Mensiasati Kesia-siaan dalam Berkata

KH Abdullah Gymnastiar | Kamis, 16 November 2006 11:42 WIB | 6.972 kali
Mensiasati Kesia-siaan dalam Berkata

Kata-kata ibarat pedang. Siapa pun yang tidak bisa menjaganya, pasti akan kena dampaknya. Buktinya? Betapa banyak orang yang sengsara, menanggung malu, terbebani bathinnya, bahkan membuat nyawanya melayang gara-gara kata-kata yang salah ucap.

Seringkali, kita turut rembug dalam perbincangan yang tidak ada kaitannya dengan diri kita. Hal-hal yang tidak perlu dibicarakan malah diucapkan, hal-hal yang tidak perlu dikomentari malah dikomentari, dan kita pun suka ikut-ikutan memberikan penilaian.

Padahal kita sendiri tidak tahu permasalahan yang sebenarnya. Anehnya, walaupun sadar bahwa kita terjebak dalam kesia-siaan, tetap saja dinikmati. Tidak mau berhenti. Membicarakan kejelekan orang lain, teman, saudara, bahkan orangtua sendiri.


Lalu, bagaimana cara mensiasatinya agar lidah kita tetap terjaga, tidak tergelincir pada perkataan yang sia-sia? Yang perlu kita sikapi pertama kali sebelum berkata yaitu dengan bertanya pada diri.

Apakah penting kita berkata? Apakah perkataan orang lain perlu dikomentari atau tidak? Kalau tidak dikomentari dampaknya apa? Dan, apakah perkataan kita membawa nilai manfaat atau sebaliknya membawa mudharat?

Pentingnya pertanyaan-pertanyaan tersebut kita seleksi sebagai pertimbangan. Jangan sampai kata-kata yang sudah terucap menawan kita. Karena sesungguhnya, kekuatan terbesar kata-kata itu terletak pada muatan manfaat dari yang diucapkan.

Jika tidak membawa manfaat lebih baik diam. Sebagaimana sabda Rasul “Hendaklah berkata-kata yang baik atau diam!”. Wallahu a`lam bish showab



Yuk Bagikan :

Baca Juga