Asma binti Abu Bakar ash-Shidiq
Oleh abatasa pada Jum'at, 28 Juni 2013 06:45 WIB
Wanita Wanita yang Di Kagumi Oleh Rasulullah Selanjutnya adalah Asma binti Abu Bakar ash-Shidiq.
Asma binti Abu Bakar adalah salah seorang wanita mulia yang turut serta dalam hijrah ke Madinah. Dia dikenal sebagai wanita terhormat yang menonjol dalam hal kecerdasan, kemuliaan diri, dan kemauan yang kuat. Ia dilahirkan pada 27 tahun sebelum hijrah. Asma lebih tua sepuluh tahun dari Aisyah Ummul Mukminin, saudara perempuannya. Dia juga merupakan saudara kandung Abdullah bin Abu Bakar.
Asma binti Abu Bakar mendapat julukan "Dzatin Nithaqain" (Pemilik Dua Ikat Pinggang). Mengapa? Karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua bagian. Yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah; sementara yang lainnya sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah dan Abu Bakar ash- Shiddig keluar menuju gua.
Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzatin Nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma bertanya kepada putranya itu, Abdullah bin Zubair, "Mereka mengolok-olokkan kamu?"
Abdullah menjawab, "Ya."
Maka Asma berkata, "Demi Allah, dia benar."
Ketika Asma menghadap Al-Hajjaj, dia berkata, "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatin Nithaqain? Memang aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah."
Asma telah masuk Islam sejak di Makkah setelah 17 orang lainnya masuk Islam sebelum dirinya. Dia juga ikut dibaiat (mengucapkan janji setia) Nabi SAW dan beriman dengan apa yang diajarkan oleh beliau. Imannya kokoh, pengamalan Islamnya pun baik.
Di antara tanda keislamannya yang baik, suatu ketika Qatilah binti Abdul Uzza mengirimkan pada anak perempuannya,yakni Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq (Abu Bakar telah menceraikan Qatilah pada masa jahiliyah) beberapa hadiah: kismis (anggur kering), mentega, dan anting-anting. Namun, Asma menolak hadiah-hadiah yang diberikan itu dan tidak mengizinkan ibunya masuk ke dalam rumah. Kemudian dia pergi menemui Aisyah dan berkata, "Wahai Aisyah, tanyakanlah pada Rasulullah tentang hal ini?" Rasulullah pun mengatakan agar Asma menerima hadiah-hadiah itu dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam rumah.
Suatu ketika Abu Bakar pernah membawa seluruh hartanya ketika hijrah bersama Rasuluilah SAW. Harta Abu Bakar tersebut berjumlah sekitar 5.000 atau 6.000 dirham. Kakek Asma, yaitu Abu Quhafah, mendatangi rumahnya. Abu Quhafah adalah seorang tuna netra. Abu Quhafah berkata, "Demi Allah, sungguh aku lihat dia (Abu Bakar) telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaimana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya."
Asma berkata, "Sekali-kali tidak, wahai Kakek. Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Kemudian Asma mengambil batu-batu dan meletakkannya di sebuah lubang tempat biasanya Abu Bakar (ayahnya) menyimpan harta. Setelah itu, Asma menutupinya dengan selembar kain. Ia kemudian memegang tangan kakeknya (Abu Quhafah) dan berkata, "Wahai kakek, letakkan tanganmu di atas uang ini."
Abu Quhafah meletakkan tangannya di atas kain itu dan berkata, "Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian." Padahal sebenarnya, Abu Bakar sama sekali tidak meninggalkan apa- apa pada keluarganya. Mengapa Asma tega melakukan hal itu? Sebab dia bermaksud menenangkan hati kakeknya.
Asma menikah dengan Zubair bin Awwam, seorang yang tidak mempunyai harta benda, tidak pula kekuasaan, atau sesuatu lainnya kecuali kudanya. Maka Asma mengurus kuda itu, menyediakan makanan dan memberikan minumannya. Suatu ketika Zubair bersikap keras terhadapnya. Oleh karena itu, Asma datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal tersebut. Abu Bakar berkata, "Wahai anakku, bila seorang perempuan mempunyai seorang suami yang saleh kemudian meninggal, dan si perempuan tidak lagi menikah setelahnya, keduanya akan dikumpulkan oleh Allah di surga."
