Ibrahim bin Adham Al-Bakhi adalah seorang tokoh sufi yang sangat terkenal. Ia berasal dari Iran Utara. Suatu hari, ia tak sengaja bertemu dengan seorang hamba sahaya yang darinyalah Ibrahim bin Adham belajar mengenal Allah (makrifat).
Ketika akan membeli sesuatu di pasar, pandangan Ibrahim bin Adham tertviju pada seorang lelaki yang kurus dan ringkih di sudut jalan. Ia segera menghampiri lelaki tersebut. Dilihatnya si lelaki sedang khusyuk bermunajat kepada Allah. Dalam doanya itu, lelaki ini hanya memohon ampun dan mengucap syukur atas kehidupannya. Hal itu membuat Ibrahim bin Adham tertegun, bagaimana mungkin lelaki ini terus bersyukur sementara ia tidak melihat sesuatu yang lebih di matanya.
Setelah lelaki tersebut selesai bermunajat, Ibrahim bin Adham bertanya.
"Tuan, aku adalah Ibrahim bin Adham. Aku tak sengaja mendengarmu memanjatkan doa kepada-Nya. Dari tadi, yang kudengar kau hanya bersyukur dan meminta Allah terus memberimu nikmat bersyukur. Apakah yang membuatmu melakukan itu?"
Lelaki itu tersenyum, lalu berkata, "Hanya nikmat bersyukurlah yang berani aku minta kepada-Nya. Sebab hanya itulah yang mampu menjauhkanku dari api neraka. Lagi pula, ketika kita bersyukur, bukankah Allah akan menambah nikmat-Nya?"
"Lalu nikmat apa yang kauterima dari-Nya hingga membuatmu mengucap syukur seperti itu sedang kau hidup dalam kekurangan?" cecar Ibrahim bin Adham.
"Tidakkah kaulihat? Dia memberiku kenikmatan hidup sehingga aku masih bisa bertakwa kepada-Nya. Selain itu pula, Dia Yang Maha Pemurah dan Penyayang selalu mengirimi aku sebutir kacang setiap hari melalui seekor gajah di balik dinding ini. Gajah itu selalu melemparkan sebutir kacang padaku. Itulah yang membuatku kuat bertahan hidup hingga sekarang."
"Masya Allah, hanya sebutir kacang? Apa yang membakar semangat dalam hati Tuan menjadi kuat dan ne- kad menjalani penderitaan ini?" kejar Ibrahm.
"Aku hanya teringat akan kasih sayang-Nya. Hanya itu. Aku rela menanggung derita saat di dunia seperti ini untuk menggapai kebahagiaan yang abadi. Insya Allah," jelas si lelaki ini sambil tersenyum.
Ketika sedang asyik bercakap itulah, datang seorang anak perempuan peminta-minta. "Tuan, berilah aku makanan. Perutku sangat lapar dan tubuhku lemah," pintanya.
Tak disangka-sangka, lelaki ini memberikan sebutir kacang tanah miliknya kepada si gadis pengemis. Melihatnya, Ibrahim bin Adham kembali bertanya, "Mengapa kauberikan kacang tanahmu itu, sedang kau sendiri belum makan?"
"Bukankah sebutir kacang tanah yang kuberikan itu akan menjadi tujuh butir, lalu berlipat-lipat sesuai janji Allah?"
Ibrahim bin Adham merasa malu kepada lelaki tua
ini. Hanya dengan sebutir kacanglah, ia membangun istananya di surga kelak.
"Allah selalu memberikan lipatan pahala atas kebaikan yang diberikan umat-Nya. Maka janganlah sekali-kali kita merasa ragu karena telah berbuat baik. "