Jangan pernah berkhayal untuk melakukan perbaikan yang besar jika kita tidak memulainya dari yang terkecil."
Jika merujuk pada kalimat di atas aku jadi teringat banyaknya keluhan yang masuk ke facebookku. Semuanya akan bertanya tentang bagaimana menjaga hati, bagaimana konsep ikhlas, bagaimana menjaga agar tetap ikhlas dan lain-lain. Begitu pentingnya peran keikhlasan hati dalam hidup ini sehingga banyak orang yang terus mencari tahu bagaimana cara menja¬ganya bahkan memulainya.
Aku pun tidak lepas dari salah satu yang mencari tahu akan hal itu, hingga suatu hari kutemukan seorang bapak bersama anaknya berumur 5 tahun. Beliau adalah jamaah Shalat Jumat yang selalu kutemui di masjid-semoga Allah merahmatinya. Beliau pernah mengajarkanku tentang konsep ikhlas melalui apa yang dilakukannya kepada sang anak.
Minggu pertama, beliau melatih sang anak memasukkan uang 1.000 ke dalam kotak infaq Jumat. Minggu kedua 5.000,
minggu ketiga 10.000 dan minggu keempat 15.000. Beliau me¬lakukan hal tersebut berbulan-bulan hingga sang anak terbia¬sa melakukannya. Aku sengaja selalu duduk di shaf terdepan menemani mereka sehingga aku tahu kebiasaan itu terus dila¬kukan sampai menjadi sesuatu yang biasa.
Pada suatu hari aku bertanya kepada sang bapak ketika usia anaknya sudah mencapai 15 tahun. Aku menyempatkan bertanya ketika aku melihat anaknya memasukkan uang 50.000 ke dalam kotak infaq pada waktu Jumatan. Pertanyaanku adalah pertanyaan yang mendasar, "apa hikmah terbesar yang dirasakan ketika mengajarkan sang anak dalam berinfaq...?" dan dia pun menjawab:
"Dik, bapak bukan orang berilmu seperti adik, banyak orang-orang di luar sana bertanya bagaimana caranya untuk ikhlas? Bapak hanya berusaha mencari jawabannya dengan mengajarkan kepada sang anak berinfaq. Bapak selalu mengarahkannya untuk menyediakan uang dari bilangan terkecil dan menyediakan kelipatannya pada Jumat selanjutnya. Bapak tidak paham konsep ikhlas tapi bapak hanya paham ikhlas hanya bisa dirasakan ketika kita memulai untuk melatihnya dari yang terkecil."
"Kotak infaq adalah sarana untuk memudahkan anak bapak untuk belajar ikhlas, karena dimasukkan berapa lembar pun kotak tersebut akan membisu. Tidak ada kata terima kasih di sana, dan tidak ada kesempatan untuk berbangga diri juga karena kotak tersebut harus segera diberikan kepada orang di sebelahnya. Bapak hanya melihat anak bapak selalu menyediakan uang sakunya dengan bilangan yang selalu berbeda dari sebelumnya dan Insya Allah terus meningkat. Alhamdulillah dia melakukannya dengan atau tanpa kehadiran bapak."
"Suatu saat ketika anak bapak sudah remaja, bapak mencoba menanyakan berapa uang infaq yang diberikannya Jumat ini. Dia pun terkejut dengan pertanyaan bapak karena dia sendiri mengaku tidak pernah memikirkannya dan cenderung mengatakan ’sudah Pak nggak usah ditanya Adi lupa,’ tapi saya mendapat kabar baik dari sahabat-sahabatnya bahwa Adi adalah anak sekolah yang paling mudah mengulurkan bantuan kepada saudara-saudaranya yang lain, dia tidak pernah menagih dan terakhir dia adalah anak yang tidak segan mengeluarkan uang untuk berinfaq."
"Alhamdulillah nak, bapak hanya bisa bersyukur pada Allah, dan bapak berharap anak bapak sedang menemukan arti ke¬ikhlasan dalam dirinya," jawabnya dengan mata yang berka- ca-kaca.
Aku pun mencium tangan sang bapak dengan penuh pera¬saan, sebelum berpamitan dia menepuk pundakku dan me¬nyampaikan:
"Nak... jika ingin memberikan perubahan yang besar maka mulailah dari yang terkecil, ikhlas memiliki posisi yang besar dalam keberhasilan amal ibadah kita. Mulailah belajar, dan ja¬ngan pernah menceritakan amal yang kita lakukan kecuali dia bermanfaat untuk ilmu bagi yang lainnya, hindari pujian dan teruslah melakukan hingga sesuatu yang luar biasa menjadi biasa."