Suatu saat, Asma mengunjungi Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, di rumahku tidak terdapat apa pun kecuali sesuatu yang diberikan oleh Zubair. Bolehkah aku memberikan (menyedekahkan) sesuatu yang sedikit itu kepada orang yang mengunjungi rumahku?"
Nabi menjawab, "Berikanlah (bersedekahlah) sesuai dengan kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu."
Tentang kedermawanan Asma ini, Abdullah bin Zubair (putranya) berkata, "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma. Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul semua, dia pun membagikannya. Sementara Asma, dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya."
Asma juga turut serta dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair bin Awwam. Ya, ya. Dia telah menunjukkan keberaniannya. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu meletakkannya di balik lengan bajunya. Orang bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan dengan membawa pisau ini?"
Asma menjawab, "Jika ada pencuri masuk, maka akan kutusuk perutnya."
Asma meriwayatkan sekitar 58 hadits dari Rasulullah SAW. Riwayat lain mengatakan 56 hadits. Bukhari dan Muslim sepakat terhadap 14 hadits, sedangkan 4 hadits lainnya diriwayatkan oleh Bukhari sendirian, sementara Muslim juga meriwayatkan sejumlah yang diriwayatkan Bukhari. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa hadits-hadist Asma yang sudah ditakhrij mencapai 22 hadits. Di antara yang telah disepakati Bukhari dan Muslim adalah sebanyak 13 hadits. Selain itu, Bukhari meriwayatkan 5 hadits dan Muslim meriwayatkan 4 hadits.
Asmajuga dikenal sebagai penyair dan pengarang prosa. Ia mempunyai logika berpikir yang baik dan jelas. Ketika suaminya, yaitu Zubair bin Awwam, dibunuh oleh Amru bin Jarmuz al-Mujasyii di Wadi as-Siba (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal, Asma melantunkan sebait syair:
Asma binti Abu Bakar mendapat julukan "Dzatin Nithaqain" (Pemilik Dua Ikat Pinggang). Mengapa? Karena dia mengambil ikat pinggangnya, lalu memotongnya menjadi dua bagian. Yang satu dia gunakan untuk sufrah (bungkus makanan untuk bekal) Rasulullah; sementara yang lainnya sebagai pembungkus qirbahnya pada waktu malam, ketika Rasulullah dan Abu Bakar ash- Shiddig keluar menuju gua.
Penduduk Syam mengolok-olok Ibnu Zubair dengan julukan "Dzatin Nithaqain" ketika mereka memeranginya. Maka Asma bertanya kepada putranya itu, Abdullah bin Zubair, "Mereka mengolok-olokkan kamu?"
Abdullah menjawab, "Ya."
Maka Asma berkata, "Demi Allah, dia benar."
Ketika Asma menghadap Al-Hajjaj, dia berkata, "Bagaimana engkau mengolok-olok Abdullah dengan julukan Dzatin Nithaqain? Memang aku mempunyai sepotong ikat pinggang yang harus dipakai oleh orang perempuan dan sepotong ikat pinggang untuk menutupi makanan Rasulullah."
Asma telah masuk Islam sejak di Makkah setelah 17 orang lainnya masuk Islam sebelum dirinya. Dia juga ikut dibaiat (mengucapkan janji setia) Nabi SAW dan beriman dengan apa yang diajarkan oleh beliau. Imannya kokoh, pengamalan Islamnya pun baik.
Di antara tanda keislamannya yang baik, suatu ketika Qatilah binti Abdul Uzza mengirimkan pada anak perempuannya,yakni Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq (Abu Bakar telah menceraikan Qatilah pada masa jahiliyah) beberapa hadiah: kismis (anggur kering), mentega, dan anting-anting. Namun, Asma menolak hadiah-hadiah yang diberikan itu dan tidak mengizinkan ibunya masuk ke dalam rumah. Kemudian dia pergi menemui Aisyah dan berkata, "Wahai Aisyah, tanyakanlah pada Rasulullah tentang hal ini?" Rasulullah pun mengatakan agar Asma menerima hadiah-hadiah itu dan mempersilakan ibunya masuk ke dalam rumah.
