Kesabaran Siti Hajar R.A.

Admin | Selasa, 12 Agustus 2014 19:59 WIB | 3.450 kali
Kesabaran Siti Hajar R.A. Kelapangan dalam Kehidupan Sayyidah Hajar r.a.

Di sana, di padang pasir Makkah yang panas membara, tidak ada tanaman, tidak pula air. Tiada teman dan tiada pula sahabat. Suaminya meninggalkan istri dan anaknya, lalu ia kembali ke tempat asal ia datang. Yang ditinggalkan bersamanya hanyalah beberapa butir kurma dan sekantong air. Sang istri kemudian memanggil pilu, “Ibrahim, kemana engkau pergi dan
meninggalkan kami di lembah yang tiada teman atau apa pun ini?”

Namun sang suami tidak menoleh. Seakan ia yakin akan janji Allah yang tidak pernah diingkari.

Sang istri sepertinya menyadari bahwa ada sesuatu yang menghalangi suaminya untuk menjawab pertanyannya, “Apakah Allah Swt. yang memerintahkan hal ini?”

Barulah sang suami menjawab, “Ya.”

Berkatalah sang istri yang hatinya dilumuri keimanan kepada Allah, wanita yang sangat memahami kebenaran janji Allah, istri yang sangat memahami tugas yang diemban suami dari Tuhannya. Ia berkata tanpa keraguan sedikit pun, “Jika demikian, tentu Dia tidak akan membiarkan kita, selamanya.”

Ibrahim a.s. pun berlalu seraya berdoa kepada Allah.

37) Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. 38) Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. (QS Ibrahim [14]: 37-38).

Air dan perbekalan pun sudah habis. Sang ibu tidak mendapatkan sesuatu yang bisa mengenyangkan rasa haus anaknya. Sementara air susunya telah mengering. Ia tidak bisa menyusui anaknya lagi. Sang bayi pun bergerak-gerak karena rasa haus dan lapar. Ia mulai merengek. Raungannya menggema di belantara padang pasir dan gunung-gunung. Betapa hati sang ibu merasa tersayat saat sang buah hati yang disayanginya karena kehausan.

Sang ibu segera bergerak naik ke Bukit Shafa dengan harapan melihat seseorang yang bisa menyelamatkannya dari kematian, atau mungkin menemukan makanan dan minuman. Namun ia tidak menemukan apa pun. Lalu ia turun dan bergegas naik ke Bukit Marwa dengan tujuan yang sama. Demikian terus berulang-ulang sampai tujuh kali hingga ia merasakan kelelahan.

Hampir saja rasa putus asa menjalari hatinya. Saat itulah Allah Swt. mengutus Jibril a.s. untuk memukul bumi dengan sayapnya agar keluar mata air di samping sang bayi kecil. Sang ibu bergegas berlari kecil menghampiri mata air seraya memuji Allah atas nikmat-Nya. Ia menciduk airnya berupaya menyelamatkan buah hatinya. Ia pun berteriak kepada sang air. “Zummi, zummi (berkumpullah, berkumpullah).” Mata air itu pun kemudian dikenal dengan nama zamzam.

Rasulullah Saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Bukhari,"Semoga Allah merahmati Ibunda Ismail. Jika ia membiarkan zamzam, ia akan menjadi air yang mengalir." HR. Bukhari.

Hari-hari berlalu dengan sangat lambat, hingga akhimya sebagian kabilah Jurhum singgah di tempat Ismail dan ibunya. Mereka hendak menetap di tempat itu karena di situ terdapat mata air. Dia pun mengzinkan mereka tinggal bersamanya dan bersama-sama minum dari mata air zamzam. Ismail pun tumbuh di lingkungan mereka dan belajar bahasa Arab dari mereka. Saat beranjak dewasa, Ismail menikah dengan salah seorang wanita Jurhum.

Inilah Hajar. Ibunda anak sembelihan, telah mengajarkan kepada kita contoh yang sangat menakjubkan sebagai seorang istri yang taat, ibu yang pengasih, mukminat yang kuat. Ia memurnikan niatnya hanya bagi Allah. Oleh sebab itu Allah Swt. menjaga dalam keterasingannya, memberikan rasa aman saat tidak ada suami disisinya, dan Allah memberikan ia dan anaknnya rezeki dari arah yang tiada disangka.

Sumber: Buku Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah, Penulis: Ahmad Abduh `Iwadh


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB