Khutbah Arafah

KH Abdullah Gymnastiar | Selasa, 02 Januari 2007 12:11 WIB | 9.947 kali
Khutbah Arafah
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Tiada Tuhan selain Allah SWT. Yang Maha Menatap dan menggenggam diri kita semua. Yang menguasai Segala-galanya.

Maha Suci Allah yang menggenggam langit dan bumi, Maha Agung Allah yang menciptakan, yang menguasai apapun yang ada di semesta alam ini. Semoga Allah yang Maha mendengar menjadikan siapapun yang berada di Arafah ini, maupun yang menyimak di seluruh penjuru bumi menjadi orang-orang yang yakin-seyakinnya bahwa kita adalah makhluk ciptaan Allah, bahwa kita hamba Allah, bahwa kita hanya akan bahagia dan mulia jikalau kita berusaha menggapai dan memburu ridha Allah.

Saudaraku, dari jauh kita datang ke tempat ini, ribuan kilometer kita tempuh, kita siang-malam berlelah-lelah menantikan saat utama ini, kita keluarkan tabungan yang kita tabung puluhan tahun menabungnya, untuk mencari apa? Mengapa lelah menjadi bahagia, mengigil kedinginan menjadi bahagia mengapa? Kita keluarkan harta menjadi bahagia. Sebab kita datang untuk mencari ridha Allah.

Tetapi mengapa sepulang dari haji atau hari-hari kita yang dilalui jauh dari kebahagiaan, jauh dari kemuliaan. Mengapa rumah kita tidak menjadi sumber kebahagiaan. Mengapa rumah tangga yang kita bangun pun tidak menjadi sumber kebahagiaan, mengapa sumber ilmu yang kita cari tidak menjadi sumber kebahagiaan, mengapa harta yang kita kumpulkan tidak menjadi sumber kebahagiaan.

Mengapa rupa, penampilan ada juga tidak menjadi sumber kebahagiaan. Saudaraku sekalian, yang menyebabkan kita tidak berbahagia dalam hidup ini, karena justru kita mencari sesuatu tidak kepada yang bisa memberikan apa yang kita cari. Kita justru meminta dan berharap kepada dia yang lemah dan tidak berdaya, dan dia pun tidak berbahagia.

Kita berlindung, justru kita berlindung kepada yang lemah tiada berdaya, yang tidak sanggup menolak petaka dan bencana bagi yang menimpa dirinya. Kita berkhidmat justru kepada yang seharusnya menjadi pelayan kita. Kita mengabdi kepada justru yang menjadi pelayan kita. Kita mengabdi kepada harta, kedudukan yang Allah ciptakan justru semua itu justru menjadi pelayan kita

Saudaraku, mengapa hidup yang sekali-kali ini tidak bahagia, karena kita justru mengabdikan diri ini bukan kepada Allah, tetapi kepada makhluk yang diciptakan untuk menjadi pelayan kita.

Wahai Saudaraku yang budiman, siapakah diri kita, mau apakah hidup di dunia yang sekali-kalinya ini, ingatkan siapa yang menciptakan kita dirahim ibu dulu. Allah yang mempertemukan sel sperma dengan sel telur dan disimpan di rahim ibu, Allah yang membentuk, Allah yang menyimpan di dalam gelapnya rahim selama sembilan bulan. Siapakah yang membentuk? Laqadkhalakna insana fi ahsani takwin, hari demi hari Allah yang menciptakan tubuh kita, melengkapi satu persatu, disempurnakan bentuknya, tidak ada yang menciptakan diri kita selain Allah.

Sesudah waktunya cukup, Allah-lah yang menakdirkan kita lahir ke dunia ini, bayi yang lucu, bisa menangis dengan tubuh yang sempurna. Demi Allah siapakan yang menciptakan diri kita ini. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Berpuluh tahun sampai saat ini. Siapakah yang mengurus diri kita. Dikala kita lapar, Allah yang Maha Agung memberikan kita makan, tidak ada satu hari pun luput Allah mencukupkan rezeki. Di kala haus pun Allah yang memberikan kita minum yang segar, walaupun kita tidak menyebutkan nama-Nya.

