Suatu
ketika, raja Anusirwan yang adil itu keluar untuk berburu. Di tengah
perjalanan, ia terpisah dari para pengawalnya dikarenakan mengejar
buruannya. Lalu ia merasa haus dan melihat sebuah tempat yang dekat
darinya. Maka kemudian ia mendatangi rumah salah seorang penduduk
untuk meminta air minum. Kemudian keluarlah seorang bocah wanita.
Ketika bocah tadi melihat Anusirwan, ia berlari masuk kembali kedalam
rumah, dengan segera ia memeras batang tebu, dicampur dengan air,
lalu ia membawanya keluar, dan memberikannya kepada Anusirwan.
Sebelum meminumnya, Anusirwan melihat kedalam tempat minuman,
ternyata ada kotoran dan debu. Maka ia meminumnya sedikit demi
sedikit sampai akhirnya habis.
Lalu
ia berkata, "Air yang nikmat adalah yang tidak ada kotorannya."
"Saya
sengaja menjatuhkan kotoran pada minuman itu," jawab bocah
wanita itu.
"Mengapa
engkau lakukan itu?" tanya Anusirwan.
"Karena
aku melihat hebatnya dahaga yang engkau rasakan. Aku kuatir engkau
akan menghabiskan dalam sekali teguk yang menyebabkan engkau tersedak
oleh kotoran," jawab bocah tadi.
Anusirwan
takjub dengan kecerdasan bocah tadi, lalu ia bertanya lagi, "Berapa
batang tebu yang kamu peras dalam satu gelas tadi?"
"Satu"
jawab si bocah.
Semakin
tambah heran ia. Kemudian ia berlalu dari bocah tadi dan mencari tahu
berapa besar penghasilan penduduk daerah tersebut. Ternyata
pengahasilan daerah tersebut sangat sedikit, maka di dalam hati ia
bermaksud menambahnya. Setelah beberapa waktu, ia kembali lagi ke
tempat itu, ia mendatangi lagi bocah wanita itu dan meminta minuman,
lalu keluarlah bocah itu dengan sendirinya. Ketika melihat Anusirwan,
tahulah ia, maka dengan segera ia masuk kembali untuk membuatkan
minuman. Kali ini, ia membuat minuman agak lama. Ketika bocah itu
keluar untuk memberikan minuman, bertanyalah Anusirwan, "Kamu
sangat lama, kenapa?"
Si
bocah menjawab "Keinginanmu tidak akan tercukupi dengan hanya
satu batang tebu, akan tetapi dengan tiga batang tebu."
"Apa
sebabnya?" tanya Anusirwan.
"Perbedaan
niat tuan! Saya mendengar bahwa bila niat seorang penguasa berubah,
maka kebaikan dan keberkahan kaum akan hilang," jawab si bocah.
Anusirwan
pun tertawa, dia mengurungkan niat hatinya untuk menambah penghasilan
daerah tersebut. Kemudian ia menikahi bocah wanita tadi karena takjub
akan kecerdasannya.
Sumber
buku : Jangan bersedih! 150 cerita hikmah penyejuk hati,
Penulis
buku : Mohammad A. Syuropati