, ’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi."’(al-A’rauf: 172)

Dengan kesadaran itu pula, sebenarnya nilai-nilai moral akan terpelihara. Karena seluruh tindakan yang berasal dari pilihan qalbunya yang berbinar cahaya (nurani), akan melahirkan kemampuan untuk memilih atau keber­pihakan yang jelas dan lugas pada prinsip-prinsip iman yang sangat merindu­kan pertemuan dengan-Nya. Sehingga, seluruh tanggung jawabnya dapat di­bayarkan tunai dan mereka memperoleh predikat jiwa yang mutmainah di­karenakan merasakan ketenteraman dan tidak merasa terikat oleh apa pun kecuali pengharapkan untuk memperoleh ridha Allah. Firman-Nya,



"Hai jiwa yang tenang (mutmainah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hatiyangpuas lagi diridhai-Nya. Maka, masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (al-Fajr: 27-30)

Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam sempit dan lapang, mereka tetap merasakan kebahagiaan (sa’adah, bliss, happiness), karena kepada Allah mereka bertawakal. Arti kata tawakal, tawakul, atau wakil mem­berikan pengertian perihal sikap seseorang untuk menyandarkan diri sehingga dirinya kuat atau sesuatu yang dapat diandaikan sehingga kita merasa tenteram karena ada seseorang yang dapat diandaikan.

Ketika Anda sedang dalam keadaan lemah atau sangat tidak berdaya menghadapi sesuatu, tentunya Anda membutuhkan orang yang dapat diandal­kan untuk mewakili Anda. Orang tersebut tidak mungkin menjadi wakil ke­cuali Anda yakin bahwa memang dia patut diandalkan. Mereka menjadikan dirinya semakin kuat dari hari ke hari, karena yakin ada sumber kekuatan yang akan memberikan kelimpahan kepada dirinya. Yakni, Allah Yang Mahabesar dan Mahakuat (OMNIPOTENCE - The All-Powerjul One God ).

Menurut Dadang Hawari, berbagai penelitian tentang hubungan antara komitmen beragama dan kesehatan, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna di antara kelompok yang menjalankan ibadah keagamaan dan ke­sehatan secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam studi komprehensif dari 200 penelitian epidemiologik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara agama dan kesehatan.

Penelitian ilmiah yang dilakukan Larson dan ilmuwan lainnya diperoleh fakta bahwa komitmen agama menurunkan angka kematian karena bunuh diri. Dari penelitian terbukti bahwa mereka yang tidak mengikuti kegiatan agama mempunyai risiko empat kali untuk bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang rajin menjalankan komitmen beragama. Mereka yang memiliki komitmen pada agama dan menjalankannya secara rutin memiliki risiko terkena kardioveskuler lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalani ibadah secara rutin. Mereka yang memiliki komitmen agama lebih kuat me­nahan keluhan depresi, lebih cepat beijalan, lebih tahan menahan rasa sakit, dan lebih kuat menghadapi stres.

Pemaparan ilmiah tersebut, membuktikan bahwa siapa pun yang me­yakini merasakan kehadiran Tuhan, lalu menjalankan agamanya secara rutin dan penuh rasa cinta, akan memperoleh sandaran yang kuat.

Tentu saja, perasaan kehadiran Allah di dalam qalbu tidak dapat datang dengan begitu saja, melainkan harus dilatih melalui keheningan batin. Anda tidak mungkin menangkap bayangan di atas air yang deras. Tetapi, tengoklah gambar wajah Anda yang utuh ketika air tenang, bening, dan tidak ada riak sedikit pun. Begitu juga dengan melatih qalbu untuk merasakan kehadiran Allah. Ia hanya mungkin diperoleh ketika keadaan jiwa dalam kondisi kon­templatif, bening, dan menarik din (withdrawal) untuk beberapa saat dari hiruk-pikuk dunia atau yang dalam istilah sufistik dikenal sebagai uzlah.

Pelatihan ini memberikan pula pola penghayatan zikir yang berdimensi luas. Zikir bukan hanya menyebut atau mengingat Allah, melainkan diberikan makna secara lebih praktis dan mendalam dengan penekanan bahwa zikir adalah menumbuhkan kesadaran ke mana dan bagaimana kita harus pulang. Kesadaran diri sebagai pengemban arnanah yang harus mempertanggung­jawabkannya melalui tindakan-tindakan moral yang luhur.

Bila Anda meminjam kendaraan (katakanlah Mercedes Benz), tentu saja ada semacam ketukan dalam nurani Anda untuk mengembalikan kendaraan tersebut dengan baik kepada si pemilik yang telah berbaik budi memberikan pinjaman kepada Anda. Apa jadinya bila Anda tidak amanah sehingga ken­daraan tersebut ternyata tidak dipakai sebagaimana mestinya, seperti kaca spionnya pecah, rodanya kempes bahkan hilang, atau bodinya penyok? Sebalik­nya, bagaimana tanggapan sang pemilik bila kendaraan tersebut Anda kembali­kan dengan utuh bahkan lebih baik dari semula? Ada beberapa asesoris atau pare parts yang Anda perbaiki sehingga kendaraan tersebut ketika dikembalikan jauh lebih baik sebagai tanda balas b adi Anda kepada sang pemilik. Inilah sebuah tamsil (metafora) atas rasa tanggung jawab atau takwa tersebut Anda selalu ingin memberi nilai tambah dalam segala hal kebaikan. Allah berfirman,

"Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu lebih baik daripadanya, atau hendaklah kamu membalasnya dengan yang sepadan. Sesungguhnya Allah sangat memper­hitungkan segala sesuatu." (an-Nisaa’: 86)

 
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema Insani Press



Yuk Bagikan :

Baca Juga