Masa SMP, merupakan masa di mana Aku baru tumbuh menjadi anak yang sedikit mulai memperhatikan kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin orang lain belum sempat memikirkan hal apa yang aku fikirkan, tapi karena kondisi kehidupankulah yang memaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Dimana aku sudah ikut memikirkan masalah-masalah yang terjadi di dalam keluargaku.
Aku, anak pertama dari 2 bersaudara. Adikku, laki-laki yang sangat pendiam. Saat Aku duduk di bangku kelas 1 SMP, ibuku harus bekerja menjadi buruh pabrik, karena kondisi ayahku yang sedang sakit. Sekian lama ibu menjadi buruh pabrik dan Aku pun menggantikan posisi ibu di rumah untuk mengurus rumah dan keluarga.
Akhirnya, ibuku keluar dari tempat kerjanya, dengan alasan terlalu lelah. Tapi aku merasa, ada hal yang dirahasiakan dariku. Tapi, sebisa mungkin aku membuang jauh-jauh rasa itu. Suatu hari, ibu merasa mual-mual dan aku pun mulai merasa ada yang janggal dengan kejadian itu. Semakin hari kecurigaanku pun mulai terjawab. Ternyata, ibuku sedang hamil 2 bulan.
Aku sedih dan marah, karena Aku sungguh sangat tak menginginkan ibu hamil lagi. Aku sangat menolak kehadiran janin di dalam rahim ibu. Sampai-sampai aku tidak menegur ibu. Suatu pagi Aku mengemas pakaian, Aku berniat untuk kabur, dan niat buruk itupun akhirnya Aku lakukan.
Ternyata bukan hanya Aku yang menolak kehadiran sang jabang bayi. Ternyata secara diam-diam ibuku pun berniat untuk menggugurkan sang janin yang sedang dikandungnya. Tapi, semua usahanya tidak berhasil. Kandungan ibu pun semakin hari semakin membesar, walau pun aku sempat menolak kehadiran si jabang bayi, tapi lama kelamaan aku pun mulai menerima kehadiran sang bayi. Tepat pada tanggal 6 september 2005, di malam harinya aku tidur bersama ibu dan adikku, suara adzan pun berkumandang begitu merdunya dan membangunkan kami sekeluarga untuk shalat subuh. Saat aku turun dari tempat tidur, rasanya aku seperti menginjak cairan tapi Aku tak tahu itu cairan apa? Ternyata setelah Aku lihat diruang tengah, ibu sedang menangis kesakitan, ternyata cairan yang aku injak air ketuban ibuku. Aku pun berlari untuk memanggil nenek yang biasa kupanggil emak, yang tinggal tidak jauh dari kami.
"Emak.......! ibu mau ngelahirin itu!" sambil terengah-engah aku berbicara.
"Sekarang ibu mu dimana?"
"Di kamar Ma,"
Kami pun segera beranjak ke rumahku. Setelah mengetahui bahwa ibuku segera melahirkan ayahku pun segera memanggil
maparaji atau ma berang
1 dan bidan dekat rumah ku. Mendengar suara jeritan ibu, Aku tak kuasa untuk menahan air mata. Aku takut ibu tak selamat karena betapa mengerikannya saat melahirkan, walau Aku tak melihat hanya mendengar suaranya. Aku pergi ke belakang rumah dan di situ aku menangis lalu berdoa agar ibu dan adikku selamat.
Tepat pukul 9.00 adik baruku lahir ke dunia, laki-laki. Dalam hati Aku membhatin ko laki-laki lagi si, kan adik pertamaku laki-laki Tak ada rasa syukur dalam diri ku, padahal ibu dan adikku sudah selamat, sudah merupakan hal yang yang sangat disyukuri. Setelah mendengar suara tangisan sang bayi aku merasa lega dan sangat senang. Selang beberapa menit tidak sampai 3 menit, aku mendengar suara tangisan bayi lagi, aku pun kaget dan tercengang,
"loh.....ko ada suara bayi lagi, anak siapa yang ikut nangis?
Aku pun segera mendatangi Ema dan,
"Ma....ko suara bayinya banyak banget si?
"Kamu punya adik kembar"
Betapa kagetnya aku setelah mendengar bahwa aku mempunyai adik kembar, jangankan kembar satu saja aku tak mau. Dari situlah aku menyadari, bahwa apa yang terbaik menurut kita belum tentu baik menurut Allah Swt, dan apa yang yang menurut Allah Swt baik itu sudah pasti yang terbaik untuk kita. Dan janganlah kita membenci hal dengan terlalu, karena bisa jadi kita bisa menyukainya. Begitupun sebaliknya, janganlah kita menyukai sesuatu dengan terlalu maka bisa jadi kita membencinya. Seperti dalam hadits:
"Cintailah sesuatu sekedarnya saja karena jika kamu mencintainya berlebihan maka suatu saat kamu akan membencinya dan bencilah sesutu sekedarnya saja kara jika kamu membencinya berlebihan maka suatu saat kamu akan mencintainya"
======
1 Orang yang membantu proses kelahiran di desa-desa, (dukun beranak)
Seberapa keras pun usaha manusia Allah lah yang menentukan. Seperti usaha ibuku untuk untuk menggugurkan kandungannya. Tapi Allah berkehendak lain, dan saking benci dan menolaknya terhadap kedatangan sang adik. Akhirnya, aku mendapatkan dua adik sekaligus. Memang sungguh besar Kekuasaan Allah SWT. Subhanallah.
(kisah ini dituturkan oleh mahasiswi di Bogor)