Berdua-duaan (Khalwat) dengan Laki-Laki yang Bukan Mahramnya
Abdullah ibnAbbas r.a. berkata,Saya mendengar Nabi Saw. bersabda dalam khutbahnya, Janganlah seorang lelaki berdua-duaan dengan wanita, kecuali jika ditemani dengan mahramnya1" (HR Al-Bukhari dan Muslim).
DariUqbah ibnAmir r.a., Rasulullah Saw. bersabda, "Waspadalah, jangan menemui kaum wanita." Seorang laki-laki dari kalangan Anshar bertanya,"Walaupun ia saudara ipar?" Nabi menjawab, "Menemuinya seperti menemui kematian"[HR Ahmad, Al-Bukhari, dan Al-Tirmidzi).
Kedua hadis ini jelas-jelas mengharamkan berdua- duaan antara pria dan wanita yang bukan mahramnya. Penulis sengaja mengemukakan hadis tersebut dalam permasalahan ini mengingat banyaknya wanita yang menganggap remeh masalah ini, dengan berdua-duaan atau bahkan membolehkan para pria asing (bukan mahramnya) masuk ke rumah mereka, duduk-duduk bersama mereka dengan alasan bahwa mereka itu adalah teman saudaranya. Dalih yang salah itulah yang menjadi salah satu penyebab ternodainya harkat dan martabat keluarga, juga bisa memorakporandakan keutuhan rumah tangga.
Emosi dan Tidak Sabar
Emosi menjadi salah satu ciri wanita.Terlebih dalam kondisi haid, ketika hormon sedang mengalami perubahan, biasanya emosi meningkat. Bagi seorang wanita yang sudah memiliki anak, biasanya ia meluapkan emosinya kepada anak-anaknya. Sangat disayangkan bahwa hal ini sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Jabir ibn Abdullah r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Janganlah kalian menyumpahi dirimu sendiri, anak-anakmu, dan hartamu. Jangan sampai bertepatan waktu dengan dikabulkannya doamu" (HR Muslim).
Begitu pula jika ada anggota keluarga yang meninggal, biasanya ia meratap dengan berlebihan. Tentu, merasa sedih atas kepergian anggota keluarga adalah suatu yang wajar dan lumrah, tapi yang dikehendaki adalah agar menjaga emosi sehingga tidak berlebih-lebihan. Ummu Athiyyah r.a. berkata, "Sewaktu baiat, Rasulullah Saw. berpesan kepada kami supaya kami tidak meratapi orang yang meninggal dunia" (HR Muslim).
Abdullah ibn Masud r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Bukan dari golongan kami orang yang memukuli pipinya, merobek baju, dan menyeru dengan seruan-seruan jahiliah" (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Syariat Islam pun menganjurkan agar seorang suami mau menasihati istrinya jika sang istri memiliki emosi yang besar. Luqaith ibn Suraih berkata,"Ya Rasulullah, aku punya seorang istri yang ... (ia menyebutkan kata-kata kasar istrinya).Rasulullah Saw. bersabda, "Ceraikanlah ia!" la berkata lagi, "la mempunyai seorang adik perempuan dan seorang anak."Rasulullah Saw. bersabda, "Suruhlah ia berbuat baik atau bicaralah kepadanya jika ada kebaikan yang akan ia lakukan, dan janganlah memukul istrimu seperti budak wanita" (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Pada zaman Rasulullah, ada seorang wanita yang terkena penyakit ayan. Rasulullah menganjurkan bersabar atas penyakitnya tersebut, dan sang wanita memilih untuk bersabar. Dengan pilihannya itu, Rasulullah menjanjikan surga baginya. IbnAbbas r.a. bertanya kepadaAthaibn Abi Rabiah, "Maukah kamu saya tunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli surga?"Athamenjawab,"Ya, saya mau." la berkata, "Itu, wanita hitam yang pernah datang kepada Nabi Saw., waktu itu ia berkata,Sesungguhnya saya mempunyai ayah, dan sesungguhnya saya mempunyai penyakit ayan, dan sungguh pernah terbuka aurat saya karena penyakit saya itu.
Oleh karena itu, doakanlah kepada Allah agar penyakit saya sembuh.Beliau bersabda, Jika kamu mau sabar, kamu akan mendapatkan surga, dan jika kamu tetap meminta, saya pun akan berdoa kepadaAllah agar Dia menyembuhkan penyakitmu itu Wanita itu berkata, Saya akan bersabar. Kemudian, wanita itu berkata lagi/Sesungguhnya kadang-kadang sampai terbuka aurat saya, maka doakanlah kepada Allah agar aurat sayatidakterbuka.Maka, Nabi pun mendoakan baginya" (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Demikianlah, doa menjadi senjata dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan ini. Bukan de-ngan mengutuk atau memaki.
Sumber : Wanita yang Dirindukan Surga
Karya : M. Fauzi Rachman
Penerbit : Mizani