Makhluk Hanyalah Jalan Ketetapan-Nya

KH. Abdullah Gymnastiar | Kamis, 24 April 2008 10:54 WIB | 6.990 kali
Makhluk Hanyalah Jalan Ketetapan-Nya
Betapa sesungguhnya segala-galanya hanya datang dari Allah SWT. Segala nikmat dan segala apa yang datangnya dari Allah yang menciptakannya. Sedangkan makhluk hanyalah sekedar jalan sampainya nikmat dan jalan sampainya musibah.

Walhasil akan jadi sengsara dan berat bagi siapa pun ketika telah terlalu banyak berharap dan terlalu banyak takut kepada makhluk. Padahal setiap makhluk, laa haula walaa kuwata illa billah tiada berdaya kecuali diberi kekuatan oleh Allah SWT.

Makhluk tidak akan memberi nikmat apapun tanpa ijin Allah. Andai pun, misalnya, bergabung seluruh jin dan manusia di muka bumi ini dengan seribu janji disampaikan, tapi jikalau tanpa ijin Allah, tidak akan pernah terjadi apapun dan tidak akan pernah datang apapun kepada kita.

Allah SWT berfirman, "Dan tuhanku, yang Dia memberi makan dan Dia memberi minum, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku dan yang mematikan aku. Kemudian akan menghidupkan aku kembali". (Q.S Asy-Syura [26]: 79-81).

Ayat ini menyiratkan bahwa hanya Allah lah yang memberi rizki, yang memberi kesehatan dan yang memberi segalanya. Setiap makhluk termasuk kita ini memang Allah lah yang menjamin segala kebutuhannya. Tugas kita sebagai manusia adalah menjemput makanan yang Allah jaminkan itu dengan cara terbaik sehingga ikhtiar mencari rizki baginya menjadi acara amal shaleh, acara ibadah dan acara yang penuh makna.

Kita harus ikhtiar menjemput makanan kita dengan cara terbaik, maka ikhtiar itulah yang menjadi amal shaleh. Kalau proses makannya disesuaikan dengan sunnah Rasulullah saw, menceduk dengan tangan kanan, sambil duduk, mengambil yang paling dekat dulu, yang sebelah pinggir dulu atau etika-etika lain yang dicontohkan Rasulullah SAW. Insya Allah jadi amal kebaikan, jadi suatu yang bernilai, tidak asal makan saja. Allah yang memberi makan kepada kita, tapi apakah acara makan ini menjadi suatu kemuliaan, jadi acara yang bernilai, jadi acara yang bermakna, tergantung dari niat dan cara yang kita lakukan.

Ah, sahabat. Tidak cukup hanya ingin makan saja. Yang lebih penting adalah memperbaiki niat dan memperbaiki cara, supaya acara mencari makan ini, menjadi sebuah amal shaleh. Setiap orang sudah ada jatah rizkinya, semua pasti dapat makan, insya Allah. Kita hanya akan berhenti makna kalau kita sudah mati.

Bagaimana dengan orang yang kelaparan? Sebetulnya orang yang meniggal karena kelaparan dengan yang meniggal bukan karena kelaparan, lebih banyak yang meniggal bukan karena kelaparan. Artinya apa? Sebenarnya bukan karena kelaparan itulah yang menyebabkan meninggal, kelaparan hanya salah satu jalan berakhirnya hidup seseorang. Sama sebagaimana sebab meninggal yang lain. Seperti penyakit, tabrakan, atau hal lainnya, yang bisa membuat hidup seseorang berakhir.

Tapi kalau dalam ketiadaan makanan itu orang tetap ikhtiar dengan baik tetap berjuang dengan sungguh-sungguh, serta berbaik sangka pada Allah, maka dia tidak rugi tuh walau meninggal karena kelaparan. Masih kekenyangan sebenarnya jauh lebih rugi dalam pandangan Allah, jikalau ketika makan tidak ingat pada Allah dan tidak ingat padahalal haram. Musibah itu bukan karena mati kelaparan, meniggal su'ul khatimah (jelek di akhir hayat) itulah yang jadi musibah.

Tidak usah khawatir tidak makan, tidak usah takut anak-anak kita tidak makan, tapi takutlah anak-anak kita makan tidak kenal halal haram, tidak mengenal basmalah, tidak mengenal hamdalah, inilah yang harus ditakuti para orang tua. Wallahu a'lam bis shawab.


Yuk Bagikan :

Baca Juga