Bukanlah rahasia lagi bahwa Allah telah mengkhususkan para nabi dengan semua pintu keutamaan dan sifat yang utama sehingga menjadikan mereka layak dipilih Allah. Semua kemuliaan ini adalah akhlak yang terpuji yang mungkin bisa dimiliki oleh siapa pun di muka bumi ini. Sifat-sifat ini sangat banyak untuk dihitung. Akan tetapi, di sini kita akan memfokuskan diri pada sifat-sifat para nabi yang membuat mereka kokoh berkuasa di bumi, yang menjadikan mereka teladan bagi seluruh alam dan pada saat yang sama menjadi faktor datangnya semua jalan kelapangan dan keteguhan di atas kebenaran.
Sabar dan tidak mengeluh
Allah Swt. berfirman,
"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah cintai orang-orang yang sabar" (QS Ali ‘Imran [3]: 146). Para nabi adalah orang yang paling tinggi kesabarannya. Mereka bersabar atas semua jenis penyiksaan dan cobaan dalam upaya menyampaikan dakwah agama Allah.
Para Nabi adalah orang yang paling tinggi kesabarannya. Mereka bersabar atas semua jenis penyiksaan dan cobaan dalam upaya menyampaikan dakwah agama Allah.
Allah Swt. berfirman sebagai berikut.
"Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah)." (QS Al-Ahqof [46]: 35)
Dari Ibnu Mas`ud r.a., ia berkata, “Seolah-olah aku melihat Rasulullah Saw. tengah mengisahkan salah seorang nabi yang disakiti kaumnya. Mereka membuatnya berdarah. Sang Nabi mengusap darah yang mengalir di wajahnya seraya berkata, "Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kaumku, karena mereka tidak mengetahui."
Rasulullah Saw. bersabda, "Orang yang paling keras ujiannya adalah para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka semakin keras ujiannya. Jika agamanya lemah, maka ia akar. diuji sesuai dengan kadar agamanya. Oleh sebab itu, seorang hamba senantiasa diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di ala permukaan bumi tanpa memiliki dosa.”
Dari Abu Sa`id Al-Khudri r.a., bahwasannya dia pernah masuk menemui Rasulullah Saw. yang sedang dalam keadaan sakit berlapiskar. selimut. Lalu ia berkata, “Begitu panasnya suhu tubuhmu,Ya Rasulallah.’ Rasulullah Saw. bersabda, “Demikianlah, ujian itu telah dilebihkan atas kami, namun pahala kami pun akan dilipatgandakan.”
Kisah-kisah mengenai kesabaran para nabi sangatlah banyak. tidak bisa dihitung. Adapun, kesabaran nabi kita Muhammad Saw adalah bagaimana beliau bersabar dari semua kesakitan yang ditimpakan kaumnya, diuji dengan kematian anak-anaknya, dengan kelaparan dan berbagai cobaan lainnya, dan beliau adalah sebaik-baiknya orang yang bersabar atas ujian.
Keberanian
Allah Swt. berfirman menjelaskan keberanian
"Nabi Ibrahim a.s. bahwa beliau berkata kepada kaumnya, Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang yang mati)?" (QS Al-Anbiya’ [21]: 58). Beliau benar-benar melaksanakan ancamannya dan tidak takut akan banyaknya jumlah orang-orang kafir. Ia juga tidak takut atas apa yang telah menunggunya dari berbagai siksaan dan pembunuhan.
Mengenai Nabi Daud a.s., Allah Swt. berfirman,
"Maka mereka mengalahkannya dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allahh memberinya (Daud) kerajaan, dan hikmah, dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam." (QS Al-Baqarah [2]: 251). Jalut adalah raja kafir. Tidak ada yang berani memerangi raja-raja kecuali seorang ksatria yang sangat pemberani dan tidak takut mati. Mereka mengetahui tajamnya tombak yang dihunus para penjaga raja selalu mengintai nyawanya.
Allah Swt. berfirman mengenai keberanian
Nabi Musa a.s., Dia (Musa) menjawab, "Sungguh, engkau telah mengetahui bahwa tidak ada yang menurunkan (mukjizat-mukjizat) itu kecuali Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sungguh, aku benar-benar menduga engkau akan binasa, wahaiFir’aun" (QS Al-Isra’ [17]: 102). Adakah orang yang berani berkata seperti itu kepada seorang raja? Apalagi kepada seorang penjahat besar, kafir, dan zalim seperti Fir`aun.
Mengenai kisah Nabi Sulaiman a.s. dengan ratu negeri Saba dan bala tentaranya, Allah Swt. berfirman,
"Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara jung mereka tidak mampu melawannya, dan akan Kami usir mereka dari negeri itu (Saba) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina" (QS Al-Naml [27]: 37). Demikianlah para pemberani. Mereka tidak pernah ragu untuk memerangi musuh-musuhnya.
Adapun dalam Sirah Nabawiyyah, Muhammad Saw. adalah orang yang paling tepat untuk menggambarkan sikap ini. Beliau memang jauh lebih agung daripada keberanian.
Dari Anas ibn Malik r.a., ia berkata, “Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik, paling dermawan, dan paling berani. Pada suatu malam, penduduk Madinah dikejutkan oleh suara yang sangat dahsyat. Orang-orang pergi menuju arah suara tersebut. Rasulullah Saw. bertemu mereka saat hendak pulang. Ternyata beliau telah mendahului mereka ke arah suara tersebut dengan menunggangi kuda milik Abu Thalhah. Sementara, sebilah pedang terkalung di lehernya. Beliau kemudian bersabda, “Wahai manusia! Kalian tidak perlu takut.”
Abu Sa `id kemudian bertanya, “Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berat ujiannya? ” Rasulullah Saw. bersabda, “Para Nabi. ” Abu Sa `id berkata, “Kemudian siapa lagi? ” Rasulullah Saw. bersabda, “Para Ulama. " Abu Sa `id berkata, “Kemudian siapa lagi? ” Rasulullah Saw. bersabda, “Orang-orang saleh. Di antara mereka ada yang diuji dengan penyakit hingga ia wafat dengan penyakit tersebut. Ada juga yang diuji dengan kemiskinan, hingga ia tidak lagi menemukan sesuatu melainkan pakaian yang ia kenakan. Namun sungguh mereka lebih menyukai ujian bersebut melebihi kesenangan salah seorang dari kalian tatkala diberi sebuah kenikmatan.
bersambung..
Sumber: Buku Jangan berputus asa dari Rahmat Allah, Penulis Ahmad Abduh `Iwad