Kosmetik yang Paling Mempercantik

abatasa | Senin, 28 Oktober 2013 06:33 WIB | 4.310 kali
Kosmetik yang Paling Mempercantik
Perusahaan yang saya pimpin, salah satunya menjual kos­metik. Untuk alasan itulah, harus mengalokasikan banyak waktu untuk menyerap aspirasi pasar tentang kecantikan wanita. Salah satu focus group discussion yang dilakukan perusahaan riset, saya bahkan menyempatkan diri untuk mendengarkan mereka selama berjam-jam. Bahkan, isteri dan puteri saya sendiri pun jadi subyek pengamatan saya.

Semakin didalami aspirasi wanita tentang kecantikan, semakin banyak saya bertemu dengan manusia yang ber­tumpu pada sumber-sumber kecantikan yang datang dari luar. Banyaknya uang yang dikeluarkan untuk membeli kos­metik, tidak sedikitnya dana yang mengalir di salon-salon perawatan kecantikan, hanyalah sebagian bukti hal ini.

Serupa dengan kecantikan, kesuksesan dan kebahagiaan juga cenderung dicari dari sumber-sumber luar. Lihat, ada banyak orang yang mengejar harta dan tahta. Tidak sedikit yang membayarnya dengan harga yang sangat mahal. Di sebuah kesempatan presentasi di depan ratusan karyawan- karyawati sebuah perusahaan farmasi, saya pernah bertutur tentang pentingnya memperbaiki diri, dibandingkan dengan mengejar kesuksesan. Dan, marahlah sejumlah orang. Terutama, karena sangat yakin bahwa sukses harus dikejar. Tidak bisa ditunggu hanya dengan memperbaiki diri sendiri.

Tanpa bermaksud memonopoli kebenaran, dan sadar bahwa kebenaran itu tidak tunggal, izinkan saya berbagi kejernihan tentang inner sources of joy. Sejenis kebahagiaan dan kecantikan yang bersumber dari dalam.

Coba tanya diri Anda sendiri, berapa lama Anda merasa bahagia setelah naik gaji, membeli mobil baru, dan diberi hadiah rumah? Sangat terbatas bukan? Tidak hanya gaji, mobil dan rumah. Semua kebahagiaan dan kecantikan yang datang dari luar, terbentang dalam batas waktu yang terbatas. Di samping terbatas waktunya, ia juga ditandai oleh siklus naik turun tiada henti. Ketika ia datang, naiklah siklus-nya. Tatkala ia hilang, turunlah siklusnya. Sebagai akibatnya, kita kehilangan banyak energi untuk naik turun.

Agak berbeda dengan external sources of joy, internal sources of joy menoleh ke sini, ke dalam diri kita sendiri. Ke dalam pengertian kita, kualitas rasa syukur kita dan jarak yang kita sisakan antara aku dan ’aku’. Mirip dengan kegiatan saya menulis, tujuan utamanya tidak mengajari Anda, tetapi lebih ditujukan untuk mendidik diri saya sendiri. Serupa dengan kegiatan belajar dan membaca, ujung-ujungnya kita menemukan diri kita sendiri.

Dengan kata lain, kalau external sources of joy meng­undang kita untuk mengejar kecantikan dan kesuksesan, internal sources of joy mengajak kita untuk duduk rapi penuh refleksi. Yang pertama mencarinya di sumber-sumber luar yang berlari. Yang kedua menelusurinya di dalam diri yang tersembunyi.

Anda boleh dan sah-sah saja kalau mencarinya di luar. Namun, saya telah lama berhenti mencarinya. Terutama, karena sudah lelah berkejaran dengan bayangan sendiri. Modal awalnya, membersihkan kaca mata yang bernama pengertian. Sukses, cantik dan bahagia sebenarnya serangkaian pengertian. Sejenis judul yang kita berikan pada kejadian-kejadian yang lewat di depan kita. Kejadian berupa menerima gaji seratus ribu rupiah, bisa menghadirkan pengertian bersyukur, bisa juga menghadirkan pengertian menghina. Sejenis kaca mata yang telah lama kita kenakan Ia bisa dibuka, diganti dan dibersihkan.

Mereka yang ingin ikut dengan saya di sektor inner sources of joy, sebaiknya rajin membersihkan kaca mati Membaca, menghadiri seminar, merenung, melakukan kerja sosial, melayat, menjenguk ke rumah sakit, hanyalah seba­gian kegiatan yang bisa membersihkan kaca mata penger­tian.

Sahabat saya yang merasa mukanya tidak cantik, berubah pengertiannya setelah sering bertemu orang-orang yang fisiknya tidak utuh. Di rumah sakit yang penuh orang menderita, kita disadarkan betapa indah dan nikmatnya sehat. Di tempat melayat, kita dihadirkan pada pengertian siapa pun akan dipanggil kematian.

Dalam bingkai seperti ini, saya mengagumi Citibank dan General Electric yang mengirim staf-staf seniornya untuk melakukan kerja sosial. Ada yang disuruh mengajar di tempat kumuh. Ada yang disuruh melayani panti jompo. Lebih dari sekadar aktivitas hubungan masyarakat, ia juga meng­hadirkan pengertian-pengertian yang lebih kaya tentang kesuksesan, kebahagiaan dan kecantikan.

Dengan risiko produk kosmetik perusahaan saya tidak laku terjual, saya meyakini bahwa mensyukuri kehidupan dan merasa bahagia adalah ’kosmetika’ yang paling mungkin membuat orang tampil cantik dan simpatik. Mirip dengan apa yang pernah dikemukakan Hellen Keller, ’keba­hagiaan tidak bisa datang dari luar, ia berasal dari dalam’.

Dan yang berasal dari dalam, diserahkan kepada kita apakah mau menggunakan pengertian bahagia dan syukur, atau mau menggunakan pengertian berkejaran tiada henti. Keduanya bebas untuk dipilih. Keduanya juga memiliki pengikut yang sama banyaknya. Ada yang bahagia dengan bungkus rasa syukur, ada juga yang mengaku hidup tertan­tang dengan pencaharian tiada henti. Hidup Anda memang pilihan Anda. Sama dengan saya yang memilih rasa syukur sebagai kosmetika yang paling mempercantik.

*Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB