Melatih Jiwa dan Ridha Pada Qaadha

abatasa | Kamis, 09 Januari 2014 04:34 WIB | 5.267 kali
Melatih Jiwa dan Ridha Pada Qaadha
Ibrahim bin Adham ra bercerita:
Suatu hari, aku berangkat untuk menunaikan ibadah haji ke Masjidil Haram. Di tengah perjalanan tiba-tiba cuaca dingin menyerang, maka aku pun masuk ke dalam sebuah gua untuk berlindung. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba ada seekor harimau masuk. Ketika harimau itu melihatku, ia berbicara, "Siapa yang menyuruhmu masuk ke tempatku tanpa izin?"

Ibrahim bin Adham menjawab, "Aku adalah seorang pengembara, aku datang kepadamu sebagai tamu malam ini, maka berpalinglah dariku!"

Harimau tadi lalu tidur di sisiku. Semalaman pula aku membaca al-Quran, ketika aku hendak pergi, berkatalah harimau tadi, "Hai Ibrahim, jauhilah sifat Ujub! Dalam hati kamu berkata, ’Aku pernah tidur dengan seekor macan selama tiga hari dan .iku selamat.’ Demi Allah, sesungguhnya sudah tiga hari aku belum makan, andaikan kamu datang bukan sebagai tamu, tentu uku telah memakanmu."

Aku pun bersyukur, lalu aku pergi. Ketika aku telah menyelesaikan ibadah haji ku dan pulang ke tempat peribadatan¬ku, seketika nafsuku menginginkan buah delima, padahal sejak sepuluh tahun lamanya keinginan itu kutahan. Pada suatu malam, nafsuku berbisik, "Apabila kamu tidak mau menuruti keinginanku, maka aku akan malas beribadah."

Aku pun menjawab, "Wahai, nafsu! Kuatkanlah dirimu!
Apabila nanti memasuki kota, maka aku akan memenuhi keinginanmu."
Maka terdoronglah aku untuk pergi menuju suatu daerah ynng di sana ada sebuah pohon. Aku pun mendekati pohon itu.

Ternyata pohon itu adalah pohon delima dan buahnya banyak. Maka aku memetik satu buah, lalu kumakan, ternyata rasanya pahit. Aku petik satu lagi, ternyata juga pahit. Entah sampai berapa butir yang aku makan, namun semua rasanya pahit. Sementara nafsuku berkata, "Aku menginginkan delima yang manis."

Kemudian aku pergi menuju keramaian orang, dan bertemu seseorang di kebunnya. Lalu aku minta padanya sebutir delima, diapun memberi ku satu butir, ternyata rasanya juga pahit. Aku pun menceritakan kisah ku pada orang itu, lalu dia berkata, "Wahai, Ibrahim! Sebenarnya nafsu itu menuruti apa kehendakmu. Demi Allah, aku berada di kebun ini selama empat puluh tahun dan tak satu pun buahnya kecuali manis rasanya."

Mendengar ucapan orang itu, aku pun merasa aneh.
Kemudian aku meneruskan perjalananku, lalu bertemu dengan seorang pemuda yang mendapatkan cobaan dari Allah. Pemuda tersebut dikerubuti kumbang, tubuhnya penuh dengan ulat kecil, sementara dia berkata, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberiku kesembuhan dari sakit yang diderita kebanyakan manusia."

Kagetlah aku mendengar ucapannya. Dia menerima cobaan seperti itu, tetapi masih sanggup memuji Allah. Lalu aku pun bertanya kepadanya, "Hai, anak muda! Cobaan apakah yang lebih berat dari hal ini?"

Dia memandang ke arahku dan berkata, "Wahai, Ibrahim!
Gigitan kumbang pada seluruh tubuh itu lebih baik dari pada menuruti keinginan syahwat memakan delima, akan tetapi Tuhan tahu bahwa sebenarnya kau adalah orang yang berusaha menolak keinginan itu, maka sesuatu yang manis dijadikan pahit bagi kamu."

Setelah itu, aku jatuh pingsan. Ketika aku tersadar, aku berkata kepadanya, "Hai, nak muda! Dengan derajat yang tinggi ini, mengapa kamu tidak memohon kepada Allah untuk menyembuhkanmu?"

Anak muda itu berkata, "Hai, Ibrahim! Allah adalah Zat Yang Maha Mengatur, Dia memutuskan dan melakukan sesuatu sesuai kehendak-Nya. Banyak sekali orang yang bersabar terhadap cobaan Allah dan ridha kepada Qadha Allah. Demi Allah, wahai Ibrahim! Andaikan Allah mencincangku sepotong demi sepotong, niscaya hal itu tidak akan memberikan tambahan padaku kecuali rasa cinta kepada-Nya."

Akhirnya, aku pun meninggalkan pemuda itu dengan perasaan kagum akan keadannya.[]


Yuk Bagikan :

Baca Juga