Saudaraku yang budiman, ketakwaan, pengorbanan, dan menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, semua ini sangat ringan untuk diucap, namun tidak mudah melakukannya. Betapa bnyak orang yang fasih mengatakan takwa, namun prilakunya jauh dari kata-kata yang dia ucapkan. Kita akan lebih mudah memahami persoalan ini dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari ketika telah tumbuh jiwa sykur dalam hati kita. Dengan memahami betapa pemurahnya Allah terhadap diri kita, beban seberat apapun insya Allah akan terasa ringan memikulnya.o:p>
Allah yang telah menciptakan dan memelihara kita dengan limpahan karunia-Nya. Allah yang mendekatkan jantung kita, Allah pula yang menakdirkan kita menjadi manusia seperti ini. Allah telah membentuk kita dengan rupa yang sebaik-baiknya. Di kala kita lapar, Allah yang menyediakan makan. Di kala haus, Allah pula yang memberi kita minum. Di kala tubuh kita kotor, Allah-lah yang menyediakan air pembersih untuk tubuh kita. Di kala lelah, Allah memberi kita rasa kantuk, lalu kita tertidur dengannya. Tatkala tidur, kita tak berdaya, dan Allah melindungi dan menentramkan tidur kita. Andai bukan Allah, siapa lagi yang memberi rasa nyenyak ketika tidur? Allah-lah yang telah menjaga segala-galanya. Sungguh, Dia tidak pernah lalai dalam mengurus kita semua.
Dikala kita merasa malu karena tiada busana, Allah-lah yang memberikan penutup aurat. Kita berbeda dengan binatang. Kita diberi penutup aurat agar kita tidak menjadi makhluk yang rendah. Allah-lah yang mencerdaskan akal dan pikiran kita. Sejak kecil kita disekolahkan agar pandai, bisa berhitung, bisa membaca. Orang menghormati kepandaian kita, padahal semua itu adalah karunia Allah. Dia memberi kita kecerdasan, walaupun bisa jadi kita jarang mengingat-Nya. Allah pulalah yang memberi keimanan kepada kita. Di kala sebagian manusia hidup dengan tidak mengenal Islam, tidak mengenal agama, alhamdulillah Allah melimpahkan pada kita nikmat iman.
Di kala sebagian besar orang tidak menegakkan shalat, alhamdulillah Allah memudahkan kita melaksanakannya. Allah membasuh tubuh kita dengan sapuan air wudhu, Dia memudahkan punggung kita rukuk, dan Dia tundukkan kening kita untuk melakukan sujud. Sungguh, nikmat mana lagi yang akan kita dustakan? Allah memberi kepada kita nikmat yang amat berharga. Dia berkenan menutupi aib-aib kita, sehingga orang lain tidak tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Orang lain masih ada yang menunduk dan menghormat kepada kita, padahal kita sendiri sangat tahu siapa sebenarnya diri kita ini. Allah tidak membeberkan catatan-catatan buram itu, malah Dia memberi kesempatan pada kita untuk bertaubat. Di kala orang bergelimpang dengan dosa, kita malah dituntun bisa berangkat ke tanah suci untuk bertaubat. Dari mana semua itu bermula? Tidak ada jawaban lain selain karena kemurahaan Allah saja.
Tidak ada yang menyehatkan tubuh kita, selain Allah. Tidak ada yang memberi kemampuan kita berkumpul di tempat ini, selain Allah. Alangkah nista andai kita sudah dijamu lahir-bathin, tenggelam dalam samudra nikmat yang tak bertepi, lalu kita mengkufuri semua kebaikan itu. Wajar saja jika kita harus membulatkan tekad meniti hidup semata-mata hanya untuk Allah. Tetes-tetes keringat keluar dari tubuh kita adalah untuk Allah. Allah-lah tujuan kita, Dia Pelindung yang Maha Kokoh. Allah pemberi yang tidak pernah putus kemurahan-Nya. Allah-lah yang Maha Kasih Sayang. Dia ampunkan dosa-dosa melimpah yang selama ini kita perbuat. Cukuplah Allah menjadi sebaik-baik Wakil, sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Wallahu a’lam.