Wanita dan Wisata

abatasa | Selasa, 22 Oktober 2013 07:56 WIB | 4.003 kali
Wanita dan Wisata
Jangan diduga bahwa perjalanan yang dianjurkan itu hanya terbatas pada kaum pria. Al-Quran menjadikan pula salah satu ciri wanita yang baik, bahkan yang wajar menjadi pendamping Nabi Saw., adalah mereka yang melakukan perjalanan wisata. Kalau dalam Surah Al-Taubah, Al-Quran menyebutkan wisatawan pria (saihun), maka secara khusus dalam ayat 5 Surah Al-Tahrim dipergunakan istilah saihat, yakni wisatawan wanita.

Dalam hal ini, menarik sekali apa yang ditulis oleh Al-Qasimi bahwa mereka yang membatasi wisata bagi pria "seakan-akan menganggap bahwa udara terbuka dikhusus-kan untuk selain wanita, atau seakan-akan mereka tidak diciptakan kecuali untuk dikurung di dalam rumah." Selanjutnya, Al-Qasimi menulis pula bahwa Rasul sendiri sering mengundi siapakah di antara istri beliau yang akan bepergian bersama beliau. Hal itu menunjukkan bahwa wisata bagi kaum hawa adalah sesuatu yang dibenarkan oleh agama.

Tujuan Wisata yang Dibenarkan Agama

Perjalanan mubah (yang tidak mengakibatkan dosa) dibenarkan oleh agama. Bahkan mereka yang melakukannya mendapat keringanan-keringanan dalam bidang kewajiban agama, seperti kebolehan menunda puasanya, atau menggabung dan mempersingkat rakaat shalatnya. Tetapi yang terpuji dari satu perjalanan, adalah yang sifatnya seperti apa yang ditegaskan dalam salah satu ayat yang memerintahkan melakukan perjalanan, yaitu:

Maka apakah mereka (tidak sadar) sehingga (seharusnya) mereka berjalan di muka bumi lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami, atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya yang buta bukan mata, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dalam dada (QS Al-Hajj [22]: 46).

Di samping itu, dari wisata, Al-Quran juga mengharapkan agar manusia memperoleh manfaat dari sejarah pribadi atau bangsa-bangsa,

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah (QS Al-Mumin [40]: 21).

Al-Quran juga menganjurkan manusia untuk mengenal alam ini dengan segala keindahan dan seninya, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah dalam Surah Al-Ankabut (29): 20,

Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah memulai pen-ciptaan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Tidak kurang pentingnya dalam rangka perjalanan itu, adalah adanya peluang yang terbuka untuk memperoleh rezeki Tuhan, sebagaimana diisyaratkan oleh banyak ayat Al-Quran, antara lain dalam Surah Al-Muzammil (73): 20,

Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi, mencari sebagian karunia Allah.

Disadur dari buku Haji Bersama M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB