Mereka yang bertanggungjawab dan cerdas secara ruhaniah,
merasakan kehadiran Allah di mana saja mereka berada (OMNIPRESENCE-God is all there). Mereka meyakini bahwa salah satu produk dari keyakinannya
beragama antara lain melahirkan kecerdasan moral spiritual yang menumbuhkan perasaan yang sangat mendalam (zauq) bahwa
dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah. Rasululah bersabda,
"Beribadahlah engkau seakan-akan engkau melihat Allah.
(Karena engkau tidak mampu melihatnya), maka ketahuilah bahwa
Allah senantiasa melihatmu."
Ada kamera ilahiah yang terus menyoroti qalbunya, dan mereka merasakan serta menyadari
bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicatat Allah tanpa ada satu pun yang
tercecer. Orang yang cerdas secara ruhaniah merasakan pengawasan Allah (OMNISCIENCE - The All - Knowing Mind of God). Allah berfirman,
"Sesungguhnya
telah Kami ciptakan manusia, dan
Kami mengetahui
apa yang bisikkan hatinya. Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat nadinya."
(Qaaf: 16)
Takwa yang kita tafsirkan sebagai perasaan bertanggung jawab, tidak
mungkin tumbuh kecuali ada kesadaran yang sangat mendalam bahwa wajah Allah
senantiasa tampak di manapun kita berada dan tampak dalam pandangan batin yaitu
qalbu sebagaimana tercantum dalam surah al-Baqarah ayat 115.
Kesadaran bahwa Allah senantiasa bersamanya (innallaha ma’ana)
dan perasaan bahwa Allah menyaksikan dirinya (musyahadah),
merupakan bentuk itrah manusia. Karena sejak awai psnciptaan manusia, telah ada
perjanjian moral dan pengakuan/potensi bertuhan,
"Bukankah
Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, ’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi."’(al-A’rauf: 172)
Dengan kesadaran itu pula, sebenarnya nilai-nilai moral akan terpelihara. Karena seluruh tindakan yang berasal dari
pilihan qalbunya yang berbinar cahaya (nurani), akan melahirkan
kemampuan untuk memilih atau keberpihakan yang jelas dan lugas pada
prinsip-prinsip iman yang sangat merindukan pertemuan dengan-Nya. Sehingga,
seluruh tanggung jawabnya dapat dibayarkan tunai dan mereka memperoleh
predikat jiwa yang mutmainah dikarenakan merasakan ketenteraman dan tidak
merasa terikat oleh apa pun kecuali pengharapkan untuk memperoleh ridha Allah.
Firman-Nya,
"Hai jiwa yang tenang
(mutmainah), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hatiyangpuas lagi diridhai-Nya.
Maka, masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam
surga-Ku." (al-Fajr: 27-30)
Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah merasakan dirinya
berada dalam limpahan karunia Allah. Dalam suka dan duka atau dalam sempit dan
lapang, mereka tetap merasakan kebahagiaan (sa’adah,
bliss, happiness), karena kepada Allah
mereka bertawakal. Arti kata tawakal,
tawakul, atau wakil memberikan
pengertian perihal sikap seseorang untuk menyandarkan diri sehingga dirinya
kuat atau sesuatu yang dapat diandaikan sehingga kita merasa tenteram karena ada
seseorang yang dapat diandaikan.
Ketika Anda sedang dalam keadaan lemah atau sangat tidak
berdaya menghadapi sesuatu, tentunya Anda membutuhkan orang yang dapat diandalkan
untuk mewakili Anda. Orang tersebut tidak mungkin menjadi wakil kecuali Anda
yakin bahwa memang dia patut diandalkan.
Mereka menjadikan dirinya semakin kuat dari hari ke hari, karena yakin ada
sumber kekuatan yang akan memberikan kelimpahan kepada dirinya. Yakni, Allah
Yang Mahabesar dan Mahakuat (OMNIPOTENCE - The All-Powerjul One
God ).