Di kala kita lelah dihiasi dengan kantuk, tertidur pulas tidak ingat apapun siapa yang mengurus kita. Demi Allah saudaraku, berpuluh tahun kita hidup, tiada satu saat pun Allah tidak memberikan nikmatnya. Nikmat manalagi yang akan didustakan, sayang sekali kita hanya memberikan sisa kepada Allah.

Allah yang memberikan yang terbaik untuk kita, ilmu diberi, bahkan hidayah diberi menjadi seorang Islam, diberi nikmat iman, aib-aib kita ditutup-tutupi sehingga orang lain tidak tahu siapa diri kita sebenarnya.

Kita diberi ongkos, diberi sehat, diberi kemudahan, dijamu oleh Allah di Arafah ini. Apa yang kita berikan kepada Allah selama ini. Saudaraku, kita hanya memberi sisa, pikiran yang disempurnakan ini jarang ingat Allah, jarang mengingat kepada Allah. Hanya dunia yang kita pikirkan siang dan malam, hanya dunia yang menyita waktu kita, kalau hanya sisa waktu.

Di kala susah baru kita ingat kepada Allah, mata ini hanya digunakan sisa waktu untuk membaca ayat-ayat Allah. Selebihnya mata ini kita manjakan kepada nafsu yang membinasakan. Kapan kita membaca Al-Quran? Hanya sisa waktu. Bahkan kita tidak tahu arti ayat quran.

Telinga ini karunia Allah, setiap saat diurus oleh Allah, bisa mendengar suara anak-anak, bisa mendengar suara adzan, tapi kapan kita mendengarkan ilmu yang membuat dekat dengan Allah, aib orang kita nikmati, musik-musik yang menyesatkan kita nikmati. Al-Quran kita jauhi, hanya sisa waktu.

Mulut kita, entah berjuta kata, setiap hari kita berucap, hanya berapa kali kita menyebut nama Allah, hanya sisa. Padahal mulut ini, karunia Allah, titipan Allah. Harta kita, seberapa besar kita nafkahkan di jalan Allah, hanya sisa, hanya sisa.

Betapa hina orang yang diberi segala-galanya, tapi tidak tahu membalas budi kepada yang memberi. Itulah saudaraku, mengapa kita selalu sengsara di dunia ini, mengapa kita tidak merasakan bahagia dan mulia.

Saudaraku sekalian, ingatlah baik-baik bahwa kita di dunia ini, ma khalaqna budu wal insan. Tidak sekali-kali, Allah menciptakan jin dan manusia, kecuali mengabdi kepada Allah.

Allah menciptakan kita untuk bahagia dan mulia, Allah berikan jalan supaya kita bisa menempuh bahagia. Ingatlah Allah kuasa atas diri kita, ”Innalaha ”Ala kuli sain qadiir.” Siapapun yang ada, yang merasa gagah, mudah bagi Allah membuat lumpuh tak berdaya. Siapapun yang merasa pintar dan hebat, apa sulitnya bagi Allah mengambil ingatan kita, bagi yang merasa sufi dan terhormat apa sulitnya bagi Allah membeberkan aib-aib dan kebusukan kita.

Bagi yang membangga-banggakan keluarga dan keturunan kita, apa sulitnya bagi Allah mengambil seluruhya. Kita tidak berdaya jika Allah menghendaki sesuatu terjadi kepada kita. Siapa yang hebat diantara kita? Tidak diberi minum kita sengsara, tidak bisa mengeluarkan air kita nestapa? kebodohan terbesar manusia adalah ketika dirinya sombong.

Saudaraku sekalian, ingatlah bahwa diri kita ini seluruhnya dikuasai oleh Allah. Allah-lah yang menggenggam diri kita, mudah bagi Allah, laa insyakartu laa adzidanakum ... memanggil apapun yang ada, bahkan nyawa pun tidak akan tertukar walau sedetik jika Allah menghendaki.

Wahai saudara-saudaraku semoga pada hari ini, di tanah Arafah ini, kita bertekad, dengan tekad yang sangat kuat dan bulat. hidup yang sekali-kalinya ini, akan mempersembahkan yang terbaik bagi sang pencipta kita, Allah SWT .

