Saudaraku, diri kita yang saat ini katakanlah hidup di zaman modern sungguh amat sulit menjaga pandangan. Berbagai godaan senantiasa kita hadapi, sebagai contoh ketika kita masuk mobil angkutan umum, campur baur dengan lawan jenis pun tak dapat dihindarkan.
Bahkan ketika berdiam di rumah saja, menahan pandangan tidak kalah susahnya. Koran, majalah dan televisi menyuguhkan pemandangan yang sungguh dapat membuat hati tergelincir karenanya. Tak heran, ibadah kita menjadi sering berantakan. Bacaan Al-Quran kita kering kerontang. Berdoa pun sulit sekali khusyu apalagi sampai dapat mengeluarkan air mata.
Syukur atas nikmat-Nya, dan air mata takut andaikata kita tidak mentaati perintah-Nya. Buat mengerti ilmu, itupun menjadi sebuah pendakian yang sangat terjal. Mendapatkannya sungguh sulit sedang hilangnya, mudah sekali.
Memang hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang alim pada muridnya: ”Hai anakku, sungguh ilmu itu adalah cahaya. Dan ia tidak akan masuk ke dalam hati yang di dalamnya kotor oleh maksiat.”
Dan pandangan liar, tidak bisa tidak, akan mengikis keadaan iman yang tumbuh dalam hati seseorang. Sungguh Iman itu tidak hilang dengan tiba-tiba dan serentak, namun perlahan-perlahan dan sedikit demi sedikit. Pada kenyataannya pandangan terhadap lawan jenis yang tak halal, sangat efektif untuk menjadi jalan penyebab hilangya iman itu.
Dalam QS. An-Nissa : 118, syaitan laknatullah menegaskan komitmennya: “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan untuk saya.”
Artinya sebagaimana sebuah riwayat menuturkan bahwa pandangan adalah panah-panah syaitan, sedang syaitan itu tak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Maka penjagaan kita terhadapnya adalah salah satu kunci pokok jalan keselamatan.
Maka tatkala saat ini, ketika tak ada tangan Rasulullah yang dapat memalingkan wajah kita dari memandang perempuan, manakala tiada teguran dari mulut suci beliau yang menyuruh para wanita berhijab dari melihat laki-laki yang bukan haknya buat dilihat, marilah kita ingat sabda-sabdanya yang Alhamdulillah, masih terpelihara sampai saat ini.
Yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menjaga pandangan dengan lawan jenis, kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kedokteran dan persaksian. Senantiasalah taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan, bahwa barangsiapa yang menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya itu.
Alhasil andaipun pada awalnya hal ini amat sulit kita lakukan, namun yakinlah bahwa barang siapa yang bersungguh-sungguh ingin menempuh jalan Allah, maka Allah akan lebih bersungguh-sungguh lagi membimbing jalannya.
Sebagaimana firman-Nya melalui perantaraan pesan pada Rasululah, yang tertera indah pada ayat 127-128 dalam Al- Quran Surat An-Nahl/16; “Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan".
Saudaraku, amat banyak hikmah yang dapat kita ambil dari menjaga pandangan. Diantaranya yaitu menjaga diri dari perilaku tercela. Sebab mata kita, sesungguhnya adalah gerbang maksiat. Meminjam pantun berbahasa indonesia; "Darimana datangnya lintah, dari sawah turun ke kali, darimana datangnya cinta. Dari mata turun ke hati. " Artinya bahwa barangsiapa yang tak dapat menahan pandangannya, maka ia akan sulit menjaga dirinya dari kemungkinan berbuat maksiat.