Keuntungan Dalam Bekerja

KH Abdullah Gymnastiar | Senin, 26 November 2007 11:23 WIB | 13.710 kali
Keuntungan Dalam Bekerja
Sahabatku, setiap manusia telah diberi rejeki. Tidak ada satu pun makhluk melata yang Allah ciptakan, kecuali sudah dengan rejekinya. “Wa maa min dzaaabbatiin fil ardh illa 'alallaahi rizquhaa.” - Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang Memberi rejekinya. (Q.S. Hud : 11 – 6).

Rejeki masing-masing telah diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT. Bahkan semenjak di dalam janin, setiap manusia telah diberikan rejekinya. Namun, semakin dewasa, terkadang manusia merasa kesulitan untuk mencari rejeki, padahal keinginan manusialah yang membuat rejeki itu seakan-akan berjarak darinya.

Sebenarnya kita tidak disuruh mencari rejeki. Karena jika mencari belum tentu ada. Kita justru diperintahkan menjemput rejeki. Ada perbedaan, antara mencari dan menjemput. Bila mencari, berpeluang ada dan tiada. Namun jika menjemput, pasti ada. Hanya saja, belum tentu berjumpa. Bila tidak terampil menjemput, kendati ada yang dijemput, tetap saja tidak akan bertemu. Maka, kita tidak usah risau atau ketakutan tidak kebagian rejeki, namun risaulah bila kita tidak terampil dalam menjemput rejeki.

Andaikata kita seorang pekerja atau pebisnis, kita harus tahu bahwa rejeki itu pasti ada. Namun, kita pun tidak hanya diperintahkan berikhtiar untuk menjemput rejeki, tetapi juga mencari nilai tambah dari rejeki kita. Bukankah para penjahat dan koruptor juga diberi uang? Namun sayang, mereka tidak memiliki nilai tambah dari rejekinya.

Sahabatku, berikut ini adalah lima hal, yang Insya Allah jika kita lakukan, dunia akan kita dapatkan, akheratpun Insya Allah akan kita peroleh.


1. Bekerja Menjadi Amal Saleh

Bekerja adalah ibadah. Dan sebuah pekerjaan atau bisnis disebut menguntungkan, andaikata aktivitas ibadah kita menjadi amal saleh. Setiap manusia pasti mati. Harta yang dikumpulkan pun tidak akan dibawa. Begitu juga pangkat dan jabatan, tidak akan ikut serta. Yang akan mengikuti kita nanti adalah amal kebajikan kita. Maka, tolong pastikan, pekerjaan kita harus menjadi amal saleh. Karena bekerja dan bisnis itu menyita waktu, bila tidak jadi amal, tentu sebuah kerugian!

Berapapun kekayaan seseorang, tetap saja harta mereka tidak akan dibawa mati. Kalau dalam mencari kekayaan kita tidak ingat kepada Allah dan tidak menjadi amal, sungguh sulit dimengerti. Karena dia tidak mendapatkan apapun dari bekal kematiannya. Intinya, dunia harus kita dapatkan, namun pulang pun harus memikirkan bekal. Itulah tugas kita.

Bagaimana caranya? Pertama, luruskan niat di dalam diri, bahwa aktivitas pekerjaan untuk menafkahi keluarga adalah sebagai bentuk tanggungjawab. “Niat saya bekerja adalah agar memiliki hidup yang bermanfaat bagi umat manusia,” khususnya sanak keluarga dan tetangga. “Niat saya bekerja adalah karena saya ingin banyak beramal dan mematuhi perintah Allah.”  

Jika niat sudah benar, selanjutnya adalah proses ikhtiar. Karena ikhtiar pun harus benar. Tidak mengenal licik. Tidak mengenal ingkar janji. Dan tidak mengenal tidak jujur. Toh, untuk apa? Bukankah penjahat saja diberi rejeki? Lalu, bagaimana mungkin orang jujur tidak diberi rejeki? Oleh karena itu, jangan nodai kesibukan pekerjaan kita dengan perbuatan nista. Jangan nodai pekerjaan kita dengan lalai kepada Allah SWT. Pontang panting kita sibuk dengan aktivitas kerja, namun shalat tidak terjaga. Demi Allah, kita semua pasti mati. Dan tidak akan membawa apapun kecuali amal saleh. Maka, luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar di jalan Allah.

