Kesabaran itu susah. Menjalani takdir yang diberi; berusaha terus melaju dengan apa yang ada, tanpa pernah putus asa, bukan suatu hal yang mudah.
Kesabaran bukan hanya kita praktekkan ketika menerima musibah, tapi juga harus bisa kita usahakan dalam bentuk yang aktif.
Secara umum, kesabaran itu terdiri dari tiga jenis:
(1) Kesabaran ketika ditimpa musibah, (2) Kesabaran agar bisa terus menjalankan kebaikan, dan
(3) Kesabaran untuk bisa menghindari diri dari keburukan.
Orang-orang yang bersabar harus mampu menjaga dirinya dari melakukan perbuatan yang dilarang, dan harus juga bisa mengarahkan dirinya agar bisa terus berada di koridor kebaikan sebagaimana telah diperintahkan.
Penyebab ketidaksabaran Dari dialog antara Nabi Musa AS dan Khidhr, kita bisa mengetahui salah satu penyebab kita tidak sabar. Kisah perjalanan mereka berdua bisa kita lihat di surat Al-Kahfi. Salah satu potongan perkataan Khidhr kepada Nabi Musa AS yaitu:
"Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (QS. Al-Kahfi: 68)
Jika kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, terbentur kondisi realita tidak sesuai pengharapan/usaha, terkadang bisa menyebabkan ketidaksabaran. Akhirnya mempertanyakan keputusan Tuhan. Nnaudzubillah.
Maha Suci Allah dengan segala Kesempurnaan-Nya Kita lupa bahwa Allah memiliki sifat Al `Adl (maha adil), Al `Aliim (maha mengetahui/memiliki ilmu), Al Hakiim (maha bijaksana), juga Ar Rahman (Maha Pengasih) dan Ar Rahiim (Maha Penyayang).
Lupa seakan-akan tidak ada kekuasaan Ilahi yang mengawasi kita, yang maha memelihara dan menjaga.
Kita merasa yakin bahwa apa yang kita rencanakan, inginkan, usahakan, merupakan satu-satunya hal yang terbaik bagi diri kita di dunia dan akhirat. Padahal dengan keterbatasan ilmu yang kita miliki, hal ini belum tentu 100 persen benar.
Bisa jadi Allah menetapkan suatu hal yang jauh lebih baik di balik kegagalan kita, mengatur skenario yang lebih indah dari apa yang telah kita sangka, menjaga dan mengarahkan diri kita dari keterpurukan di dunia dan kerugian di akhirat –karena sekali lagi, Allah maha mengetahui dan janganlah ragu, karena Dia juga maha penyayang terhadap hamba-hamba-Nya.
Yang perlu kita lakukan cukuplah sederhana, bersyukur ketika diberi nikmat, dan bersabar ketika diuji. Bersabarnya bukan hanya pasif, tapi juga aktif, terus mencari jalan keluar lainnya, terus mencari solusi, berusaha lagi tanpa pernah mengenal putus asa.
Penulis adalah sahabat Republika Online yang berumah maya di http://genkeis.multiply.com
Sumber: republika.co.id