Kapan Memanjatkan Doa kepada Allah dengan Khusyuk?
Wahai wanita yang bersedih!
Perhatikanlah pesawat terbang di ufuk yang jauh. Seolah-olah pesawat itu tergantung diantara langit dan bumi. Dengan demikian akan tampak jelas kekurangan dan kelemahan kita.
Lihatlah ketika tiba-tiba sang pilot kehilangan kendali. Ia merasa khawatir, penumpang pun resah, lalu terdengar ledakan keras. Kaum pria menangis, para wanita menjerit keras, anak-anak merintih. Semua diselimuti rasa takut, gundah, dan mereka sangat ketakutan. Mereka berteriak menyeru dan membaca doa, “Ya Allah....ya Allah...ya Allah.” Maka Dia datang dengan kelembutan-Nya, menurunkan rahmat-Nya, keagungan anugerah-Nya. Maka hati mereka tenang, jiwa mereka tentram, saat pesawat mampu mendarat dengan selamat.
Wahai wanita yang bersedih!
Ketika terasa janin hendak keluar dari perut, engkau merasa kesulitan untuk melahirkannya, hingga merasa kesakitan bahkan seolah akan meninggal. Kemudian engkau kembalikan kepada yang memudahkan setiap musibah, yang memenuhi setiap kebutuhan. Engkau menyeru-Nya, “Ya Allah...ya Allah...ya Allah.” Maka hilanglah rasa khawatir ketika janin keluar dari perutmu.
Wahai wanita yang bersedih!
Ketika dunia diselimuti berbagai masalah, orang-orang tidak membedakan yang benar dan yang salah. Ketika sulit mendapatkan jawaban, saat hidung ini tersumbat tanah, serulah, “Ya Allah...ya Allah...ya Allah.”
Nabi Ibrahim telah mengajarkan kita, Nabi Ismail memberikan pemahaman,
“Ya Allah, Tuhan Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil. Tuhan pencipta langit dan bumi. Tuhan yang Maha Mengetahui semua yang ghaib dan nyata. Engkaulah yang akan menghakimi para hamba-Mu mengenai apa saja yang mereka perselisihkan. Dengan izin-Mu berilah aku petunjuk memilih kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan. Engkaulah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki kejalan yang lurus.” Maka taufiq dari Allah akan datang dan kesulitan menjadi mudah, Maha Suci Allah yang Maha Penyayang!”
Aisyah berkata,
“Seorang wanita miskin mendatangiku sembari menggandeng dua orang anak perempuannya. Aku memberinya tiga butir kurma. Wanita itu memberi anaknya masing-masing sebutir kurma. Ketika ia hendak memakan kurmanya, maka dia memberikannya makan kepada dua anak perempuannya itu dan dia telah membahagikan buah tamar yang dia mau untuk memakannya di antara mereka berdua. Maka telah menakjubkan saya keadaannya, dan saya telah menyebut yang dia telah lakukan kepada Rasulillah, maka dia berkata: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan baginya dengannya syurga, atau telah membebaskannya dengannya daripada neraka.” (HR.Muslim no.550, lihat Tahdzibul Kamal karya al Muziyyi).
Renungkanlah kisah Ummu Salamah Ra, ketika ia bertanya kepada Rasulullah tentang memberikan infak kepada putanya. Katanya, “Apakah aku akan mendapatkan pahala jika berinfaq kepada mereka? Aku tidak akan membiarkan mereka tertimpa sesuatu karena mereka adalah putraku.”
Fitrah telah mendahului jawabnya, meski demikian ia tidak ingin mendahului sebelum nabi memberikan penjelasan.
Itulah gambaran Islam yang senantiasa memerintahkan pada kebenaran. Melakukan amal kebaikan, menyambung tali silaturrahim dan mengeratkannya. Maka turunlah rahmat dan cinta kepada masyarakat, agar ia dapat membesarkan putra-putrinya menjadi orang yang shaleh.
***
Sumber: Buku La Tahzan for Women, Penulis: Nabil bin Muhammad Mahmud