Jadikan Makan Penuh Hikmah

abatasa | Rabu, 10 April 2013 03:31 WIB | 5.491 kali
Jadikan Makan Penuh Hikmah
"Wahai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rejeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah." (QS al-Baqarah [2]: 172)

Aktivitas makan ternyata bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk mengenal dan lebih karab dengan Allah Azza Wa Jalla. Namun disisi lain bisa juga menjadi jalan baginya untuk dekat pada hawa nafsu. Semua itu tentu saja bergantung pada kemampuan seseorang dalam memahami hakikat makan. Bagi hamba Allah yang telah memahami hakikat makan, tatkala masuk ke dalam peruutnya, ia akan memperoleh dua keuntungan, yakni terpenuhinya hak tubuh sekaligus melunakan hawa nafsunya. Dengan demikian, makan baginya telah menjadi ladang amal saleh. Sebaliknya, bagi siapa yang tidak mencoba memaknai aktivitas makan, maka baginya makan tidak lebih dari sekedar memuaskan hawa nafsu belaka, makanan itelah menjadi virus yang tanpa disadari akan menggerogoti hatinya. Bagi orang semacam ini, aktivitas makan jelas hanya akan menjauhkan dirinya dari karunia Allah.

 

Maka bagi orang yang mukmin adalah amal ibadah, bukan untk menghancurkan ibadah. Betapa ia menyadari, bahwa aktivitas makan itu ternyata bukanlah sekedar untuk mengenyangkan perut, lalu berdampak pulihnya kembali tenaga di dalam tubuh. Makan pun bukan sekedar mengecap kenikmatan, karena toh nikmatnya itu jaraknya hanya "sepanjang telunjuk" dari bibir. Begitu makanan lewat tenggorokan, maka tidak akan terasa lagi nikmatnya.

 

Baginya, ia baru menyantap suatu hidangan bila jelas-jelas meyakini kehalalannya. Sebab, satu kali makanan haram masuk kedalam perut, maka empat puluh hari amal ibadahnya tidak diterima. Kalau menjadi daging, maka haramlah ia masuk surga. Berdoa dengan bersimbah darah airmata dan di tempat ijabah sekalipun tidak akan pernah terkabulkan. Padahal, doa adalah senjata seorang mukmin. Oleh sebab itu waspadalah dengan makanan karena timbulnya hal-hal yang dapat menurunkan kualitas keimanan, seperti tidak sabggup bertahajud, tidak khusyuk dalam beribadah, tumpulnya otak, tidak terkabulkan doa, dan lain-lain, seringkali diakibatkan oleh masalah perut.

 

Setelah terbebas dai makanan haram, berhati-hatikah dengan kemungkinan memakan makana n secara berlebihan. Makanan yang kelebihan akan mengandung aneka macam akibat buruk. Ia akan menjadi jalan bagi tergelincirnya angota-anggota tubuh kemaksiatan. Maka dari itu, ketika berbuka shaum nanti janganlah berlebihan. Jaga stamina, agar kita dapat melaksanakan shalat tarawih, membaca al-Quran serta ibadah-ibadah lainnya, tanpa terganggu oleh kemalasan akibat perut yang kekenyangan. Sadarilah, bahwa perut yahng diisi tanpa kontrol akan sangat dekat yang diisi tanpa kontrol akan sangat dekat hawa nafsu. Padahal, hawa nafsu justru yang menjadi penyebab utama kesat dan mengerasnya hati. Hawa nafsu yang menjadi penyebab utama kesat dan mengerasnya hati. Hawa nafsu pula yang menjadi pangkal dari semua maksiat, kelalaian dan tak terpeliharanya syahwat. Hawa nafsu pun merupakan ladang bagi bagi tersemainya sifat tamak.

 

Akibatnya, tidak usah heran kalau mata akan sulit dipakai untuk membaca firman-firman Allah. Tangan akan teramat berat dipergunakan untuk menolong sesama yang membutuhkan bantuan, menyantuni yang lemah, dan memberi sedekah di jalan Allah. Mulut akan teramat sungkan bicara tentang kebaikan dan mengajak orang kejalan kebenaran. Telinga akan menjadi malas sekali untuk mendengarkan ajakan menuju ampunan dari Zat Yang Maha Rahman. Kaki pun akan sangat malas enggan dilangkahkan menuju majelis-majelis keilmuan yang membicarakan indahnya hidup dalam pelukan iman dan islam. Ditambah lagi, na’udzubillah, hati dan pikiran pun akan terlalaikan dari zikir, mengingat Allah Azza wa Jalla.!

 

Dalam kaitannya dengan memelihara perut, Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah seseorang mengisi wadah yang lebih daipada peruutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan saja untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak mungkin demikian, maka hendaklah dari perutnya diisi makanan, sepertiga dengan minuman, dan sepertiga lagi untuk pernapasan." (HR Ahmad dan Tirmidzi). Hanya kepada Allah-lah kita memohon pertolongan dan berlindung dari jahatnya hawa nafsu karena makanan. Semoga kita bisa menjaga diri dari sifat berlebihan. Wallahu a’lam bish showab



Yuk Bagikan :

Baca Juga