Inilah makna lain dari
pengertian takwa yang lebih bersifat
workable,
membumi, dan nyata. Ia tampak dari
sikap dan tindakannya untuk memenuhi amanah dan melaksanakan atau membumikan
pernyataan visi yang ditetapkannya dengan penuh tanggung jawab. Karena mereka
yang cerdas secara ruhaniah, memiliki kepedulian terhadap akhirat setinggi
kepeduliannya terhadap duniawi.
Seseorang tidaklah disebutkan
cerdas secara ruhani, bila hanya peduli dengan akhirat tetapi
membutakan dirinya terhadap misinya di dunia. Tujuan hidup yang hakiki adalah
menetapkan target yang tinggi terhadap pengharapan ke
akhirat, tetapi dalam kesehariannya mereka menampakkan rasa tanggung jawab moralnya dalam
mengarungi samudra dunia. Untuk meraih ketinggian
atau keluhuran hati nuraninya, hanya mungkin dibuktikan
dalam kehidupannya secara nyata dengan dunia.
Bahkan, mereka menyadari posisi dirinya sebagai
khalifah yang harus menundukkan
dunia, bukan sebaliknya dirinya tertawan menjadi budak dunia. Mereka tidak ingin dikasihi
atau mengemis kepada dunia. Tetapi, dengan iman, ilmu, dan amalnya yang
prestatif kuat, mereka justru menjadikan dunia mengemis kepadanya. Karena,
seseorang yang hanya mempedulikan norma- norma akhirat tanpa bukti nyata dan
keterlibatannya dalam urusan dunia, adalah para pemimpin yang buta.
Diagram di atas memberikan
pengertian sebagai berikut.
-
Buta adalah tipe manusia
yang hanya mempedulikan atau menyibukkan diri dengan urusan ritual (pada skala
tinggi), tetapi kepedulian dan aktualisasinya terhadap dunia sangat rendah,
sehingga nurani mereka terhadap persoalan yang berkaitan dengan kemasyarakatan
maupun ekologi cenderung terlepas dari perhatian dirinya. Mereka beragama
tetapi tidak mau berkorban, "religion without sacrifice"sebagaimana dikatakan Mahatma Gandhi. Kepedulian atau keterlibatannya yang hanya terfokus pada daerah habluminallah tanpa sedikit pun bertancgung jawab terhadap masalah keduniaan, dapat
menimbulkan dorongan atau kecenderungan pada fanatisme yang sempit. Mereka
terpuruk dalam abstraksi yang fanatikdan kemudian menutup diri dari segala
gagasan, saran, dan kerja sama yang mengajak dirinya terlibat dalam hal
kemasyarakatan.
- Kufur adalah tipe manusia
yang kepedulian dan keterlibatannya pada urusan dunia dan akhirat sangat rendah
Mereka mudah terprovokasi, bertindak agresif, dan larut dalam suasana masaa.
Mereka bagaikan "zombi", mayat hidup yang hanya memenuhi hiruk-pikuk dunia, tetapi tidak
memberikan makna terhadap misi kehidupan diri dan orang lain. Ke dalam tak
mengganjilkan, keluar tak menggenapkan. Ada dan tiadanya sama saja tidak memberikan
pengaruh (wujuduhu
kaadamihi). Hati mereka sungguh mempunyai penyakit,
bahkan telah terkunci sebagaimana firman
Allah dalam surah Ali Imran ayat 7.
- Hedonis adalah tipe manusia
yang mempunyai keterlibatan dan kepedulian tinggi dalam hal duniawi. Mereka
memiliki kekayaan secara materi, tetapi rendah secara moral, sehingga cenderung
menjadi tipe manusia yang haus akan kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan.
Mungkin saja mereka cerdas secara intelektual, tetapi bodoh secara spiritual.
Hidup hanya mengejar kesenangan atau kenikmatan yang sementara, berjangka
pendek, dan fana (hedonis). Lord Aton berkata "Power tends to corrupt, absolute power, corrupt absolutely."
- Muttaqiin adalah tipe manusia yang ideal, bertanggung jawab secara berkeseimbangan
antara kepeduliannya
yang tinggi terhadap
akhirat dan pencapaian
amal prestatifnya di dunia. Mereka selalu cenderung untuk berorientasi pada pencapaian prestasi (achievement orientation) yang tetap konsisten
menjadikan "akhirat" sebagai ultimate goal dengan cara membuktikannya secara aktual dalam
hubungannya dengan manusia dan alam.
Mereka adalah tipe manusia cerdas secara ruhani yang selalu mengarahkan
sikap dan tindakannya secara berkesimbangan, mengarah, dan berupaya sekuat
tenaga untuk menjadi orang-orang yang bertanggung jawab (al-muttaqiin).
* KH. Toto Tasmara, Penerbit Gema
Insani Press