Suami isteri harus memberikan perhatian yang tinggi terhadap keluarga,
agar mampu menghantarkan kesuksesan dunia akhirat kepada semua anggota
keluarganya. Keluarga muslim berorientasi ukhrawi, karena memiliki
target meraih surga dan ridho Allah meskipun dalam musibah. Sehingga
makna bahagia bagi keluarga muslim adalah manakala mereka sedang
beraktivitas bersama dalam rangkan menggapai ridho Allah Swt.
Kebahagiaan keluarga tidak diukur dari segi material, tapi sejauh mana
ketaatan keluarga kepada Allah. Kehidupan yang mementingkan materi,
hiburan dan kebebasan sosial tanpa terikat rambu-rambu syariah dalam
berumah tangga justru akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga. Walau
bukan berarti keluarga muslim tak perlu memiliki sarana-sarana fisik
yang baik. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda: “Termasuk di antara
kebahagiaan seseorang adalah memiliki rumah yang baik, kendaraan yang
baik, dan istri yang baik atau shalehah”.
Setiap anggota keluarga mengetahui cinta sejati. Cinta tertinggi setiap
mukmin adalah kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Setelah itu,
baru cinta kepada orang tua, suami, istri, anak, saudara seiman dan
lain-lain. Firman Allah,
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat, harta benda yang kalian
miliki, dan perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, itu lebih
kalian cintai dari pada Allah, Rasul dan berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (Qs. At-Taubah 24).
Keshalihan dan kedekatan seseorang kepada Allah SWT akan mempengaruhi
besarnya cinta suami istri. Jika Allah telah mencintai kita, maka kita
akan dicintai segenap makhluk dengan ijin-Nya. Kadar cinta suami istri
tergantung dengan kualitas ibadah dan keimanan pasangannya. Cinta yang
tidak dibangun di atas pondasi mahabatullah, hanya akan menjerumuskan ke
dasar jurang kelalaian dan kenistaan.
Rasul SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah memiliki hak atas dirimu
yang harus engkau tunaikan, dirimu memiliki hak yang harus engkau
tunaikan, dan keluargamu memiliki hak atas dirimu yang harus engkau
tunaikan. Maka tunaikanlah hak-hak masing-masing dari semua itu.” (HR. Bukhari).
Sumber Link