Abatasa - Belajar Bersama

Iman Kepada Allah dan Amal Shaleh

Oleh Admin pada Rabu, 04 Juni 2014 16:24 WIB

Iman dan amal shaleh senantiasa berdampingan. Dalam beberapa ayat Allah telah menanamkan keimanan dalam hati orang-orang mukmin. Iman diwujudkan dengan amal. Keduanya saling menyempurnakan. Sesungguhnya iman tanpa amal seperti pohon tanpa buah, seperti bunga tanpa wangi semerbak, atau lampu tanpa cahaya. Iman dan amal shaleh merupakan sebab yang agung dalam menghilangkan kesedihan didunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al An`am [6]:48).

Tidak ada rasa khawatir dan sedih, karena iman merupakan kunci kehidupan yang lebih baik di dunia, keselamatan hidup, sumber kebahagiaan, kemuliaan, kesempurnaan, kenikmatan abadi, dan kebahagiaan yang kekal di akhirat. Di sana tidak ada jalan untuk mencapai kemuliaan, tidak ada jalan menuju kebaikan, dan tidak ada bahtera untuk mengarungi lautan dengan selamat, kecuali amal shaleh yang terus menerus.

Seorang mukmin yang memiliki keimanan yang benar, tidak akan merasa khawatir dan sedih. Karena ia menyadari bahwa yang mengatur segala urusan alam serta isinya adalah Allah SWT.

Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl [16]: 97).

Iman merupakan sebab lahirnya cinta dan kasih sayang, sebagaimana firman Allah SWT: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka asa kasih sayang.” (QS. Maryam [19]: 96).

Iman merupakan faktor terpenting untuk mencapai hidayah pada kehidupan mulia. Kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan, sebagaimana firman-Nya: "Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang .ang beriman kepada jalan yang lurus.” (QS. Al Hajj [22]: 54).

Keimanan dapat menolong seorang hamba terlepas dari rasa bimbang dan kesedihan, sebagaimana firman-Nya:"Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At Taghaabun [64]: 11).

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya.”(QS. Yunus [10]: 9).

Orang-orang yang kesulitan adalah mereka yang tidak memiliki keimanan, tidak memiliki simpanan keyakinan, maka senantiasa dalam kerugian, amarah, kehinaan, dan kerendahan, sebagaimana firman Allah SWT: "Dan barangsiapa berpaling dariperingatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaahaa [20]: 124).

Tidak ada yang dapat membahagiakan jiwa dan menyucikannya. Tidak ada yang dapat membahagiakan, menghilangkan rasa bimbang, kesedihan, dan kebingungannya kecuali iman kepada Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada warna kehidupan kecuali dengan keimanan.

Apabila iman telah hilang, maka tidak ada kehidupan. Tidak ada kehidupan dunia bagi orang yang enggan menghidupkan agama Allah. Orang-orang atheis, yaitu orang-orang yang tidak beriman, sepantasnya mereka merasakan ujian, belenggu, kegelapan, dan musibah. Mereka adalah orang yang kehidupannya penuh kerugian tanpa iman. Laknat abadi pun turun kepada orang-orang yang keluar dari jalan Allah di muka bumi ini, sebagaimana firman-Nya: “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (QS. Al An’am [6]: 110).

Telah tiba waktunya bagi alam untuk tunduk dan iman dengan sebenar-benarnya, bahwa tiada Tuhan yang pantas disembah selain Allah. Setelah menempuh waktu yang sangat lama, melalui perjalanan yang sulit, penuh badai dan debu, sampailah akal pada satu keyakinan. Bahwa berhala itu khurafat, kekufuran itu laknat, atheis itu dusta, para rasul itu jujur, Allah itu benar, Dia pemilik kerajaan, bagi-Nya segala puji, dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu.

Dengan kekuatan iman yang terkadang menguat dan melemah, memanas dan mendingin, sebagai penentu kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian, sebagaimana firman-Nya: ’’Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl [16]: 97).

Inilah kehidupan yang baik. Jiwa mereka merasa teguh karena janji- Nya dan keteguhan hati dalam mencintai Tuhan mereka. Kesucian jiwa dari keberpalingan, dan dinginnya raga mereka dalam menghadapi setiap kejadian, kedamaian hati ketika ditetapkan qadha dan keridhaan mereka dalam menerima qadar. Karena sesungguhnya mereka ridha bahwa Allah adalah Tuhan, Islam agama mereka, dan Muhammad SAW adalah nabi dan Rasul mereka.

***

Laa Tahzan for Women