Suatu ketika Abu Bakar pernah membawa seluruh hartanya ketika hijrah bersama Rasuluilah SAW. Harta Abu Bakar tersebut berjumlah sekitar 5.000 atau 6.000 dirham. Kakek Asma, yaitu Abu Quhafah, mendatangi rumahnya. Abu Quhafah adalah seorang tuna netra. Abu Quhafah berkata, "Demi Allah, sungguh aku lihat dia (Abu Bakar) telah menyusahkan kalian dengan hartanya, sebagaimana dia telah menyusahkan kalian dengan dirinya."
Asma berkata, "Sekali-kali tidak, wahai Kakek. Beliau telah meninggalkan kebaikan yang banyak bagi kita." Kemudian Asma mengambil batu-batu dan meletakkannya di sebuah lubang tempat biasanya Abu Bakar (ayahnya) menyimpan harta. Setelah itu, Asma menutupinya dengan selembar kain. Ia kemudian memegang tangan kakeknya (Abu Quhafah) dan berkata, "Wahai kakek, letakkan tanganmu di atas uang ini."
Abu Quhafah meletakkan tangannya di atas kain itu dan berkata, "Tidaklah mengapa jika dia tinggalkan ini bagi kalian, maka dia telah berbuat baik. Ini sudah cukup bagi kalian." Padahal sebenarnya, Abu Bakar sama sekali tidak meninggalkan apa- apa pada keluarganya. Mengapa Asma tega melakukan hal itu? Sebab dia bermaksud menenangkan hati kakeknya.
Asma menikah dengan Zubair bin Awwam, seorang yang tidak mempunyai harta benda, tidak pula kekuasaan, atau sesuatu lainnya kecuali kudanya. Maka Asma mengurus kuda itu, menyediakan makanan dan memberikan minumannya. Suatu ketika Zubair bersikap keras terhadapnya. Oleh karena itu, Asma datang kepada ayahnya dan mengeluhkan hal tersebut. Abu Bakar berkata, "Wahai anakku, bila seorang perempuan mempunyai seorang suami yang saleh kemudian meninggal, dan si perempuan tidak lagi menikah setelahnya, keduanya akan dikumpulkan oleh Allah di surga."
Suatu saat, Asma mengunjungi Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, di rumahku tidak terdapat apa pun kecuali sesuatu yang diberikan oleh Zubair. Bolehkah aku memberikan (menyedekahkan) sesuatu yang sedikit itu kepada orang yang mengunjungi rumahku?"
Nabi menjawab, "Berikanlah (bersedekahlah) sesuai dengan kemampuanmu dan jangan menahannya agar tidak ditahan pula suatu pemberian terhadapmu."
Tentang kedermawanan Asma ini, Abdullah bin Zubair (putranya) berkata, "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma. Kedermawanan mereka berbeda. Adapun Aisyah, sesungguhnya dia suka mengumpulkan sesuatu, hingga setelah terkumpul semua, dia pun membagikannya. Sementara Asma, dia tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya."
Asma juga turut serta dalam Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair bin Awwam. Ya, ya. Dia telah menunjukkan keberaniannya. Dia membawa sebilah belati dalam pasukan Said bin Ash di masa fitnah, lalu meletakkannya di balik lengan bajunya. Orang bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan dengan membawa pisau ini?"
Asma menjawab, "Jika ada pencuri masuk, maka akan kutusuk perutnya."
Asma meriwayatkan sekitar 58 hadits dari Rasulullah SAW. Riwayat lain mengatakan 56 hadits. Bukhari dan Muslim sepakat terhadap 14 hadits, sedangkan 4 hadits lainnya diriwayatkan oleh Bukhari sendirian, sementara Muslim juga meriwayatkan sejumlah yang diriwayatkan Bukhari. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa hadits-hadist Asma yang sudah ditakhrij mencapai 22 hadits. Di antara yang telah disepakati Bukhari dan Muslim adalah sebanyak 13 hadits. Selain itu, Bukhari meriwayatkan 5 hadits dan Muslim meriwayatkan 4 hadits.