Oleh karena itu Saudaraku, sepulang dari tanah Arafah ini kita bertekad bulat, ”Ya Allah hidup yang sekali-kalinya ini hanya untuk-Mu, saya lakukan apapun yang Engkau perintahkan, hanya karena Engkau”. Kejarlah Saudaraku, apapun yang Allah perintahkan karena apapun yang Allah perintahkan untuk kita, pasti baik untuk kita, pasti membahagiakan kita, pasti memuliakan kita. Allah-lah yang paling tahu apa yang terbaik untuk kita.

Perintah Allah-lah yang akan membahagiakan kita, setiap hari kita tahu perintah Allah, sudahlah tidak usah pikir panjang laksanakanlah, karena itulah yang terbaik dan akan membuat kita mulia. Allah menyuruh kita shalat laksanakan, karena itu pasti baik. Allah menyukai orang yang shalat berjamaah laksanakan, karena itu pasti baik untuk kita. Allah menjamu orang yang tahajud laksanakan, walaupun berat pasti baik untuk kita. Allah menyuruh kita menafkahkan rezeki/zakat langsung secepatnya laksanakan, karena pasti baik untuk kita. Allah menyuruh menambah dengan sedekah laksanakan, karena itu akan membuat kita bahagia, mulia, dan membuat rezeki kita semakin terjamin.

Apapun yang Allah sukai, pasti baik untuk kita. Seharusnya kita melihat perintah Allah, seperti melihat makanan yang lezat, buah-buahan yang ranum dan segar dikala kita sangat ingin dan lapar. Sambutlah sertiap perintah Allah dengan penuh semangat, karena itu yang akan membuat kita bahagia dan mulia.

Adapun setiap larangan Allah, maka jauhilah sekuat tenaga, seperti melihat srigala yang akan menerkam, seperti melihat ular berbisa yang akan melumat diri kita, seperti melihat perangkap yang akan mencabik-cabik diri kita. memang larangan Allah itu, sangat bertentangan dengan nafsu. Nafsu membuat sesuatu indah yang untung padahal disanalah sumber malapetaka bagi kita.

Saudaraku, andaikata Allah melarang kita untuk melakukaan sesuatu yang haram, jauhi karena akan menghinakan dan menyengsarakan kita. Andaikata Allah melarang berzina, jauhi sejauh-jauhnya karena pasti zina itu sumber malapetaka dunia wal akhirat. Kalau Allah melarang berghibah, maka tutup mulut kita, jangan terucap kata – kata yang buruk bagi saudara kita, kalau Allah melarang kita melakukan fitnah, jangan bertebaran kata-kata yang menimbulkan malapetaka. Cari tahulah saudaraku apa yang tidak disukai Allah. Itulah yang akan membuat kita bahagia, subhanallah.

Saudara-saudaraku sekalian, semoga di tanah Arafah ini, Allah yang Maha Agung, yang Maha Tahu siapa diri kita yang sebenarnya, sebetulnya lebih banyak orang yanglayak dimuliakan Allah di tanah Arafah ini. Orang yang tahajudnya tidak pernah terputus, orang yang lisannya tidak pernah lepas dari berdzikir dari mengingat Allah jauh lebih baik dri kita. Orang yang ketika beramal hatinya penuh keikhlasan. Banyak orang yang lebih mulia dari kita, tapi belum pernah ke tanah Arafah ini. Kita orang-orang yang berlumur dosa tapi berpura-pura mulia, kini dihadirkan, mudah-mudahan saat inilah Allah mengampuni dosa kita, mudah-mudahan pada hari ini kita bertekad jangan pernah bersandar kepada siapapun kecuali kepada Allah, juga jangan bersandar kepada kecerdasan. Apa artinya kecerdasan tanpa pertolongan Allah, jangan bersandar kepada harta yang kita kumpulkan mudah bagi Allah mengambilnya.

Seyogyanya kecerdasan kita, harta kita, kemampuan kita, kekuatan kita adalah semakin kita takwa kepada Allah, semakin terus mematuhi perintah Allah bukan karena ingin pahala semata, bukan karena ingin masuk surga, bukan takut celaka, tetapi hanya takut kepada Allah semata. Jauhi larangannya, Insya Allah semua itu akan membuat hidup kita jauh lebih ringan, jauh lebih indah dan setiap persolan yang kita hadapi akan diselesaikan oleh Allah yang Maha Agung tidak akan ada yang dapat di selesaikan tanpa bimbingan Allah. Wallahu a'lam.


Yuk Bagikan :

Baca Juga