2. Bekerja Untuk Membangun Citra


Bekerja atau berbisnis itu disebut untung, ketika kita mampu membangun citra. Kekayaan kita adalah nama baik kita. Apalah artinya uang kita dapatkan, jabatan berhasil kita raih, namun nama baik hancur. Kendati seorang koruptor memiliki rumah mewah dan mobil mentereng, namun dirinya tidak memiliki harga sama sekali.

Contohlah Nabi Muhammad SAW. Meskipun beliau tidak memiliki harta pada awalnya, namun beliau memiliki gelar Al Amin, yakni orang yang sangat terpercaya (amanah/kredibel). Dampaknya, para investor berlomba-lomba menitipkan modal kepada beliau, berduyun-duyun ikut bertransaksi dengannya.

Maka, seorang pekerja atau pebisnis yang bagus adalah yang terus bekerja untuk membangun citra atau nama baiknya, agar semakin kredibel. Apalah artinya memiliki pangkat, jabatan, namun tidak memiliki nama baik. Jangan gadaikan dan hancurkan nama baik serta karir kita, hanya karena duniawi belaka.

3. Bekerja Untuk Meningkatkan Kualitas Pribadi

Yang dimaksud beruntung dalam bekerja, sukses dalam bisnis adalah andaikata dengan bekerja, kualitas pribadi kita semakin meningkat. Kekayaan yang hakiki itu bukan sesuatu yang ada di luar kita, namun kekayaan yang hakiki adalah pembentukan pribadi kita. Banyak terjadi, dimana seseorang yang sebelum naik pangkat memiliki akhlak yang baik, namun justru setelah naik pangkat akhlaknya menjadi buruk. Kalau begitu, apa artinya naik pangkat kalau pribadinya menjadi turun kualitasnya?

Jendral Sudirman bisa menjadi salah satu contoh seseorang yang memiliki pribadi berkualitas. Kendati ia telah wafat, jasadnya sudah terkubur tanah, namun namanya tetap saja harum. Padahal tidak sedikit yang kini masih berpangkat namun mereka sudah dihina, dinista. Mengapa? Karena tidak sebanding antara pangkat, jabatan dengan kualitas pribadinya.   
 
Maka jangan terkecoh. Naik pangkat dan jabatan tidak selalu identik dengan naik kemuliaan, namun identik dengan naiknya cobaan. Jangan merasa bangga dengan naiknya jabatan atau kedudukan, karena belum tentu selamat dunia-akhirat. Tidak sedikit orang yang menjadi terhina sesudah naik jabatan, akibat kualitas pribadinya tidak meningkat.

Keberuntungan harus dikaitkan dengan perubahan untuk menjadi lebih baik. Nabi SAW mengisyaratkan, orang yang beruntung adalah "Man kaana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa raakihun" Barang siapa yang hari ini berubah menjadi lebih baik daripada hari kemarin, dialah orang yang beruntung.

Selayaknya kita pahami bahwa keuntungan dalam bekerja adalah ketika seorang pekerja atau pebisnis dapat bertambah ilmu, bertambah wawasan, dan bertambah pengalaman baru. Karena meskipun umurnya bertambah, namun pribadinya Insya Allah akan semakin berkualitas. Akhlak semakin mulia, iman bertambah kokoh, dan pribadi semakin cemerlang. Kemuliaan sesungguhnya bukan melekat pada pangkat, gelar atau jabatan, namun melekat pada pribadinya.

4. Bekerja Untuk Memperbanyak Silaturrahmi

Dalam berkarir atau berbisnis, seseorang disebut beruntung atau sukses ketika ia dapat memperbanyak silaturrahmi, dan berhasil membangun banyak jaringan orang-orang yang menyayangi. Apalah artinya kita memiliki banyak uang dan berhasil meraih kedudukan, namun banyak musuh.

Bila orang telah menyukai kita, bila orang telah menyayangi kita, maka rejekinya Insya Allah bisa menjadi rejeki kita. Ilmunya pun akan menjadi ilmu kita. Pengalamannya akan diberikan kepada kita, jaringannya akan menjadi jaringan kita, tabungannya pun bisa menjadi modal kita. Dan kekuatannya bisa menjadi perlindungan bagi kita. Dalam berbisnis, yang paling utama adalah membangun sebanyak mungkin sahabat, teman dan saudara.

