Menepati Janji

KH. Abdullah Gymnastiar | Rabu, 20 Juli 2005 11:12 WIB | 20.261 kali
Menepati Janji


Saudaraku yang baik, alangkah berbahagia bagi mereka yang selalu tepat dalam setiap janji yang diucapkan. Janji itu sejenis sumpah, dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa mati. Janji-jani yang dikhianati akan menjadi beban berat yang akan dipikul di di dunia ini maupun kelak diakhirat.  

Siapapun yang berjanji selain janji untuk berbuat maksiat maka janji itu harus benar-benar diperjuangkan mati-matian untuk ditepati. Kita harus rela berkorban demi janji ini ditepati. Karena kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang. 

Oleh karena itu berhati-hatilah dengan janji atau sumpah. Terutama sangat diingatkan bagi para pedagang yang suka meringankan sumpah dan janji agar dagangannya laku. Juga bagi para bos yang kadang dengan spontan memberikan janji-janji pada karyawannya, amun kemudian mereka melupakan begitu saja janji-janjinya itu. Para pemimpin yang pada saat kampanye dulu banyak mengobral janji-janjinya, namun apa yang mereka janjikan itu tidak lebih dari kedustaan untuk memperdaya banyak orang. 

Bagi pelakunya, mungkin saja janji-janji itu tidak bernilai. Seringan dia berkata seringan itu dia berjanji. Namun bagi mereka yang mendengar, janji-janji itu akan selalu terngiang-ngiang dan ada gejolak di hatinya untuk menagih janji itu. Jangan berjanji jika hanya ingin meninggalkan berjuta sakit hati di dada manusia. Percayalah andaikata di dunia ini ada janji yang tak ditepati, hal itu sudah cukup untuk menjatuhkan wibawa dan kepercayaan orang lain. Ketika kita berjanji lagi maka orang pun akan serta merta meragukannya. Belum lagi diakhirat kelak, kita akan dituntut karena melalaikan janji yang telah diucap. 

Dalam al-Qurán kita diingatkan, “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji kalian” (QS al-Maaidah [5]:1). Jika janji adalah seringan perkataan, tentu kita tidak diwanti-wanti untuk berhati-hati saat menyampaikannya. 

Dan janji yang paling berat adalah ketika sudah melibatkan nama Allah. Janji atau sumpah seperti ini jauh lebih besar konsekuensinya. “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kalian berjanji (kepada-Nya) dan janganlah kalian membatalkan janji itu sesudah meneguhkannya, sedang kalian telah menjadikan Allah sebagai Saksi kalian (atas sumpah-sumpahnya itu). Sesungguhnya Allah Mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS an-Nahl [16]:19).  

Janji atau sumpah yang tak wajib ditunaikan adalah janji akan mendatangkan kerusakan, kemaksiatan, atau memutuskan silaturrahmi. Janji seperti ini jika dibatalkan akan mendatangkan kebaikan, maka segeralah batalkan. Jika janji dibuat untuk ditujukan berbuat kemungkaran maka janji itu sudah batal sejak pertama dibuatnya. Pepatah bijak berkata, “ Karena nila setitik rusak susu sebelanga.” Begitulah, tiap kebaikan yang kita lakukan akan membuat hancur kepercayaan orang hanya karena kita telah berjanji dan tidak menepatinya. Kita berharap setiap janji yang kita ucapkan benar-benar tepat dan tidak merugikan orang lain dan terutama tidak merugikan diri sendiri. Yakinilah bahwa setiap patah kata dan janji yang kita ucapkan Allah SWT akan mengetahuinya. Wallhua’lam.



Yuk Bagikan :

Baca Juga