Asmajuga dikenal sebagai penyair dan pengarang prosa. Ia mempunyai logika berpikir yang baik dan jelas. Ketika suaminya, yaitu Zubair bin Awwam, dibunuh oleh Amru bin Jarmuz al-Mujasyii di Wadi as-Siba (5 mil dari Basrah) ketika kembali dari Perang Jamal, Asma melantunkan sebait syair:
Esok datang Ibnu Jarmuz dengan seekor kuda penuh semangat
Di hari kegembiraan meski tanpa nyanyian
Wahai Amru, bila kau perhatikan, tentu kau dapatkan
Jangan sembrono, hingga menggetarkan hati
Jangan kau biarkan tanganmu sembarangan
Karena ibumu akan kehilanganmu
Bila kau terbunuh, jadilah seorang yang muslim
Semoga terbebas dari siksaan yang telah dijanjikan
Dan ketika putranya, Abdullah bin Zubair, terbunuh ia berujar:
Tiada bagi kekuasaan Allah yang tidak mungkin terjadi
Setelah suatu kaum membunuh antara zam-zam dan maqam
Ibrahim
Mereka terbunuh oleh kekeringan yang mencekik
Membusuk, dengan berbagai penyakit dan kusta
Di hari kegembiraan meski tanpa nyanyian
Wahai Amru, bila kau perhatikan, tentu kau dapatkan
Jangan sembrono, hingga menggetarkan hati
Jangan kau biarkan tanganmu sembarangan
Karena ibumu akan kehilanganmu
Bila kau terbunuh, jadilah seorang yang muslim
Semoga terbebas dari siksaan yang telah dijanjikan
Dan ketika putranya, Abdullah bin Zubair, terbunuh ia berujar:
Tiada bagi kekuasaan Allah yang tidak mungkin terjadi
Setelah suatu kaum membunuh antara zam-zam dan maqam
Ibrahim
Mereka terbunuh oleh kekeringan yang mencekik
Membusuk, dengan berbagai penyakit dan kusta
Asma mempunyai jiwa yang dermawan dan mulia, dia tidak pernah menunda sesuatu hingga esok hari. Pernah suatu ketika dia jatuh sakit, kemudian dia segera membebaskan (memberikan) seluruh harta yang dipunyainya. Dulu dia pernah berkata kepada anak-anak dan keluarganya, "Berinfaklah kalian, dan bersedekahlah, dan jangan kau menunda keutamaan. Jika kalian menunda keutamaan, kalian tidak akan pernah mendapatkan keutamaan. Dan jika kalian memberi sedekah, kalian tidak akan kehilangan."
Kata-kata (nasehat) Asma kepada putranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur. Suatu saat putranya, Abdullah, datang menemuinya. Saat itu Asmadalam keaadan buta dan sudah berusia 100 tahun.
Abdullah berkata kepada ibunya, "Wahai Ibu, bagaimana pendapatmu mengenai orang yang telah meninggalkanku, begitu juga keluargaku."
Asma berkata, "Jangan biarkan anak-anak kecil Bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik." Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, al-Hajjaj berkata kepada Asmasetelah Abdullah terbunuh, "Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap putramu?"
Asma menjawab, "Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu." Asma wafat di Makkah dalam usia 100 tahun, sedangkan giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal. Ia juga tidak pikun.
Kata-kata (nasehat) Asma kepada putranya menunjukkan kepada kita tentang makna-makna yang luhur. Suatu saat putranya, Abdullah, datang menemuinya. Saat itu Asmadalam keaadan buta dan sudah berusia 100 tahun.
Abdullah berkata kepada ibunya, "Wahai Ibu, bagaimana pendapatmu mengenai orang yang telah meninggalkanku, begitu juga keluargaku."
Asma berkata, "Jangan biarkan anak-anak kecil Bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Allah, sungguh aku berharap akan terhibur mengenaimu dengan baik." Kemudian Abdullah keluar dan bertempur hingga ia mati terbunuh. Konon, al-Hajjaj berkata kepada Asmasetelah Abdullah terbunuh, "Bagaimanakah engkau lihat perbuatanku terhadap putramu?"
Asma menjawab, "Engkau telah merusak dunianya, namun dia telah merusak akhiratmu." Asma wafat di Makkah dalam usia 100 tahun, sedangkan giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal. Ia juga tidak pikun.