Menurut Dadang Hawari, berbagai penelitian tentang hubungan
antara komitmen beragama dan kesehatan, menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna di antara kelompok yang menjalankan ibadah keagamaan dan kesehatan
secara umum dapat dikemukakan bahwa dalam studi komprehensif dari 200
penelitian epidemiologik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif
antara agama dan kesehatan.
Penelitian ilmiah yang dilakukan Larson dan ilmuwan lainnya diperoleh fakta
bahwa komitmen agama menurunkan angka kematian karena bunuh diri. Dari penelitian terbukti bahwa
mereka yang tidak mengikuti kegiatan agama mempunyai risiko empat kali untuk bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang rajin
menjalankan komitmen beragama. Mereka yang memiliki komitmen pada agama dan menjalankannya
secara rutin memiliki risiko terkena kardioveskuler lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang
tidak menjalani ibadah secara rutin. Mereka yang memiliki komitmen agama
lebih kuat menahan keluhan depresi, lebih cepat
beijalan, lebih tahan menahan rasa sakit,
dan lebih kuat menghadapi stres.
Pemaparan ilmiah tersebut, membuktikan bahwa siapa pun yang
meyakini merasakan kehadiran Tuhan, lalu menjalankan agamanya secara rutin dan penuh rasa cinta, akan memperoleh
sandaran yang kuat.
Tentu saja, perasaan kehadiran Allah di dalam qalbu tidak dapat datang dengan begitu saja, melainkan harus
dilatih melalui keheningan batin. Anda tidak mungkin menangkap bayangan di atas
air yang deras. Tetapi, tengoklah gambar wajah Anda yang utuh ketika air
tenang, bening, dan tidak ada riak sedikit pun. Begitu juga dengan melatih qalbu untuk merasakan kehadiran Allah. Ia hanya mungkin diperoleh
ketika keadaan jiwa dalam kondisi kontemplatif, bening, dan menarik din (withdrawal) untuk beberapa saat dari hiruk-pikuk dunia atau yang dalam istilah sufistik dikenal sebagai
uzlah.
Pelatihan ini memberikan pula pola penghayatan zikir yang
berdimensi luas. Zikir bukan hanya menyebut atau mengingat Allah, melainkan
diberikan makna secara lebih praktis dan mendalam dengan penekanan bahwa zikir
adalah menumbuhkan kesadaran ke mana dan bagaimana kita harus pulang. Kesadaran
diri sebagai pengemban arnanah yang harus mempertanggungjawabkannya melalui
tindakan-tindakan moral
yang luhur.
Bila Anda meminjam kendaraan (katakanlah Mercedes Benz),
tentu saja ada semacam ketukan dalam nurani Anda
untuk mengembalikan kendaraan tersebut dengan baik kepada si pemilik yang telah
berbaik budi memberikan pinjaman kepada Anda. Apa jadinya bila Anda tidak amanah
sehingga kendaraan tersebut ternyata tidak dipakai sebagaimana mestinya,
seperti kaca spionnya pecah, rodanya kempes bahkan hilang, atau bodinya penyok?
Sebaliknya, bagaimana tanggapan sang pemilik bila kendaraan tersebut Anda
kembalikan dengan utuh bahkan lebih baik dari semula? Ada beberapa asesoris
atau pare parts yang
Anda perbaiki sehingga kendaraan tersebut ketika dikembalikan jauh lebih baik
sebagai tanda balas b adi Anda kepada sang pemilik. Inilah sebuah tamsil
(metafora) atas rasa tanggung jawab atau takwa tersebut Anda selalu
ingin memberi nilai tambah dalam segala hal kebaikan. Allah berfirman,
"Apabila kamu diberi
penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu lebih
baik daripadanya, atau hendaklah kamu membalasnya dengan yang sepadan.
Sesungguhnya Allah sangat memperhitungkan segala sesuatu." (an-Nisaa’:
86)
* KH. Toto Tasmara,
Penerbit Gema Insani Press