Dua Cara Memupus Dendam

KH Abdullah Gymnastiar | Jum'at, 02 Februari 2007 10:15 WIB | 20.116 kali
Dua Cara Memupus Dendam
Saudaraku, Dendam adalah buah dari hat! yang tersakiti, teraniaya, atau karena terambil haknya. Wujud dendam adalah kernarahan dan kebencian yang membludak. Saat dendarn seseorang membara, maka dia akan mencari jalan untuk membalas atau mencelakakan orang yang didedamnya.

Sudah menjadi tabiat manusia, tatkala hatinya disakiti, dia akan merasa sakit hati dan boleh jadi berujung dengan kedendaman. Walaupun demikian, bukan berarti kita. harus dendam setiap kall ada yang menyakiti. Malah sebaliknya, jika kita, dizhalimi, maka doakanlah orang-orang yang menzhalimi itu agar bertobat dan menjadi orang shalih. Mampukah kita. melakukannya?

Doa orang yang dizhalimi itu sangat mustajab. Ketika dizhalimi, maka peluang diijabahnya doa kita, menjadi lebih besar. Sulit memang, tapi itulah penentu kemuliaan diri. Rasulullah Saw. bersabda, "Seutama-utamanyo akhlak dunia dan akhirat adalah engkau menghubungkan tali silaturahmi dengan orang yang mernutuskan silaturahmi denganmu, memberi sesuatu kepada orang yang menghalang-halangi pernberian padamu, serta memberi maaf kepada orang yang menganiaya dirimu".

Karena itu, siapa saja di antara, kita yang hatinya terbelit kedendaman, ingatlah! Dendam hanya akan membawa kesengsaraan, menghancurkan kebahagiaan, merusak pikiran, dan harga diri kita. Yang paling mengerikan, dendarn bisa menyeret kita pada panasnya api neraka. Na'udzubillah.

Bagaimana caranya agar kita tidak menjadi pendendam?

Pertama, sadari bahwa orang beriman itu bersaudara. Allah Swt. berfirman, Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat (Allah)... (QS. Al-Hujurat, 49: 10).

Pemahaman bahwa setiap orang bersaudara, sedikit banyak akan membawa. tambahan energi bagi kita untuk mengendalikan amarah.

Kedua, berlatih untuk mengikis dendam. Kita bisa belajar dari para karateka yang berhasil menghancurkan batu-bata dengan tangannya. Pertama kali memukulnya, bata tersebut tidak langsung hancur. Tapi dia tidak patah semangat. Diulanginya terus. Akhirnya, pada pukulan yang kesekian batu itu berhasil dihancurkan. Begitu pula dengan hati. Kalau hati dibiarkan sensitif, maka ia akan mudah terluka. Akan tetapi, kalau sering dilatih, maka hati akan semakin siap hadapi pukulan dari berbagai arah

Kalau kita telah disakiti seseorang, kita jangan melihat orang tersebut, tetapi lihatiah dia sebagai sarana ujian dan ladang amal. Kita akan semakin sakit, tatkala melihat dan mengingat orangnya. Wallahu 'alam Bish-shawab.


Yuk Bagikan :

Baca Juga