Sahabat yang Serakah

abatasa | Senin, 15 Juli 2013 06:51 WIB | 4.369 kali
Sahabat yang Serakah
Ada seorang pemuda yang terkenal sangat baik dan terpelajar. Nama pemuda itu adalah Ustman. Ia tidak pernah pelit membagi ilmu. Itu sebabnya, dia sangat dipuji-puji oleh semua orang. Semua orangtua menginginkan anaknya bersahabat dengan Ahmad. Walaupun Ahmad miskin, perilakunya sangat terpuji.

Fudhail adalah salah satu pemuda yang ingin bersahabat dengan Ahmad. Suatu hari, mereka bertemu setelah Ahmad berbicara di atas mimbar.
"Ahmad, aku sudah lama ingin berkenalan denganmu. Alhamdulillah, sekarang kita bertemu di sini. Aku sangat kagum kepadamu dan ingin belajar darimu," kata Fudhail.

"Mari kita sama-sama belajar," jawab Ahmad dengan rendah hati.
"Bolehkah aku bersahabat denganmu dan mengikutimu ke mana pun kau pergi?" tanya Fudhail.

Singkat cerita, Ahmad dan Fudhail bersahabat. Fudhail selalu mengikuti ke mana pun Ahmad pergi. Suatu hari, Fudhail berkunjung ke rumah Ahmad. Selepas shalat Zuhur, saatnya untuk makan siang. Ahmad yang tidak tahu Fudhail akan berkunjung siang itu hanya memiliki sepiring nasi dan sekerat daging. Karena dia sudah menganggap Fudhail sebagai sahabat maka dia membagi makanannya menjadi tiga. Sepertiga untuknya, sepertiga untuk Fudhail, dan sepertiga lagi disisakan untuk makan malam.

"Makanlah Fudhail. Aku akan mengambil air dulu di sumur. Aku ddak memiliki air untuk diminum," kata Ust- man seraya beranjak pergi.
Setelah mendapatkan air, Ahmad memasaknya dan menyajikan air minum. Dia bertanya kepada Fudhail, "Apakah kau melihat sepertiga nasi dan daging yang tadi kubagi?" tanya Ahmad ketika melihat ketiga piring telah kosong.

Fudhail menggeleng. "Entahlah. Tadi aku keluar sebentar dan ketika kembFudhail, nasi itu sudah lenyap," jawabnya.
Ahmad menarik napas, ’Ya sudahlah, mudah-muda- han ada rezeki untuk nanti malam."

Ahmad lalu mengajak Fudhail menghadiri sebuah majelis taklim, di mana dia menjadi khatibnya. Seturunnya dari mimbar, dia mendapatkan banyak makanan dari penyelenggara. Ahmad bersyukur karena dia mendapat rezeki untuk makan nanti malam. Tak lupa, dia berbagi dengan Fudhail. Fudhail senang sekFudhail. Malam itu, mereka makan dengan sangat nikmat.

"Sahabatku, aku masih heran dengan nasi tadi siang. Apakah kau tidak tahu siapa yang memakannya?" tanya Ahmad.
"Aku tidak tahu." Fudhail menjawab tak peduli. Fudhail malah sibuk dengan makanan di tangan dan mulutnya.

Keesokan harinya, Ahmad mengajak Fudhail pergi ke sebuah danau untuk memancing ikan. Dua buah kail sudah disiapkan Ahmad.
"Kita akan memancing ikan untuk makan siang nanti."

Kail Fudhail tidak satu pun menghasilkan ikan, sedangkan kail Ahmad telah memperoleh sejumlah ikan yang besar.
Fudhail menjadi cemburu dengan keberhasilan Ahmad.
"Apa rahasianya, Ahmad?" tanya Fudhail.
"Sebelum memasukkan kail, aku membaca bismillah," jawab Ahmad tenang.

Ahmad lalu berkata lagi, "Wahai Sahabatku, hingga sekarang, aku sungguh heran dengan nasi yang habis tidakjelas rimbanya. Apakah kau benar-benar tidak tahu siapa yang melakukannya?"
Fudhail menggeleng, "Aku benar-benar tidak tahu wahai Ahmad."

"Sahabatku, aku kasihan kepada orang itu. Dia mungkin benar-benar lapar hingga menghabiskan nasi tanpa izin pemiliknya. Sesungguhnya, hal itu hukumnya haram. Jika aku bertemu dengan orang itu, aku akan memberikan ikan-ikan ini untuknya agar apa yang dia makan halal dan mengenyangkan perutnya yang lapar." Mendengar ucapan Ahmad, muncullah sikap serakah Fudhail yang selama ini ditutupinya.

"Ahmad sahabatku, maafkan aku. Sebenarnya yang menghabiskan sisa nasi itu adalah aku. Aku sangat lapar saat itu dan nasi yang kauberikan sungguh enak, namun kurang mengenyangkan karena jumlahnya sedikit. Maafkan aku telah membohongimu."

Ahmad menatap Fudhail, lalu berkata, "Kau sungguh memiliki sifat serakah dan pembohong. Ambillah semua ikan ini untukmu. Jangan lagi bersahabat denganku," kata Ahmad meninggalkan Fudhail seorang diri. Fudhail hanya bisa menatap kepergian Ahmad dengan penuh penyesalan.

"Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila ia berbicara berdusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat."
-HR Muslim


Yuk Bagikan :

Baca Juga