Anak Kecil dan Pertengkaran Orang Tua

abatasa | Selasa, 30 Juli 2013 07:53 WIB | 5.074 kali
Anak Kecil dan Pertengkaran Orang Tua
Betapa banyak pertikaian orang tua yang menyakiti anak- anaknya. Keutuhan rumah tangga mempunyai dampak positif abadi, yaitu anak-anak yang berjiwa sehat. Kisah ini diceritakan oleh seorang staf pengajar di salah satu taman kanak-kanak.

* * *

Aku diminta berhenti oleh seorang siswi yang masih polos. Aku melihatnya bingung mencari jawaban sebuah pertanyaan yang bisa memuaskan hatinya yang bening. Walaupun di dalam hatinya sedang bertumpuk berbagai macam bahaya disebabkan dia tidak mempunyai seorang teladan.

Dia menghentikanku untuk menanyakan sebuah pertanyaan, "Papa memukul Mama?" tanyanya dengan wajah kebingungan. Aku usap kepalanya, seolah-olah aku sedang menghapus segala kegalauan pikiran yang disisakan oleh pertanyaan tadi. Ini adalah babak pertama dia mengatahui sebuah kenyataan yang kemungkinan besar akan menjadi bibit pertama yang akan membentuk kepribadiannya.

Aku menjawab pertanyaannya dengan suara lembut dan senyum kasih, "Tidak. Papa tidak memukul Mama." Akan tetapi, dia berkata dengan napas terengah-engah dan kalimat yang seolah-olah seperti bom waktu, hanya Allah yang tahu kapan bom itu akan meledak, jika tidak ada orang yang bisa menghilangkannya dari pikirannya atau mencabutnya dari lubuk hatinya.

Dia berkata, "Tapi Papa benar-benar memukul Mama." Aku merasa sedang menghadapi ujian berat. Jawabanku harus tegas untuk menghapus kebingungannya. Aku harus berbicara terus terang kepadanya tidak hanya basa-basi. Seandainya aku menjawab, "Mungkin papa sedang bercanda atau bermain dengan mama." Pastinya pemukulan itu akan menjadi hal yang menyenangkan baginya seperti hiburan dan bisa jadi ia akan mengidap kelainan yaitu senang melihat kekerasan dan pemukulan. Seandainya aku menjawab, "Mungkin mama berbuat salah, oleh karena itu papa memukulnya."

Maka pasti citra ibunya akan membuat jiwanya guncang dan dia akan hidup dihantui perasaan takut, jika berbuat salah walaupun kesalahan itu sederhana, karena dia takut menerima siksaan seperti ibunya. Juga pastinya ayah atau laki-laki yang di hatinya ia yakini sebagai orang yang mampu memberinya saran, akan dia anggap sebagai diktator kejam. Lalu ia merasa takut dan tidak menyukainya sehingga dia akan berbohong kepada orang itu dan tidak berani berterus terang karena takut menerima sanksi. Seandainya aku menjawab, "Setiap papa dan mama seperti itu." Maka pastinya dia tidak suka terikat berhubungan dengan seorang laki-laki mana pun di masa mendatang, karena dia takut laki-laki itu memukulnya, seperti ayah memukul ibunya. Seandainya aku berkata,"........"

Dalam hitungan detik, setiap jawaban itu muncul dalam pikiranku. Aku merasa bahwa anak ini sangat percaya dengan jawabanku. Kami sebagai dewan pengajar merupakan panutan yang setara atau bahkan melebihi orang tua yang menjadi teladan di rumah. "Papa tidak harus memukul mama, ini salah," jawabku tegas. Aku mencoba berempati sambil meletakkan tanganku di pundaknya dan memandang matanya.

Wahai para Bapak dan Ibu!!! Kasihanilah buah hati kalian. Jadilah kalian teladan mereka dalam berbuat baik. Bantulah mereka untuk membentuk pribadi ideal. Tanamkan dalam jiwa mereka perasaan bahwa kalian berdua sebagai orang tua saling menghargai dan jauhkan mereka dari pertikaian kalian. Jika memang tidak ada jalan keluar dari pertikaian, pertentangan, atau bahkan pemukulan, maka usahakan jangan sampai terlihat atau terdengar mereka. Masuklah ke kamar pribadi kalian dan kerjakan apa pun yang kalian mau.

Gema pertanyaan anak kecil itu masih terus terngiang di dalam jiwaku, membuatku merasa sedih dan perih. Aku terpana dengan pelajaran yang bisa mengalirkan perasaan sayangku kepada anak-anak yang sengsara disebabkan oleh kecerobohan dari kesalahan kita. Kasihanilah anak-anak kalian, walaupun kalian tidak ingin mengasihani diri kalian.

dikutip dari  :Kisah - kisah penggugah jiwa
karya : Abdurrahman Bakar


Yuk Bagikan :

Baca Juga