Orang
memanggilnya dengan panggilan Bu Isna. Dia seorang perawat di
salah satu puskesmas di Jatinegara, Tegal. Diantara pengalaman
hidupnya yang paling berkesan hingga sekarang adalah pengalamannya
tentang shalat Hajat yang dia jalankan.
Kehidupan
Isna bersama suaminya, Irham, tergolong sederhana. Tapi, yang penting
adalah mereka merasa bahagia dengan keadaannya sekarang. Penghasilan
dari Isna sebagai pegawai negeri biasa dan penghasilan dari Irham
yang bekerja sebagai pencetak kartu undangan sudah cukup bagi mereka.
Sekalipun demikian, tetap saja masa-masa sulit ada kalanya
menghampiri mereka.
Salah
satunya adalah masa ketika menjelang seratus hari meninggalnya ayah
dari keadaan ketika itu, usaha yang dilakukan Irham sedang menurun.
Isna juga belum terima gaji karena memang belum tanggalnya. Kebetulan
waktu itu juga baru menjelang akhir bulan. Apa yang membuat mereka
pusing tujuh keliling adalah ketika suatu sore hari mereka terima
telepon dari ibu Irham.
"Ir,
tolong ya Ibu dibantu 300.000 rupiah untuk keperluan seratus hari
meninggalnya ayahmu," kata ibu Irham.
Tidak
ada jawaban lain bagi Irham sebagai anak yang berbakti kepada orang
tua selain jawaban, "Nggih, Bu."
Walaupun
pikiran Irham langsung melayang-layang mencari jalan bagaimana dia
bisa mendapatkan uang yang diminta ibunya. Sementara keadaannya
sedang dalam kesulitan.
"Bisa
kan? Kalau kamu sediakan empat hari lagi?" tanya ibunya.
"Nggih,
Bu. Bisa," jawab Irham.
Selesai
terima telepon dari ibunya, Irham bertanya kepasa istrinya,
"Bu, masih simpan uang berapa?"
"Ada
apa?" tanya Isna kepada suaminya, "tumben kamu bertanya
begitu."
Irham
menceritakan permintaan ibunya lewat telepon barusan. Walaupun Irham
merasa tidak enak hati kepada istrinya, namun dia tetap
menceritakannya. Itu lebih baik bagi mereka yang terbiasa terbuka
antara suami dan istri. Pada kenyataannya, Isna mengerti dengan
keadaan suaminya. Dia pun ikut memikirkan bagaimana agar bisa
membantu ibu mertuanya.
Usaha
untuk mendapatkan uang untuk ibunya pun dilakukan, namun sejauh ini
belum juga mereka mendapatkan hasil. Satu prinsip yang selalu mereka
pegang memang tidak mau meminjam uang kepada orang lain.Jadi, apapun
yang terjadi mereka selalu berusa untuk mendapatkannya sendiri dengan
tanpa meminjam kepada orag lain. Walaupun jika mereka meminjamkan
kepada orang lain, mungkin akan ada yang bisa membantunya.
Hari
H semakin mendekat. Kini, satu jalan terakhir yang mereka lakukan
adalah dengan melakukan shalat Hajat. Ayah dari Isna pernah
menasihati agar melakukan shalat Hajat jika sedang terdesak oleh
sebuah kebutuhan. Kebetulan rumah ayahnya persis berada di samping
rumah Isna.
"Satu-satunya
yang bisa menolong setiap kebutuhan kita adalah Yang Maha Kuasa,"
kata ayahnya suatu hari. "Aku berpesan kepadamu, lakukan shalat
Hajat jika kamu dalam keadaan terdesak oleh suatu kebutuhan. Minta
kepada Allah agar membantu kebutuhanmu."
Di
sepertiga malam, mereka pun menunaikan shalat Hajat, meminta
pertolongan Allah dengan sungguh-sungguh. Sehari sebelum hari H,
mereka belum juga mendapatkan uang. Malam harinya, kembali mereka
melakukan shalat Hajat. Kembali mereka meminta pertolongan Allah
dengan sungguh-sungguh.
Di
pagi hari, sebuah keajaiban terjadi. Inilah yang memubuat mereka
mengucap syukur berulang-ulang kepada Allah. Sebuah pertolongan yang
tak terduga mereka dapatkan. Kakak sepupunya, Nurdin, tiba-tiba
datang mengantar uang lima ratus delapan puluh ribu rupiah. Jumlah
yang melebihi dari apa yang mereka butuhkan.
"Ini
uang apa?" tanya Isna.
"Lho? Apa kamu lupa?" tanya
Nurdin.
"Iya, uang apa?"
"Itu
uangmu. Aku dulu pernah pinjam, sekarang aku baru bisa
mengembalikannya. Maaf ya, kelamaan."
"Ya Allah, aku
benar-benar sudah lupa. Alhamdulillah."
Setelah
Nurdin pulang, Isna langsung pergi ke tempat shalat dan melakukan
sujud syukur. Dia menangis atas segala kebaikan yang Allah limpahkan
kepada dia dan keluarganya.
Allah telah memberikan lebih dari
apa yang dia butuhkan. Allah telah menjawab permintaannya yang dia
lakukan melalui shalat Hajat. Maka, tidak ada hal lain yang pantas
untuk dia lakukan selain bersujud syukur atas pertolongan
Allah.
Inilah pengalaman Isna yang paling berkesan. Shalat
Hajat yang dia lakukan telah menyebabkan datangnya sebuah pertolongan
tidak terduga dari Allah. Bukan saja sekarang dia bisa memenuhi
permintaan ibunya, tetapi juga sekarang dia memegang uang lebih untuk
keperluannya di akhir bulan
Sumber
buku : KISAH-KISAH AJAIB PENGUBAH HIDUP, Penulis buku : Ustadz Amrin
Ali Hasan