Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

Admin | Senin, 07 September 2015 09:23 WIB | 3.525 kali
Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan
"Bahwa cinta antara dua insan di masa remaja yang lembab ini adalah cinta, yang masih terikat dengan dualisme karakter: kekanakan yang menajam dan kedewasaan yang menjanin. Begitulah, meski kekanakan dan kedewasaan akan tetap menjadi warna bagi seorang manusia selama hidupnya. Warna yang bila dibingkai dalam keridhaan Allah, akan menjadi warna-warni surgawi."

Dewasa ini, kita sering menjumpai para muda-mudi, terkadang berkeliaran di pagi, siang, dan malam hari, dengan sang kekasih pujaan hati. Mereka rela pergi berdua tanpa ada ikatan resmi, karena menginginkan kesenangan syahwati. Mereka telah dibaluti rasa cinta yang menggebu-gebu, dan pada akhirnya menodai arti dari makna cinta itu sendiri. Cinta yang dimaknai sempit, membuat mereka salah dalam menempatkan hakikat cinta yang sebenarnya. Cinta pada masa remaja adalah cinta yang masih terikat dengan dualisme karakter, yakni kekanakan yang menajam dan kedewasaan yang menjanin. Saya mencoba menafsirkan perkataan dari Salim A. Fillah, kekanakan yang menajam dan kedewasaan yang menjanin merupakan cinta yang terlalu dipaksakan, cinta yang terlalu dini untuk dijalani, dan cinta yang ujungnya akan membuat salah satu pasangan resah dan pergi. Remaja yang belum mencapai masa dewasa secara sempurna, sudah berani mengatakan dan mengumbar kata cinta pada lawan jenisnya yang kebanyakan tujuannya adalah hanya sekadar mainan dan percobaan. "Buat cinta kok coba-coba, misal nanti suruh tanggung jawab, bilangnya apa? Masih bilang cuma coba-coba?"

Kenyataan yang terjadi sekarang, kita sering melihat kasus-kasus yang meresahkan pikiran dan tak mengenakan hati. Contohnya seperti, banyak remaja hamil sebelum menikah atau biasa disebut married by accident, kemudian praktek aborsi yang marak di masyarakat, serta banyaknya perceraian para pasangan muda yang belum genap hingga puluhan tahun dalam menjalani bahtera rumah tangga. Melihat kenyataan yang memprihatinkan itu, kita akan mengajukan pertanyaan, "Salah siapa sebenarnya? Salahkah cinta? atau mereka yang menafsirkan cinta? Sudah pasti, jawabannya adalah mereka yang salah dalam menafsirkan cinta. Cinta yang seharusnya suci dan membawa kebahagiaan hakiki, disalahgunakan oleh banyak pihak untuk dinodai. Cinta yang seharusnya saling memberi dan mengasihi, malah saling menyakiti. Mereka menafsirkan cinta yang hanya memberikan nikmat sesaat, yang mengajak ke lembah maksiat, sudah begitu, ditinggal pergi tanpa syarat. Jika sudah dirugikan, lalu apa yang bisa kita lakukan?

Dengan adanya permasalahan kompleks semacam itu, maka dari itu karya Salim A. Fillah ini hadir di tengah-tengah masyarakat. Melalui buku Nikmatnya Pacaran setelah Pernikahan, diharapkan masyarakat khususnya remaja, bisa mengetahui arti hakikat cinta yang sesungguhnya. Mencari cinta dengan jalur yang halal dan berkah, dengan cara pacaran setelah pernikahan.

Dalam buku ini dijelaskan banyak hal terkait dengan permasalahan remaja akan kehadiran cinta, bagaimana memaknai cinta secara benar, dan mengartikan cinta dalam balutan kebahagiaan dunia akhirat. Dengan berbagai pendekatan literatur yang dapat dipertanggungjawabkan, menjadikan buku ini lengkap dan kaya akan informasi, yang tentunya menarik bagi para pembaca. Tak luput pula kutipan dari ayat-ayat Alquran dan hadits, yang memberikan bumbu-bumbu sedap dalam buku ini.

Buku yang layak dibaca oleh seluruh masyarakat, khususnya bagi para muda-mudi yang ingin mengetahui arti cinta sesungguhnya. Sangat cocok bagi para muda-mudi yang belum menikah dengan cara menjalani penantiannya dengan kesucian nan gagah. Buku yang sangat cocok pula bagi para muda-mudi yang memiliki kekasih pujaan hati namun tak berani untuk mengajak nikah dini.

 

Sumber Link



Yuk Bagikan :

Baca Juga