Kita harus mau mengeluarkan semua potensi agar bisa mendapatkan orang yang bisa menyayangi kita. Apalah artinya, kita menjadi atasan, namun dibenci oleh bawahannya. Apalah artinya kita memiliki harta berlimpah, namun dikutuk oleh orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Kesuksesan seseorang adalah ketika dia berhasil menjadi seseorang yang disayangi orang lain.

Jangan gadaikan kehidupan kita. Karena sekali kita memiliki musuh, maka orang yang kita musuhi akan bercerita kepada sanak saudaranya. Sanak saudaranya kemudian akan bercerita di lingkungan sekitarnya. Sekali saja kita mengecewakan orang, akan begitu banyak orang yang tidak menyukai kita. Dan itu bisa menjadi penjara bagi kita.

5. Bekerja Untuk Memberikan Manfaat Bagi Orang Banyak

Bekerja adalah "Khairunnas anfauhum linnas (manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi manusia lain)"(HR Thabrani).

Bekerja yang baik, berkarir yang baik, berbisnis yang baik adalah yang bermanfaat bagi orang banyak. Semakin banyak orang yang merasakan manfaat dari kita, maka akan semakin sukses diri kita. Apalah artinya kita punya sesuatu, tapi orang-orang di sekitar kita tidak mendapat manfaat.

Bukankah disebut tidak beriman, orang yang dirinya kenyang, namun tetangganya lapar? Sebaik-baik karyawan adalah karyawan yang banyak manfaatnya. Sebaik-baik pejabat adalah pejabat yang paling banyak manfaatnya. Sebaik-baik bisnis adalah bisnis yang banyak memberikan manfaat, sebaik-baik manusia adalah “Khairunnas anfauhum linnas,” yakni orang yang paling banyak manfaatnya.

Dengan kata lain, seburuk-buruk pekerja adalah pekerja yang tidak bermanfaat, seburuk-buruk karyawan adalah karyawan yang tidak bermanfaat, seburuk-buruk atasan adalah atasan yang tidak membawa manfaat, dan seburuk-buruk manusia adalah  yang tidak membawa manfaat dan bahkan membawa mudharat.

Sahabatku, andaikata kita sudah gigih, bekerja pun dengan hati-hati, sudah gigih menjaga kualitas dan nama baik, sudah gigih untuk membuat jaringan, dan sudah gigih untuk bermanfaat, demi Allah, tidak akan tertukar rejeki kita. Tidak akan ada yang bisa menolak rejeki yang akan datang kepada kita. Begitupun kemuliaan. “Inna akramakum 'indaallaahi atqaakum. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (Q.S. Al-Hujurat : 13).

Maka jangan pernah biarkan ada noda kelicikan dan ketidakjujuran. Apalagi di saat seperti ini, masyarakat kita sudah berubah dengan hadirnya teknologi yang mudah membuka kebaikan atau keburukan seseorang. Semua kejatuhan nama, pada awalnya karena terlalu cinta kepada dunia ini. Padahal dunia tidak akan tertukar.

Sahabatku, cita-cita kita adalah bagaimana agar kesibukan kerja kita bisa menjadi amal saleh. Bagaimana kesibukan kita bisa menjadi warisan citra dan nama baik. Bagaimana kesibukan kita bisa menumbuhkan kualitas pribadi menjadi semakin bermutu dan memiliki iman yang kokoh. Bagaimana kesibukan kita bisa memperbanyak jaringan untuk kebersamaan, dan bagaimana kesibukan kita bisa membawa manfaat bagi orang banyak.

Demi Allah, Allah Berjanji : ”Walladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana.'' “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami Tunjukan kepada mereka Jalan-jalan Kami.”(Q.S. al-Ankabut : 69)

Ketahuilah, orang-orang yang bersungguh-sungguh, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik. Tidak ada yang bisa menghalangi. Walau bergabung jin dan manusia untuk menghalangi, tidak akan terhalang apa yang Allah tetapkan terhadap kita. Walau bergabung jin dan manusia untuk mencelakakan kita, tidak akan jatuh sehelai rambut pun tanpa seijin Allah. Percayalah hidup ini akan lebih indah jika kita bersungguh-sungguh di jalan yang Allah ridhai. Wallahu a’lam bish showab.



Yuk Bagikan :

Baca Juga