Perusahaan yang saya
pimpin, salah satunya menjual kosmetik. Untuk alasan itulah, harus
mengalokasikan banyak waktu untuk menyerap aspirasi pasar tentang kecantikan
wanita. Salah satu focus group discussion yang dilakukan
perusahaan riset, saya bahkan menyempatkan diri untuk mendengarkan mereka
selama berjam-jam. Bahkan, isteri dan puteri saya sendiri pun jadi subyek
pengamatan saya.
Semakin didalami
aspirasi wanita tentang kecantikan, semakin banyak saya bertemu dengan manusia
yang bertumpu pada sumber-sumber kecantikan yang datang dari luar. Banyaknya
uang yang dikeluarkan untuk membeli kosmetik, tidak sedikitnya dana yang
mengalir di salon-salon perawatan kecantikan, hanyalah sebagian bukti hal ini.
Serupa dengan
kecantikan, kesuksesan dan kebahagiaan juga cenderung dicari dari sumber-sumber
luar. Lihat, ada banyak orang yang mengejar harta dan tahta. Tidak sedikit yang
membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Di sebuah kesempatan presentasi di
depan ratusan karyawan- karyawati sebuah perusahaan farmasi, saya pernah
bertutur tentang pentingnya memperbaiki diri, dibandingkan dengan mengejar
kesuksesan. Dan, marahlah sejumlah orang. Terutama, karena sangat yakin bahwa
sukses harus dikejar. Tidak bisa ditunggu hanya dengan memperbaiki diri
sendiri.
Tanpa bermaksud memonopoli kebenaran, dan sadar
bahwa kebenaran itu tidak tunggal, izinkan saya berbagi kejernihan tentang inner sources of joy. Sejenis kebahagiaan dan kecantikan yang bersumber dari
dalam.
Coba tanya diri Anda sendiri, berapa lama Anda
merasa bahagia setelah naik gaji, membeli mobil baru, dan diberi hadiah rumah?
Sangat terbatas bukan? Tidak hanya gaji, mobil dan rumah. Semua kebahagiaan dan kecantikan yang
datang dari luar, terbentang dalam batas waktu yang terbatas. Di samping terbatas waktunya, ia juga ditandai oleh
siklus naik turun tiada henti. Ketika ia datang, naiklah siklus-nya. Tatkala
ia hilang, turunlah siklusnya. Sebagai akibatnya, kita kehilangan banyak energi
untuk naik turun.
Agak berbeda dengan external sources of joy,
internal sources of joy menoleh ke sini, ke dalam diri kita sendiri.
Ke dalam pengertian kita, kualitas rasa syukur kita dan
jarak yang kita sisakan antara aku dan ’aku’. Mirip dengan kegiatan saya menulis, tujuan utamanya tidak mengajari Anda, tetapi
lebih ditujukan untuk mendidik diri saya sendiri. Serupa dengan kegiatan
belajar dan membaca, ujung-ujungnya kita menemukan diri kita sendiri.
Dengan kata lain, kalau external sources of joy mengundang kita untuk mengejar kecantikan
dan kesuksesan, internal
sources of joy mengajak kita untuk duduk rapi penuh refleksi. Yang
pertama mencarinya di sumber-sumber luar yang berlari. Yang kedua
menelusurinya di dalam diri yang tersembunyi.
Anda boleh dan sah-sah saja kalau mencarinya di
luar. Namun, saya telah lama berhenti mencarinya.
Terutama, karena sudah lelah berkejaran dengan bayangan sendiri. Modal awalnya,
membersihkan kaca mata yang bernama pengertian. Sukses, cantik dan bahagia sebenarnya serangkaian
pengertian. Sejenis judul yang kita berikan pada kejadian-kejadian
yang lewat di depan kita. Kejadian berupa menerima gaji seratus ribu rupiah,
bisa menghadirkan pengertian bersyukur, bisa juga
menghadirkan pengertian menghina. Sejenis kaca mata yang telah lama kita
kenakan Ia bisa dibuka, diganti dan dibersihkan.
Mereka yang ingin ikut dengan
saya di sektor inner
sources of joy,
sebaiknya rajin membersihkan kaca mati Membaca, menghadiri seminar, merenung,
melakukan kerja sosial, melayat, menjenguk ke rumah sakit,
hanyalah sebagian kegiatan yang bisa membersihkan kaca
mata pengertian.
Sahabat saya yang merasa mukanya tidak cantik, berubah pengertiannya setelah sering
bertemu orang-orang yang fisiknya tidak utuh. Di rumah sakit yang penuh orang
menderita, kita disadarkan betapa indah dan nikmatnya sehat.
Di tempat melayat, kita dihadirkan pada pengertian siapa pun
akan dipanggil kematian.
Dalam bingkai seperti ini, saya
mengagumi Citibank dan General Electric yang mengirim staf-staf
seniornya
untuk melakukan kerja sosial. Ada yang disuruh mengajar di tempat kumuh.
Ada yang disuruh melayani panti jompo. Lebih dari sekadar aktivitas
hubungan masyarakat, ia juga menghadirkan pengertian-pengertian yang
lebih
kaya tentang kesuksesan, kebahagiaan dan kecantikan.
Dengan risiko produk kosmetik
perusahaan saya tidak laku terjual, saya meyakini
bahwa mensyukuri kehidupan dan merasa bahagia adalah ’kosmetika’ yang
paling mungkin membuat orang tampil cantik dan simpatik. Mirip
dengan apa yang pernah dikemukakan Hellen Keller, ’kebahagiaan
tidak bisa datang dari luar, ia berasal dari dalam’.
Dan yang berasal dari
dalam, diserahkan kepada kita apakah mau menggunakan
pengertian bahagia dan syukur,
atau
mau menggunakan pengertian berkejaran tiada henti. Keduanya bebas untuk
dipilih. Keduanya juga memiliki pengikut yang sama banyaknya. Ada yang bahagia dengan bungkus rasa syukur,
ada juga yang mengaku hidup tertantang dengan pencaharian tiada henti. Hidup
Anda memang pilihan Anda. Sama dengan saya yang memilih rasa syukur sebagai kosmetika yang paling mempercantik.
*Penulis: Gede Prama,
Penerbit: PT Elex Media Komputindo