Mahakasih Allah Tuhan kita. Tahukah Anda betapa besar kasih sayang-Nya? Mari kita berpikir
sejenak! Pernahkah Anda melihat seekor binatang mengangkat kakinya karena
khawa- tir menginjak anak yang dilahirkannya? Tahukah Anda berapa besar kadar
kasih sayang- nya? Atau berapa besar kadar kasih sayang ibu atau kasih sayang
Anda kepada anak-anak Anda? Kita semua yakin bahwa setiap orang- tua mengasihi
anaknya, tetapi sulit digambar- kan batas kasih itu. Maka bagaimana kita dapat
menggambarkan kasih Ilahi, sedang menurut Rasulullah Saw., sebagaimana diriwayatkan oleh
Muslim melalui Abu Hurairah, "Allah
menjadikan rahmat satu bagian. Disimpan- Nya di sisi-Nya sembilan puluh
sembilan bagian dan diturunkan-Nya ke bumi satu bagian. Satu bagian inilah yang
dibagi untuk seluruh makhluk. (Begitu mencakupnya, sampai-sampai dari yang satu
bagian itu) seekor binatang yang mengangkat kakinya, karena dorongan kasih
terhadap anaknya, khawatir kalau-kalau sampai ia menginjaknya."
Masih tersisa di sisi Allah yang
Mahakasih itu sembilan puluh sembilan bagian kasih, disimpan di sisi-Nya untuk
Dia bagikan kepada makhluk-makhluk-Nya, antara lain
kepada mereka yang datang berkunjung kepada-Nya dengan tulus
mengharap.
Tuhanmu
adalah Maha Pengampun, memiliki kasih sempurna (QS Al-Kahfi [18]: 58).
Karena kasih dan ampunan-Nya
itulah, maka Dia mengundang makhluk-makhluk- Nya untuk datang kehadirat-Nya.
Karena kasih-Nya itulah Dia membuka bermacam- macam pintu gerbang agar
hamba-hamba- Nya masuk meraih pengampunan dan rah- mat-Nya itu.
Mari kita
camkan riwayat berikut yang disampaikan oleh Imam
Muslim-seorang pakar hadis-yang riwayat-riwayatnya memiliki nilai
kesahihan yang tinggi. Setelah pakar itu menyampaikan rentetan perawi-perawinya,
tibalah ia pada perawi terakhir, yaitu Ibn Sya- masah Almahri, yang mendengar
dan menyaksikan langsung peristiwa tersebut. Tuturnya:
"Kami datang berkunjung
kepada ’Amr ibn Al-Ash, yang ketika itu sedang sakit yang membawa mati. Dia
menangis panjang tersedu-sedu sambil memalingkan wajahnya ke arah tembok .
Putranya menghibur sang ayah: Ayahku, mengapa sedih, bukankah Rasulullah telah
menyampaikan kepadamu berita gem- bira tentang ini dan itu?’ Maka, kata Ibnu
Sya- masah, kulihat ’Amr memalingkan wajahnya dan berkata: ’Sebaik-baik yang
kita siapkan adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan yang wajib disembah kecuali
Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Aku pernah berada dalam tiga tingkat
keadaan. Aku pernah mengalami suatu keadaan di mana tidak seorang pun yang
lebih kubenci melebihi Muhammad Rasulullah Saw. itu.
Tidak ada sesuatu yang paling kusukai
ketika itu melebihi keinginan untuk menguasai dan membunuhnya. Seandainya
ketika itu aku wafat, niscaya aku menjadi penghuni neraka. Kemudian, ketika Islam mulai menyentuh hatiku berkat
rahmat kasih Allah, aku datang kepada Nabi Saw. dan
berkata kepada beliau, ’Ulurkan tanganmu,
agar
aku berbaiat/mengikat janji setia
denganmu.` Maka beliau mengulurkan
tangannya dan kujabat tangan beliau itu, (tetapi aku terdiam maka) beliau
berkata: ’Hai ’Amr, apa yang terjadi denganmu?’ Aku menjawab, ’Aku ingin
menetapkan syarat.’ ’Apa syaratmu?’ tanya Nabi. ’Aku diampuni.’ Beliau
menjawab, ’Tidakkah engkau ketahui bahwa memeluk Islam
menghapus segala keburukan yang dilakukan sebelumnya; begitu juga
berhijrah menghapus keburukan sebelumnya dan demikian pula melaksanakan haji
menghapus segala keburukan sebelumnya/ ’Amr bin Ash kemudian berkata: ’Tidak
seorang pun yang lebih kucintai daripada Rasulullah Saw., tidak pula ada seorang yang lebih
agung di mataku daripada beliau. Aku tidak dapat menatap beliau dengan sepenuh
mata karena hormat dan kagumku kepada beliau, sehingga seandainya aku diminta untuk
menggambarkan bagaimana raut muka Rasul, pasti aku tak mampu karena mataku
tidak pernah mampu menatap beliau. Aduh! Seandainya aku mati dalam keadaan demikian,
niscaya wajar aku mengharap menjadi penghuni surga.’"
Terbaca di atas, antara lain bahwa, pintu kasih Ilahi terbuka
lebar melalui ibadah haji.
Siapa
yang melaksanakan ibadah haji, tanpa berkata dan berbuat cabul, dan tanpa melanggar
ketentuan, maka keadaannya dari segi dosa akan kembali seperti keadaan pada
hari ia dilahirkan ibunya (HR Bukhari dan Muslim).
Jamaah
haji dan umrah adalah tamu-tamu Allah. Dia memanggil mereka, dan mereka
memperkenankannya. Mereka bermohon kepadanya dan Dia mengabulkan permohonan
mereka.
Demikianlah haji itu. Anda
boleh bertanya, "Haji yang bagaimana?" Itulah yang akan kita
bicarakan dalam bagian-bagian mendatang. Dengan melaksanakan ibadah haji,
semoga kita berkesempatan melihat dengan mata hati sekelumit dari kebesaran dan
ke- agungan Rasulullah Saw., ketika kita berkunjung ke makam beliau Semoga kita
berhasil bukan saja memahami haji, tetapi menghayati dan mengamalkannya. Dan,
semoga kita berhasil mengisi kalbu, meraih cinta, dan kagum kepada junjungan
kita pesuruh Allah terakhir
itu.[]
Disadur dari buku Haji Bersama M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan