Pada suatu waktu, Malik bin Dinar pergi menunaikan ibadah haji. Setelah beberapa waktu melakukan perjalanan, ia merasa lelah dan lapar. Ia pun berhenti di bawah pohon untuk beristirahat dan makan. Di saat sedang menikmati makanannya, secara tiba- tiba ada seekor burung gagak menyambar sebagian makanannya dengan cengkeraman kakinya, dan dengan cepat burung itu terbang kembali.
Malik heran melihat perilaku burung gagak itu. Biasanya, burung ini mengincar tikus, ayam, atau hewan lainnya. Tapi, kali ini yang disambar adalah makanan manusia, yang bukan makanannya. Karena penasaran, ia pun membuntuti burung itu yang terbang melewati bukit batu. Setelah ia mendaki bukit yang dilewati oleh burung gagak itu, Malik dapat melihat lebih jelas posisi burung itu berada.
Malik berusaha mempercepat langkahnya dengan sedikit berlari, walaupun jalan menurun. Di kaki bukit, ia berhenti. Hal yang membuat Malik berhenti bukan karena ia sudah menemukan burung Gagak itu, melainkan ada seseorang yang tergeletak dengan kondisi mengenaskan. Di hadapannya ada seorang pria dengan baju lusuh dan robek, dalam posisi terbaring dengan tangan dan kaki terikat. Ibrahim pun mendekatinya untuk melepas ikatannya.
Ternyata orang itu masih hidup. Malik pun bertanya kepada laki-laki tersebut tentang kejadian yang telah menimpanya, hingga bisa berada di tempat dalam keadaan yang mengenaskan.
"Aku adalah pedagang keliling. Ketika melewati kawasan ini, aku dihadang oleh perampok. Harta dan unta kendaraanku dirampas. Lalu, mereka mengikat kaki dan tanganku, kemudian melemparkanku ke tempat ini," kata laki-laki itu.
"Sudah berapa lama saudara di sini?" Tanya Malik.
"Mungkin, sekitar seminggu lebih," jawab orang
itu.
"Lalu, bagaimana saudara dapat bertahan hidup dengan tangan dan kaki terikat?" Malik kembali bertanya.
"Burung gagak itu yang menolongku. Setiap hari ia memberikan makanan. Ia bertengger di dadaku dan memotong-motong makanan untukku," tutur pedagang naas itu.
Mendengar penuturan laki-laki itu, Malik bin Dinar menarik napas. Allah Swt. memang tidak membiarkan hamba-Nya dalam kelaparan dan kesusahan. Kemudian, ia membawa laki-laki itu ke perkampungan terdekat untuk beristirahat dan memulihkan tenaga agar bisa pulang ke kota asalnya.
Pengalaman tersebut membuat hati Malik bin Dinar semakin terbuka bahwa betapa besar kasih sayang Allah Swt. terhadap makhluk-Nya. Selain itu, peristiwa itu mengobarkan semangatnya untuk beristighfar, bertasbih, bertahmid, dan bertahlil agar batin selalu tersambung dengan-Nya; menjadi yang paling dekat, beriman, dan paling bertakwa. Subhanallah!
Sumber!